Rivaldo Gonsales menghentikan langkah kakinya, ketika menyadari dia telah melewatkan kesempatan emas.Dengan cepat dia berbalik menuju ruangan Stiven.Kenapa tak gunakan kesempatan ini untuk mengusir Bintang dan menetapkan Diego Smith sebagai pimpinan baru Fierce Spider?Dengan begitu semuanya akan terkendali, baik nyawaku maupun perusahaan serta Fierce Spider sendiri.Bukankah selama ini Bintang sama sekali tak pernah menggunakan kartu hitam yang diberikan Stiven? Jadi Ekaputra tidak akan menemukan kejanggalan.Memikirkan semua sisi positifnya, Rivaldo mempercepat langkah kakinya.Diego, Bintang, dan Stiven langsung terdiam. Ketika melihat sosok yang kini berdiri didepan pintu.Tanpa satu katapun, Rivaldo melangkah masuk kemudian menutup pintunya rapat-rapat."Bintang, aku ingin kamu mengundurkan diri secara resmi!" tegas Rivaldo.Bintang menatap Rivaldo dalam diam.Aku jadi penasaran, sebenarnya seberapa besar kekuasaan yang di miliki sosok yang kau takuti?Apa identitas ku, akan me
***Di dalam ruangan pimpinan Fierce Spider.Diego Smith duduk dengan mata terpejam.Kenapa ilmu beladiri Bintang Morales sama denganku?Dengan kehebatan yang dimilikinya, sangat mustahil kalau dia tak memiliki guru!Apa mungkin Bintang adalah murid tersembunyi guru Devano Willow? Murid yang memiliki kekuatan sempurna?Aku harus menyelidikinya, tapi bagaimana caranya?Sedetik kemudian dia tersenyum, dia menemukan ide untuk mengetahui semua tentang masa lalu Devano Willow, gurunya.Lelaki tampan itu langsung mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan mengirim pesan melalui aplikasi hijau.[Bayar dunia hitam Fierce Spider untuk membunuh Devano Willow. Tawar dengan harga dua miliar. Ingat berapa pun harga yang mereka tawarkan, maka terima itu. Ini fotonya.] [Baik, Bos.]Ya! Diego Smith memiliki perusahaan yang tidak diketahui oleh Fierce Spider, termasuk Rivaldo. Jangankan anggota Fierce Spider, bahkan publik dan karyawan perusahaan itu sendiri tak mengetahui siapa pemilik asli perusahaan
***Setelah mempercayakan Miran kepada Mentari, Bintang berangkat ke kota terkejam. Kota di mana dia tumbuh dewasa.Begitu tiba di tempat tujuan, Bintang memilih duduk manis sambil menyaksikan perkelahian antar warga.Salah satu polisi mengarahkan pistol ke atas, kemudian menembak.DORRR!!!! DORRR!!!! DORRR!!!!Namun, bukannya berhenti warga justru melempar polisi itu dengan batu.Tidak mau nyawa melayang, polisi itu memilih melarikan diri, sebelum warga menyerangnya karena geram. Hal yang sama dilakukan polisi lainnya.Pemandangan itu sama sekali tak asing bagi Bintang."Bukankah tak ada yang berubah? Kamu pun begitu, sama sekali tak berubah. Kamu masih santai saja, ketika melihat perkelahian antar warga."Suara seseorang langsung membuyarkan lamunan Bintang. Dia langsung menatap asal suara. Begitu melihat sosok yang kini duduk disampingnya, tak urun membuat Bintang terkejut."Apa aku tak salah lihat? Bukankah kamu sudah meninggalkan kota ini? Ngapain kamu di sini?" tanya Bintang bi
"Apa ada yang kau sembunyikan dariku? Kenapa kamu harus jujur?" tanya Bintang kebingungan.Bukannya menjawab, tapi Dirty Chill justru meneruskan langkah kakinya memasuki hutan lebih dalam.Bintang mempercepat langkah kakinya, mengikuti Dirty dan bertanya, "Apa dulu pernah ada seorang lelaki yang sumuran denganku tinggal di kota ini? Postur tubuhnya sama sepertiku. Hanya saja kulitnya sedikit kecoklatan."Mendengar pertanyaan Bintang, membuat Dirty sadar ada sesuatu yang dia lewatkan. Kalau se-usia Bintang, itu artinya yang ditemui Bintang bukanlah kakak seperguruan Devano.Terus siapa lelaki yang ditemui Bintang, hingga membuatnya kembali ke kota ini hanya untuk mencari informasi? Apa mungkin lelaki itu murid kakak seperguruan Devano? Tapi bagaimana aku bisa tahu muridnya? Bahkan kakak seperguruan Devano Willow sendiri saja tak pernah bertemu denganku.Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam benak Dirty Chill."Apakah ilmu beladiri yang dia miliki sama denganmu?" tanya Dirty tan
"Tubuh tak mampu menerimanya? Maksudnya?" tanya Bintang kebingungan.Bukannya menjawab, tapi Dirty kemudian membuat gerakan. Tidak mau mengambil resiko, Bintang langsung waspada.Namun, pada detik berikutnya Bintang terkesiap ketika melihat kepalan tangan Dirty membentuk ruam kemerahan."Ini merupakan kode, kalau tubuhku tak mampu menggunakan kekuatan seratus persen," jelas Dirty yang kemudian menetralkan kekuatannya.Bintang tak menjawab, dia masih tak percaya pada penglihatannya."Jika aku memaksakan menggunakan tenaga itu sepenuhnya, maka ada harga yang harus ku bayar," ujar Dirty hampir tak terdengar."Harga?""Iya, aku akan membayarnya dengan nyawa atau organ tubuhku akan rusak total. Itu artinya aku akan hidup dalam kelumpuhan selamanya," jawab Dirty."Apa?" pekik Bintang terkejut.Ya! Dirty pernah menggunakan hampir seratus persen dari tenaganya. Terlambat sedikit saja, mungkin Dirty hanya tinggal nama. Beruntung gurunya mengetahui lebih awal, hingga menetralkan semuanya, sehin
"Maksudku, kedipkan matamu dua kali kalau jawabannya iya. Tapi kalau jawabannya tidak, maka kedipkan matamu sekali saja. Apa kamu mengerti?" Bintang meluruskan penjelasan sebelumnya.'Setelah semua yang terjadi, dapatkah aku mempercayai lelaki ini? Jangankan nama, wajahnya pun aku tak pernah melihatnya,' batin lelaki asing itu ragu-ragu.Namun, memikirkan kalau sejak awal nyawanya memang sudah dalam bahaya, membuat lelaki itu pasrah. Dia memilih menyetujui permintaan Bintang."Bagus. Dapatkah kamu melihat bangunan kokoh yang berdiri di sampingmu?" tanya Bintang.'Apa? Bangunan kokoh? Apa penglihatan ku yang bermasalah ataukah lelaki ini yang sudah gila,' batin lelaki asing itu kebingungan.Melihat ekspresi lelaki asing itu langsung membuat Bintang dan Dirty tersenyum. Tanpa menjawab pun, mereka berdua tahu jawabnya."Apa kamu dapat melihat jelas pepohonan dan bambu liar di sekelilingmu?" tanya Bintang.Mata lelaki itu menatap sekelilingnya dan membatin, 'Ternyata lelaki ini masih wara
***Sementara itu di dalam hutan terlarang, Bintang dan Dirty menatap lahan kecil yang dipenuhi segala jenis tumbuhan herbal.Dengan hati-hati Bintang melangkahkan kakinya di tengah-tengah, kemudian memetik beberapa helai daun, dari lima tumbuhan yang berbeda.Dirty menunjuk tiga jenis tumbuhan yang daunnya berwarna ungu dan hijau kepada Bintang, "Kenapa kamu tak menambahkan ke tiga tumbuhan itu? Bukankah itu akan mempercepat kesembuhan lelaki asing itu?" "Aku membutuhkan ini," jawab Bintang, kemudian memetik lima helai daun berwarna kuning."Apa ada masalah dengan darahnya? Hingga kamu memilih menambahkan daun itu?" tanya Dirty kebingungan."Aku curiga di dalam aliran darah lelaki itu terdapat sejenis racun mematikan. Racun yang tak bisa di deteksi melalui alat medis biasa. Racun yang akan menggerogoti tubuh lelaki itu secara berlahan dan merusak organ dalamnya. Walaupun aku tak yakin, tapi tak ada salahnya, kan, kalau aku mencoba?" ujar Bintang menatap Dirty meminta persetujuan.Di
"Dalam darahmu mengalir racun yang mematikan. Racun yang tak bisa dideteksi oleh kecanggihan teknologi kedokteran saat ini. Racun itu akan menggerogoti organ tubuh mu secara bertahap,""Jadi, apabila terjadi sesuatu denganmu di kemudian hari, maka itu akan dianggap wajar. Dokter hanya akan menemukan kalau kamu mengalami komplikasi, bahkan mungkin penyakit langka yang merusak organ dalam mu hanya dalam hitungan jam,"Jari telunjuk Dirty menunjuk Bintang dan berkata kepada lelaki asing itu, tanpa melepaskan pandangan matanya pada Bintang. "Tapi bersyukurlah, karena lelaki ini menyadari adanya keganjalan dalam aliran darahmu. Jadi kamu bisa selamat." Penjelasan Dirty secara bertahap, sontak saja membuat lelaki asing itu terkejut. Belum hilang keterkejutannya, tiba-tiba Dirty kembali bertanya, "Apakah kamu telah menjalani pengobatan kurang lebih dua tahun, tanpa tahu penyakit apa yang kau derita? Aku tebak, pasti dokter itu mengira kamu sedang berhalusinasi. Bahkan mungkin dokter mengan
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce