Mata Arthur Alonso terpejam, dia menikmati setiap sensasi dari gerakan tangan gadis cantik itu. Setiap gerakan tangan gadis itu, membuat tubuh Arthur seperti cacing kepanasan, mulutnya tak berhenti meracau tak jelas. Desahan nafasnya terus memburu, hingga akhirnya dia mengeluarkan lahar panas.Arthur langsung terkulai lemas, sedangkan gadis itu kembali meringkuk ketakutan.Namun, itu hanya sesaat, pada detik berikutnya Arthur menatap gadis itu tanpa berkedip.Sial! Kenapa aku justru menginginkan lebih? Kalau tangannya saja bisa membuatku merasa terbang diawan, terus bagaimana dengan gua yang selalu gelap itu? Tapi bagaimana kalau ternyata dia adalah wanita incaran bos? Bukankah bos Edy menolak tegas, ketika wanita itu memberikan penawaran menggiurkan itu? Namun, rasa takut itu terkalahkan oleh hasratnya sendiri.Tanpa menunggu lagi, Arthur langsung menyerang bagian-bagian sensitive gadis cantik itu."Jangan, Tuan. Auw ... Auw ... Aku," gadis itu tak meneruskan penolakannya, dia jus
***"Bagaimanapun caranya, kita harus mengambil alih perusahan Lee Group! Aku tidak mau perusahaan yang dibesarkan ayah, jatuh ke tangan si brengsek, Bintang! Lagipula aku sama sekali tidak percaya, kalau ayah mewariskan perusahaan itu kepada orang asing. Pengacara muda itu pasti bekerjasama dengan Bintang untuk menipu ayah," cetus Angga berapi-api dalam pertemuan keluarga Lee. Pertemukan rutin, tapi tak sekalipun mereka membawa Miran untuk bergabung. Bagi mereka Miran hanyalah beban yang ditinggalkan putra ketiga Arkanza Lee."Terus bagaimana dengan Kevin Bagaskara?" tanya Ekaputra dengan santainya, kemudian bersandar di sofa."Kevin Bagaskara yang mana, paman? Ada dua nama Kevin. Yang satunya merupakan pemilik Law Firm, sedangkan satunya lagi putra pemilik saham ke dua tertinggi di perusahaan Lee Group," ujar Manda menatap Ekaputra dalam kebingungan."Tentu saja Kevin Bagaskara pemilik Law Firm. Apa kau pikir dia mau mempertaruhkan masa depan Law Firm, untuk wanita yang tak jelas a
"Dengan nilai akademik Miran yang anjlok sejak sekolah dasar, sangat mustahil kalau dia memiliki kartu true yang bisa mengendalikan ayah. Apa kakak pikir ayah itu bodoh? Tidak, Kak! Kalau ayah mudah dikendalikan, maka tak akan ada Lee Group yang sekarang! Kalau tidak ada campur tangan ayah, apa kakak pikir Miran akan punya kesempatan mengenyam pendidikan di Business Information Technology di Institusi AA? Tidak, Kak! Intinya kasih sayang ayah pada anak bodoh itu, benar-benar membuatnya melupakan kalau dia juga memiliki anak dan cucu yang lain," cetus Septian kesal."Bagaimana kalau pada kenyataannya, Miran tak sebodoh yang kita pikirkan? Bagaimana kalau ternyata Miran masuk kuliah tanpa campur tangan kakek? Kalau Miran memang bodoh, maka dia akan lebih mempercayai keluarganya dibandingkan dengan Bintang, yang notabene orang asing. Kalau saja Bintang memiliki hati Miran, maka aku bisa paham kalau dia gelap mata karena cinta. Tapi buktinya? Dia justru mencintai Kevin Bagaskara. Bukankah
Keesokan harinya.Kalau biasanya, Bintang akan meminjam mobil sang istri untuk urusan mendesak, tapi kali ini berbeda. Dia memilih naik taksi menuju Bank MM. Sesuai alamat yang diterimanya melalui pesan aplikasi hijau."Ini ongkosnya, Pak. Terima kasih," ujar Bintang sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan.Bintang menatap gedung megah yang berdiri kokoh tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia kagum melihat uniknya bentuk bangunan megah itu.Ya! Selama berada di Jakarta, tak sekalipun dia memperhatikan gedung-gedung disekitarnya. Dia hanya fokus pada keluarga sang istri, juga Fierce Spider. Walaupun tujuan awalnya bergabung dengan Fierce Spider, hanya sekedar untuk menemukan pembunuh orangtuanya. Tapi fakta demi fakta membuat Bintang memilih menetap dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai dunia hitam itu. Semuanya bermula, ketika Bintang kembali menemukan identitas aslinya sebagai Bintang Morales dengan nomor NIK yang sama.Entah kenapa, tapi hati kecilnya mengatakan kal
***Biasanya keluarga Lee sepakat berkumpul hanya sebulan sekali, tapi kali ini berbeda. Belum juga genap seminggu keluarga Lee berkumpul, sekarang mereka kembali dikumpulkan oleh Ekaputra, putra sulung Arkanza Lee.Walaupun heran, tapi anggota keluarga Lee yang lainnnya memilih meninggalkan pekerjaan dan menemui Ekaputra di tempat yang sudah ditetapkan.Kepatuhan mereka bukan tanpa alasan, karena selama menjadi saudara, ini merupakan panggilan pertama dari seorang Ekaputra. Sosok yang dikagumi, sekaligus ditakuti oleh anggota keluarga Lee lainnya, termasuk Miran."Apa ada yang penting, sampai paman meminta kami bertemu secara mendadak?" tanya Manda ketika tiba ditempat tujuan."Tanya saja pada pamanmu!" cetus Ekaputra terlihat kesal. Matanya menatap Septian tanpa berkedip.Walaupun semua mata kini tertuju padanya, tapi pada kenyataannya Septian terlihat santai-santai saja."Apa yang paman lakukan? Kenapa sampai paman Ekaputra meminta pertemuan mendadak? Aku yakin ini bukan masalah se
"Walaupun tak yakin, tapi aku rasa posisimu sebagai CEO sedang terancam, Angga!" cetus Ekaputra menatap Angga. Sedetik kemudian pandangan matanya beralih pada Septian dan berkata, "Kalau sampai Bintang mengambil alih Lee Group dan menjadi CEO, kau sudah tahu kan apa akibatnya untukmu? Bukankah sudah jelas-jelas Bintang mengatakan untuk menyiapkan mental mu juga, Septian?" ujar Ekaputra penuh tekanan.Kalau Septian diam terpaku, berbanding terbalik dengan Angga. Ketika memikirkan berdasarkan pengalaman dan pendidikan Bintang, dia yakin mustahil bagi Bintang untuk menggantikan posisinya sebagai CEO di Lee Group. Pemegang saham pasti tak akan pernah setuju. "Kakak ... Kakak ... bagaimana mungkin seorang mantan security mampu memimpin perusahaan Lee Group? Apa kakak pikir pemegang saham lainnya akan setuju? Tidak, Kak! Walaupun Bintang sebagai pemilik saham terbesar, tapi dengan latar belakangnya, sangatlah mustahil untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham. Kenapa? Karena tak ada sat
***Tak terasa sudah hampir sebulan, semenjak Septian mengerjai Bintang. Namun, tak ada satu gerakan pun yang dilakukan Bintang. Disaat mereka bertemu, Bintang seolah-olah lupa akan penghinaan Septian pada dirinya."Kenapa kakak masih terlihat gelisah? Bukankah sudah jelas, Bintang itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kak Angga? Apalagi dengan kak Ekaputra," ujar Septian yang masih tak paham situasinya."Apa yang dikatakan Septian benar, Kak. Bintang bukanlah lawan kita. Justru sebaliknya, aku rasa Miran adalah lawan kita yang sesungguhnya. Kalau dia bisa masuk di Business Information Technology di Institusi AA tanpa bantuan, itu artinya dia bukanlah gadis bodoh. Bisa jadi selama ini, Miran merupakan sosok yang mengendalikan Bintang, kak," ujar Angga yakin. Tatapan matanya tak lepas dari sang kakak, Ekaputra.'Siapa sebenarnya kamu, Bintang? Kenapa tak ada satu anak buahku yang mampu mendapatkan informasi tentang mu? Jangankan latar belakang mu, bahkan tempat mu tumbuh dewasa
Keesokan harinya, di Lee Group.Walaupun perasaan Ekaputra campur aduk, tapi itu tak membuatnya terlihat gugup. Justru sebaliknya, dia terlihat santai.Kegelisahan Ekaputra bukan tanpa alasan, karena sampai detik terakhir pun, dia sama sekali tak bisa mengetahui cara berpikir Bintang.Satu demi satu, para pemegang saham memilih kursi sesuai keinginan mereka. Walaupun Miran tak memiliki saham sendiri, tapi dia juga tampak hadir mendampingi sang suami."Apa kak Bintang yakin ini akan berhasil? Menghadapi paman-pamanku, bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi dalam kondisi seperti ini, sudah pasti mereka akan bersatu melawan mu, Kak," bisik Miran ditelinga Bintang."Seberapa bahaya paman-paman mu, Miran?" Bintang balik berbisik. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan sang istri selama ini.Bukannya menjawab, Miran justru menatap lurus ke depan. Itu cukup untuk memberitahu Bintang, kalau Miran tak ingin meneruskan percakapan mereka.Kalau Miran, Bintang, dan Ekaputra, tetap pada posisinya
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce