Miran memegang pundak Mentari dan berbisik, "Pergilah dekati kak Bintang. Hanya saja kak Mentari harus berusaha keras, karena Kak Bintang sedingin es. Sedingin apapun Kak Bintang, tapi sebenarnya dia sosok yang baik, Kak Mentari,""Hanya saja Kak Bintang harus terjebak ke dalam keluarga Lee, keluarga yang sama sekali tak memiliki hati nurani. Satu pintaku, berhati-hatilah dengan keluarga Lee, terutama paman tertuaku, Paman Ekaputra.""Ekaputra? Kenapa?" tanya Mentari penasaran.'Astaga, kenapa aku bisa keceplosan? Harusnya aku tidak mengatakan apapun tentang paman Ekaputra. Kenapa aku begitu ceroboh? Bukankah ini sama saja membahayakan nyawa Kak Mentari?' batin Miran."Karena apa yang dikatakan paman tertuaku, seperti perintah yang tak terbantahkan bagi anggota keluarga Lee lainnya," ujar Miran berbohong.Mentari diam membisu, dia yakin ada sesuatu yang diketahui Miran tentang pamannya Ekaputra Lee. "Aku dapat melihat jelas kerinduan dari pancaran mata, Kak Mentari. Pergi dan dekati
Bukannya menjawab, tapi Diego Smith justru menggunakan tenaga dalamnya untuk mengetahui apakah ada orang lain di dalam ruang kantor Rivaldo, selain mereka bertiga.'Apa dia pikir bisa menemukan ku? Apalagi menggunakan tenaga dalam yang tingkat kematangannya, jauh di bawahku? Benar-benar, Bodoh!' batin Ekaputra kesal.Walaupun tak menemukan keanehan, tapi Diego Smith memilih berhati-hati. Dia menatap lelaki asing yang duduk didepan Rivaldo."Dia tak ada bedanya dengan Stiven, jadi kamu jangan khawatir membocorkan apa yang kau ketahui tentang pimpinan baru Fierce Spider," ujar Rivaldo pasrah.Mengingat Bintang Morales yang tak ingin orang luar mengetahui tentang dirinya, mengingat kehebatannya yang masih jauh dibawah Bintang, mengingat Bintang memberinya muka didepan tim satu. Akhirnya Diego Smith membuat keputusan pasti."Sebagai anggota Fierce Spider, aku tak punya hak membocorkan informasi. Sebaiknya tuan Rivaldo sendiri yang mendatangi markas dan bertemu langsung dengan pimpinan bar
"Kumpulkan semua anggota Fierce Spider, tanpa terkecuali. Aku ingin semua menyaksikan pertandingan antara Bintang Morales dan Diego Smith secara langsung!" perintah Rivaldo, tangannya membentuk kepalan."Cukup Rivaldo! Apa kamu sengaja ingin mempermalukan Bintang? Apa dia pantas untuk menerima atas semua kemarahan mu? Apa dia bersalah dengan kembalinya lelaki jahanam itu, ha?!" teriak Stiven emosi."Siapa sebenarnya sosok yang sangat kamu takuti itu? Sehebat apakah dia? Apa anak buah kita tidak cukup untuk mengalahkannya? Atau perusahaan mu,"BRAKKK !!!!Stiven tak meneruskan kalimatnya, ketika sang adik mengebrak meja dengan keras.Rivaldo menatapnya tanpa berkedip dan berkata dengan penuh tekanan, "Bukan hanya perusahaan ku yang bergantung padanya, Brengsek! Tapi dunia hitam ini juga! Apa kamu puas?!"Stiven mundur selangkah demi selangkah, sampai tubuhnya membentur dinding beton, "Tidak mungkin! Tidak mungkin! Kamu pasti bohong, kan?"Rivaldo melangkah maju mendekati sang kakak dan
Namun, penonton justru menjadi bingung ketika melihat pertandingan antara sang bos dan lelaki terkuat di Fierce Spider."Apa yang terjadi? Kenapa aku tak bisa membedakan; yang mana bos Bintang, mana Diego Smith? Apa mataku bermasalah?""Sepertinya tidak, aku juga tak bisa membedakan bos dan Diego. Gerakan mereka sangat cepat dan tidak terbaca."Ya! Mereka hanya melihat sosok yang berputar seperti angin, tanpa dapat membedakan orangnya. "Kenapa pertandingan ini justru membuat udara semakin dingin? Bukannya panas?""Apa selama ini kita salah dalam menilai bos Bintang?"Kembali bisikan-bisikan antar sesama anggota, dapat didengar jelas oleh Stiven.Mereka hanya melihat sosok yang berputar seperti angin, tanpa bisa melihat jelas siapa orangnya. Bahkan sosok yang tidak bergerak dalam lingkaran, tak dapat mereka lihat dengan jelas. Melihat pertandingan itu secara langsung, seperti tamparan buat Anggun Maharani. Sosok yang merupakan orang ke dua terkuat dari Fierce Spider.'Ja-ja-jadi pert
Rivaldo Gonsales menghentikan langkah kakinya, ketika menyadari dia telah melewatkan kesempatan emas.Dengan cepat dia berbalik menuju ruangan Stiven.Kenapa tak gunakan kesempatan ini untuk mengusir Bintang dan menetapkan Diego Smith sebagai pimpinan baru Fierce Spider?Dengan begitu semuanya akan terkendali, baik nyawaku maupun perusahaan serta Fierce Spider sendiri.Bukankah selama ini Bintang sama sekali tak pernah menggunakan kartu hitam yang diberikan Stiven? Jadi Ekaputra tidak akan menemukan kejanggalan.Memikirkan semua sisi positifnya, Rivaldo mempercepat langkah kakinya.Diego, Bintang, dan Stiven langsung terdiam. Ketika melihat sosok yang kini berdiri didepan pintu.Tanpa satu katapun, Rivaldo melangkah masuk kemudian menutup pintunya rapat-rapat."Bintang, aku ingin kamu mengundurkan diri secara resmi!" tegas Rivaldo.Bintang menatap Rivaldo dalam diam.Aku jadi penasaran, sebenarnya seberapa besar kekuasaan yang di miliki sosok yang kau takuti?Apa identitas ku, akan me
***Di dalam ruangan pimpinan Fierce Spider.Diego Smith duduk dengan mata terpejam.Kenapa ilmu beladiri Bintang Morales sama denganku?Dengan kehebatan yang dimilikinya, sangat mustahil kalau dia tak memiliki guru!Apa mungkin Bintang adalah murid tersembunyi guru Devano Willow? Murid yang memiliki kekuatan sempurna?Aku harus menyelidikinya, tapi bagaimana caranya?Sedetik kemudian dia tersenyum, dia menemukan ide untuk mengetahui semua tentang masa lalu Devano Willow, gurunya.Lelaki tampan itu langsung mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan mengirim pesan melalui aplikasi hijau.[Bayar dunia hitam Fierce Spider untuk membunuh Devano Willow. Tawar dengan harga dua miliar. Ingat berapa pun harga yang mereka tawarkan, maka terima itu. Ini fotonya.] [Baik, Bos.]Ya! Diego Smith memiliki perusahaan yang tidak diketahui oleh Fierce Spider, termasuk Rivaldo. Jangankan anggota Fierce Spider, bahkan publik dan karyawan perusahaan itu sendiri tak mengetahui siapa pemilik asli perusahaan
***Setelah mempercayakan Miran kepada Mentari, Bintang berangkat ke kota terkejam. Kota di mana dia tumbuh dewasa.Begitu tiba di tempat tujuan, Bintang memilih duduk manis sambil menyaksikan perkelahian antar warga.Salah satu polisi mengarahkan pistol ke atas, kemudian menembak.DORRR!!!! DORRR!!!! DORRR!!!!Namun, bukannya berhenti warga justru melempar polisi itu dengan batu.Tidak mau nyawa melayang, polisi itu memilih melarikan diri, sebelum warga menyerangnya karena geram. Hal yang sama dilakukan polisi lainnya.Pemandangan itu sama sekali tak asing bagi Bintang."Bukankah tak ada yang berubah? Kamu pun begitu, sama sekali tak berubah. Kamu masih santai saja, ketika melihat perkelahian antar warga."Suara seseorang langsung membuyarkan lamunan Bintang. Dia langsung menatap asal suara. Begitu melihat sosok yang kini duduk disampingnya, tak urun membuat Bintang terkejut."Apa aku tak salah lihat? Bukankah kamu sudah meninggalkan kota ini? Ngapain kamu di sini?" tanya Bintang bi
"Apa ada yang kau sembunyikan dariku? Kenapa kamu harus jujur?" tanya Bintang kebingungan.Bukannya menjawab, tapi Dirty Chill justru meneruskan langkah kakinya memasuki hutan lebih dalam.Bintang mempercepat langkah kakinya, mengikuti Dirty dan bertanya, "Apa dulu pernah ada seorang lelaki yang sumuran denganku tinggal di kota ini? Postur tubuhnya sama sepertiku. Hanya saja kulitnya sedikit kecoklatan."Mendengar pertanyaan Bintang, membuat Dirty sadar ada sesuatu yang dia lewatkan. Kalau se-usia Bintang, itu artinya yang ditemui Bintang bukanlah kakak seperguruan Devano.Terus siapa lelaki yang ditemui Bintang, hingga membuatnya kembali ke kota ini hanya untuk mencari informasi? Apa mungkin lelaki itu murid kakak seperguruan Devano? Tapi bagaimana aku bisa tahu muridnya? Bahkan kakak seperguruan Devano Willow sendiri saja tak pernah bertemu denganku.Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam benak Dirty Chill."Apakah ilmu beladiri yang dia miliki sama denganmu?" tanya Dirty tan
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce