***Biasanya keluarga Lee sepakat berkumpul hanya sebulan sekali, tapi kali ini berbeda. Belum juga genap seminggu keluarga Lee berkumpul, sekarang mereka kembali dikumpulkan oleh Ekaputra, putra sulung Arkanza Lee.Walaupun heran, tapi anggota keluarga Lee yang lainnnya memilih meninggalkan pekerjaan dan menemui Ekaputra di tempat yang sudah ditetapkan.Kepatuhan mereka bukan tanpa alasan, karena selama menjadi saudara, ini merupakan panggilan pertama dari seorang Ekaputra. Sosok yang dikagumi, sekaligus ditakuti oleh anggota keluarga Lee lainnya, termasuk Miran."Apa ada yang penting, sampai paman meminta kami bertemu secara mendadak?" tanya Manda ketika tiba ditempat tujuan."Tanya saja pada pamanmu!" cetus Ekaputra terlihat kesal. Matanya menatap Septian tanpa berkedip.Walaupun semua mata kini tertuju padanya, tapi pada kenyataannya Septian terlihat santai-santai saja."Apa yang paman lakukan? Kenapa sampai paman Ekaputra meminta pertemuan mendadak? Aku yakin ini bukan masalah se
"Walaupun tak yakin, tapi aku rasa posisimu sebagai CEO sedang terancam, Angga!" cetus Ekaputra menatap Angga. Sedetik kemudian pandangan matanya beralih pada Septian dan berkata, "Kalau sampai Bintang mengambil alih Lee Group dan menjadi CEO, kau sudah tahu kan apa akibatnya untukmu? Bukankah sudah jelas-jelas Bintang mengatakan untuk menyiapkan mental mu juga, Septian?" ujar Ekaputra penuh tekanan.Kalau Septian diam terpaku, berbanding terbalik dengan Angga. Ketika memikirkan berdasarkan pengalaman dan pendidikan Bintang, dia yakin mustahil bagi Bintang untuk menggantikan posisinya sebagai CEO di Lee Group. Pemegang saham pasti tak akan pernah setuju. "Kakak ... Kakak ... bagaimana mungkin seorang mantan security mampu memimpin perusahaan Lee Group? Apa kakak pikir pemegang saham lainnya akan setuju? Tidak, Kak! Walaupun Bintang sebagai pemilik saham terbesar, tapi dengan latar belakangnya, sangatlah mustahil untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham. Kenapa? Karena tak ada sat
***Tak terasa sudah hampir sebulan, semenjak Septian mengerjai Bintang. Namun, tak ada satu gerakan pun yang dilakukan Bintang. Disaat mereka bertemu, Bintang seolah-olah lupa akan penghinaan Septian pada dirinya."Kenapa kakak masih terlihat gelisah? Bukankah sudah jelas, Bintang itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kak Angga? Apalagi dengan kak Ekaputra," ujar Septian yang masih tak paham situasinya."Apa yang dikatakan Septian benar, Kak. Bintang bukanlah lawan kita. Justru sebaliknya, aku rasa Miran adalah lawan kita yang sesungguhnya. Kalau dia bisa masuk di Business Information Technology di Institusi AA tanpa bantuan, itu artinya dia bukanlah gadis bodoh. Bisa jadi selama ini, Miran merupakan sosok yang mengendalikan Bintang, kak," ujar Angga yakin. Tatapan matanya tak lepas dari sang kakak, Ekaputra.'Siapa sebenarnya kamu, Bintang? Kenapa tak ada satu anak buahku yang mampu mendapatkan informasi tentang mu? Jangankan latar belakang mu, bahkan tempat mu tumbuh dewasa
Keesokan harinya, di Lee Group.Walaupun perasaan Ekaputra campur aduk, tapi itu tak membuatnya terlihat gugup. Justru sebaliknya, dia terlihat santai.Kegelisahan Ekaputra bukan tanpa alasan, karena sampai detik terakhir pun, dia sama sekali tak bisa mengetahui cara berpikir Bintang.Satu demi satu, para pemegang saham memilih kursi sesuai keinginan mereka. Walaupun Miran tak memiliki saham sendiri, tapi dia juga tampak hadir mendampingi sang suami."Apa kak Bintang yakin ini akan berhasil? Menghadapi paman-pamanku, bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi dalam kondisi seperti ini, sudah pasti mereka akan bersatu melawan mu, Kak," bisik Miran ditelinga Bintang."Seberapa bahaya paman-paman mu, Miran?" Bintang balik berbisik. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan sang istri selama ini.Bukannya menjawab, Miran justru menatap lurus ke depan. Itu cukup untuk memberitahu Bintang, kalau Miran tak ingin meneruskan percakapan mereka.Kalau Miran, Bintang, dan Ekaputra, tetap pada posisinya
"Kalau sudah selesai bicaranya, aku akan menekan tombol on pada mikrofon. Aku tidak mau berdiri lama-lama di sini, apalagi dekat-dekat dengan sosok yang arogan seperti mu, Paman."Angga mengepalkan tangannya, berusaha keras mengendalikan diri. Karena mikrofon yang berada dalam genggaman Bintang telah mode on."Maaf, kalau permintaan ku untuk mengumpulkan para pemegang saham secara mendadak, membuat keluarga besar Lee salah paham. Terutama pamanku, Angga. Pemilihan CEO? Aku rasa itu sesuatu yang menarik. Jadi tak ada salahnya memenuhi permintaan pamanku. Aku tahu betul, tujuan pamanku hanya ingin memajukan Lee Group. Apakah paman yakin mau mengadakan pemilihan CEO?" tanya Bintang untuk memastikan.Bintang kembali menekan tombol off pada mikrofon."Nasehatku sebaiknya jangan, Paman. Aku tak ingin paman kehilangan jabatan itu," kata Bintang."Apa kau pikir aku takut? Tidak, Brengsek!" jawab Angga marah, tapi tetap dengan senyuman."Kalau itu keputusan paman, aku tak bisa berbuat apa-apa,
Angga Lee langsung saja mendekati Julio Osal dan dengan sengaja mendorong Bintang secara kasar. Bintang memilih mundur dan bungkam. "Suatu kebanggan bagi kami, ketika salah satu pengusaha muda sukses mampir di perusahaan kami yang kecil ini," ucap Angga dan langsung saja menjabat tangan Julio serta membungkuk hormat.Kalau yang lain bahagia dengan kedatangan Julio Osal yang merupakan pengusaha muda sukses, berbeda dengan Ekaputra dan Manda."Paman, aku rasa kedatangan Julio Osal bukanlah suatu kebetulan," ujar Manda pelan hampir tak terdengar."Kamu benar, Manda. Apa mungkin Bintang mengenal Julio?" "Paman tidak bercanda, kan? Mana mungkin Bintang mengenal Julio sedangkan ...," Manda terdiam sesaat kemudian melanjutkan kalimatnya, "Jangan-jangan orang yang akan bertarung untuk menjadi CEO itu adalah Julio," bola mata Manda membulat sempurna. Dia terkejut.Namun, sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya dan berkata pelan, "Tidak mungkin seorang pengusaha sekelas Julio mau merebut
Seperti dugaan Bintang, Angga terjebak pada kesombongannya sendiri dan harus merelakan posisinya sebagai CEO. Bukan itu saja sesuai janjinya, ikhlas tak ikhlas dia harus menerima jabatan baru sebagai direktur umum perusahaan Lee Group.Hal itu membuat Ekaputra murka dan memilih memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Bintang.Namun, pada kenyataannya tak ada satu orangpun yang mampu mengalahkan Bintang. Setiap orang yang diutusnya, pulang dalam keadaan babak belur. Bukan itu saja, bahkan ada yang harus berakhir di penjara.Ketika mengetahui kalau Bintang merupakan pimpinan Fierce Spider, membuat Ekaputra sadar. Lelaki yang selama ini diremehkan ternyata bukanlah lelaki biasa. Tapi dia menyembunyikan semua kelebihannya.Tak mau salah mengambil langkah, Ekaputra memilih menyelidiki sendiri semua hal tentang Bintang. BRANGGG!!! PRANGGG!!! BRANGGG!!!!Ekaputra menghancurkan semua barang yang berada dekat dan jauh darinya. Dia seperti seseorang yang kehilangan arah. Keluarga Lee lainnya
***Bintang duduk termenung, menatap sungai buatan yang terletak dibelakang villa miliknya. Walaupun keluarga Lee lainnya memilih menghilang ke negeri seberang, tapi ada sesuatu yang mengganjal hati Bintang. Sosok yang bernama Ekaputra Lee.Bintang mengambil ponsel dari saku jasnya dan menelepon."Halo, Bintang," terdengar suara dari seberang."Richard, dapatkah kau mengirim orang ke penjara?""Untuk apa?""Untuk memastikan apakah yang berada di dalam penjara itu memang Ekaputra atau bukan! Aku juga ingin video Ekaputra saat berantem. Apa kau bisa mengaturnya untukku?""Ok, itu tidaklah sulit."Tut ... Tut ... Tut ....Richard Will memutuskan panggilan telepon secara sepihak."Kenapa kakak terlihat resah? Apa ada yang salah?" tanya Mentari yang tiba-tiba muncul di sampingnya."Kakak hanya kepikiran tentang Ekaputra."Mentari tak menjawab, dia menatap lurus ke depan. Sejujurnya dia sendiri tak yakin, kalau penjara mampu menahan lelaki sekuat Ekaputra.***Dua hari kemudian.[Bintang,
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce