Home / Romansa / Dendam Rusmini / Siapa Rusmini?

Share

Siapa Rusmini?

Author: Tri Widiyani
last update Last Updated: 2021-07-08 19:43:55

[Bu, saya nunggu di simpang jalan, sebelum belokan ke rumah. Duduk di dekat pos ronda.]

Mbak Septi mengirim Pesan WA lagi sesaat setelah kukabari jika aku dalam perjalanan pulang ke rumah. Tak perlu menunggu nanti malam lagi, harus cepat bertemu Mbak Septi.

Penting sekali sepertinya hal yang ingin dibicarakan Mbak Septi hingga kami harus bertemu di luar rumah. Kupercepat laju motorku, penasaran tak sabar ada apa dengan Mimin dan suamiku. 

Terlintas kembali bayangan Mas Andi saat sedang menatap lekat Mimin yang cantik di garasi pagi tadi. Ini kah tanda adanya badai yang tak kusadari menerpa rumah tanggaku?

"Ayo, Mbak, kita cari tempat yang lebih enak. Banyak orang lewat di sini terlalu ramai, naik ke motor. Lewat jalan tikus saja aku nggak ada helm buat Mbak Septi."

Begitu ketemu, langsung tanpa buang waktu lagi segera kubawa Mbak Septi. Mmm ... Lebih nyaman rasanya kalau dibicarakan di kios bakso saja. Sekalian mengisi perutku yang sudah keroncongan.

Kios bakso cukup ramai, setelah memesan bakso dan minuman, kami memilih tempat duduk lesehan di pojok kios supaya leluasa berbincang.

"Jadi ada apa, Mbak, aku sudah deg-degan ini nggak sabar dengar hal penting apa yang mau diceritakan."

"Ibu yang kuat ya, saya pergoki hal sangat mencurigakan, mmm ... Mimin itu, Bu ...."

"Aduh, Mbak, nggak usah takut begitu ngomongnya. Aku tambah jantungan ini."

Tanpa sadar kugoyang bahu Mbak Septi tak sabar.

Welah tambah kesal rasanya, saat penasaranku membuncah tiba-tiba justru datang pelayan kios mengantar pesanan bakso kami, makin memperkeruh pikiranku saja.

"Ayo lanjutkan, Mbak, baksonya masih terlalu panas, nanti saja makannya," sergahku sangat tidak sabar.

"Kemarin saat kami selesai masak buat katering siang, waktu mau wudhu untuk shalat dzuhur, saya lihat Mimin masuk rumah lewat pintu dapur ibu. Saya ikuti dan mengintip dari jendela ruang makan, saya lihat dia masukkan sesuatu ke gelas tehnya bapak yang di meja makan.''

Kamar karyawan dan dapur katering memang terpisah di belakang rumah. Sesuai syarat standar ijin usaha katering, dapur yang kami miliki harus memadai, bersih dan layak sanitasinya. Kamar karyawan terletak di samping dapur katering, hanya ada dua kamar. Mbak Septi sama Mimin saja yang menginap. Karyawan lainnya ada Mamat sama ningsih tinggalnya tak jauh dari rumah kami.

"Selama ini kami saja nggak berani masuk rumah ibu jika tidak dipanggil ibu atau bapak. Makanya saya heran Mimin masuk gitu saja ke dalam rumah. Eh ternyata sepertinya dia punya maksud terselubung lewat minuman bapak, Bu."

"Mbak nggak tanyain Mimin memasukkan apa dalam teh?" 

"Sudah, Bu. Dia mengelak, katanya dia masuk rumah hanya mau pinjam charger HP karena chargernya nggak ketemu dimana. Dia malah marah menuduh saya merendahkannya karena sudah membuntuti dia." Mbak Septi berkata dengan sangat kesal.

"Dan kemarin juga waktu malamnya, Bu ... Kira-kira jam sebelasan, sa--sa sayyya lihat Bapak keluar dari kamar Mimin.''

"Apaa? Mbak Septi yakin! Nggak salah lihat!"

Aku memburu bertanya dengan panik memastikan kabar dari Mbak Septi tadi.

"Saya kegerahan malam itu, Bu, nggak bisa tidur. Awalnya saya mendengar pintu kamar Mimin dibuka. Pas saya lihat nggak ada Mimin keluar. Kira-kira setengah jam kemudian saya dengar lagi pintu kamar dibuka, nah saat itu saya intip lagi baru lihat bapak yang dari kamar Mimin."

Nafasku serasa terhenti, dadaku sesak bukan kepalang. Seminggu ini memang aku hanya fokus dengan urusan sekolah, sedikit abai dengan Mas Andi. Malamku lebih cepat terbuai mimpi karena lelah, tak mengira Mas Andi akan melewati sebagian malamnya di kamar wanita lain.

"Ibu harus kuat, cepat bertindak, Bu. Jangan sampai kehilangan suami seperti saya."

"Aku harus bagaimana, Mbak?" 

Belum lagi mampu berpikir jernih. Saat itu campur aduk rasa di hatiku ... perih, geram, begitu terhenyak, air mata rasanya sudah mau tumpah keluar.

"Mimin harus segera dikeluarkan dari pekerjaannya, tak boleh lagi di dekat bapak. Sepertinya kedatangannya ke rumah sudah direncanakan itu, Bu."

Mbak Septi merengkuh pundakku berusaha menguatkan. Wanita empat puluhan tahun itu sudah banyak pengalaman hidup. Dia harus mencari nafkah sendiri untuk biaya pesantren anak tunggalnya, suaminya meninggalkan Mbak Septi demi wanita selingkuhannya.

"Mbak Septi harus bantu saya menjadi saksi atas apa yang sudah Mbak lihat." Aku menarik napas perlahan, mulai menguasai diri dan hatiku.

"Ibu juga harus cari tahu masa lalu bapak, sapertinya Mimin sudah mengenal bapak dari dulu. Itu penting untuk mencegah hal jahat yang masih bisa dilakukan Mimin meski sudah tidak di rumah ibu lagi."

Aku mengangguk, Mbak Septi benar. Tatapan lekat Mas Andi kemarin seperti menyiratkan sudah mengenal sekali sosok Mimin.

"Lalu kenapa Mimin harus mencampurkan sesuatu dalam minuman Mas Andi? Apa dia main dukun?"

"Nah itu mungkin juga, Bu."

Mas Andi ..., aku tak menyangka jika hari ini harus mendengar berita menggeramkan tentangmu. Seandainya Mimin memang wanita dari masa lalumu kenapa tak pernah kamu ceritakan? Pikiranku mulai berkecamuk menyesali ketidakjujuran suamiku.

Seingatku, sebelum menikah denganku Mas Andi tak mempunyai kekasih sebelumnya. Aku adalah wanita pertama yang menjalin hubungan serius dengannya. Kami hanya saling mengenal enam bulan, itu pun bukan layaknya orang berpacaran pada umumnya. 

Kami honorer mengajar di sekolah yang sama. Aku sudah setahun lebih dulu mengajar dibanding Mas Andi. Sama-sama ingin menjalin hubungan serius akhirnya kami menikah karena usia kami saat itu juga sudah dua puluh lima tahun lebih.

Saat aku lolos seleksi ASN menjadikan Mas Andi mulai malas mengajar. Berulang kali gagal seleksi ASN membuat Mas Andi berhenti menjadi guru honorer dan mulai merintis usaha katering seperti ibu mertuaku. 

Dengan modal dari orang tua Mas Andi ditambah pinjaman dari bank dengan jaminan SK mengajarku kami mulai merintis usaha katering. Rumah yang kami tempati adalah peninggalan orang tuaku. Aku dan Mas Andi sama-sama anak tunggal.

"Bu ..."

Panggilan Mbak Septi menyadarkanku yang sedang melintas balik awal pertemuanku dengan Mas Andi.

"Sampai rumah nanti ibu harus tetap tenang, cari tahu tentang Mimin ya, Bu."

Mbak Septi kembali merengkuh pundakku. Bersyukur sekali ada Mbak Septi bersamaku, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Ibuku dipanggil Allah setahun setelah pernikahanku. Bapakku sudah lebih dulu menghadap Ilahi saat aku baru selesai kuliah, beliau juga seorang guru.

"Iya Mbak, Mas Andi yang membawa Mimin ke rumah, aku belum sempat bertanya lebih teliti tentang siapa Mimin."

Aku teringat kembali postingan di F* tadi pagi. Wanita yang hilang itu bernama Rusmini, bisa jadi panggilannya adalah Mimin. Segera kuambil ponsel dan menghubungi nomor telepon yang tertera. Panggilannya tidak diangkat. Segera kukirimkan sebuah pesan.

[Mbak, saya punya info tentang adiknya yang hilang. Apakah nama panggilan adiknya itu Mimin?]

Related chapters

  • Dendam Rusmini   Badai Menerjang

    Aku tak boleh kalah menyerah dengan Mimin. Jika terbukti Mas Andi sudah berhianat rasanya aku tak akan bisa lagi melanjutkan rumah tanggaku dengannya, tapi tak 'kan kubiarkan juga Mimin bisa memiliki Mas Andi, enak saja mau bahagia dengan jalan merebut pasangan orang lain.Bayangan Mas Andi menghabiskan sebagian malamnya bersama Mimin membuatku mual. Kupandangi semangkuk bakso di depanku, meski perut keroncongan tapi selera makanku tak juga timbul melihat bakso yang terlihat enak itu.Kulihat pesan WA-ku masih centang satu, mungkin ponsel pengunggah postingan di FB itu sedang tidak diaktifkan. Tapi aku yakin wanita yang hilang itu hampir sama persis dengan Mimin. Kutaruh kembali ponsel ke dalam tas."Ayo mbak sambil dimakan baksonya, sudah hampir senja.""Iya, Bu, makasih. Ibu juga harus makan baksonya, ayo dihabiskan biar kuat menghadapi kenyataan hehe." Mbak Septi mencoba melempar canda.

    Last Updated : 2021-07-08
  • Dendam Rusmini   Wanita Lain itu?

    Setelah tahu pasti jika Mas Andi dan Mimin sedang berdua di kamar saat ini, apakah aku akan membiarkan mereka bisa berzina begitu saja? Tentu tidak. Kamera yang sudah dipasang hanya untuk mendapatkan bukti perbuatan hina kedua insan yang tersesat jalan itu.Sebelum perzinaan mereka sukses terulang lagi, pasti akan segera kucegah. Bayangkan ... saat mereka sudah diburu nafsu, eh tiba-tiba kami menggagalkannya, hahaha rasain nanti, Mas, kamu akan merana.Apa yg akan kulakukan sekarang?[Mbak, bersiap! Aku ke situ. Kita kuliti dua sejoli yang nggak takut dosa itu]Kukirim pesan untuk Mbak Septi, kami akan melancarkan rencana.Sambil berjalan menuju kamar Mbak Septi, kutelepon mama mertua. Kuminta Mama dan Papanya Mas Andi datang ke rumah saat ini juga.[Assalamu'alaikum, Ma][Wa'alaikumussalam, iya, Hanum ... ada apa sudah malam nelepon, mama sampai kaget ini.][Hanum minta maaf, Ma. Tapi ini penting sekali. Tolo

    Last Updated : 2021-07-08
  • Dendam Rusmini   Tertangkap Basah

    5Harus tegar, aku tak boleh sampai menitikkan sebutir pun air mata. Ujian ini harus berhasil kulewati, setelahnya pasti akan ada kebaikan jika kuhadapi dengan sabar dan kuat.Aku sedikit takut jika mama akan terguncang saat mengetahui kenyataan yang terjadi di kamar Mimin, kugenggam erat tangan beliau."Ma, Mas Andi tega menghianati Hanum. Mama lihat perempuan tanpa busana itu? Dia dan Mas Andi telah berzina."Mama langsung lemas, tubuh beliau hampir luruh ke lantai jika tak cepat kutopang. Kuraih satu-satunya kursi di kamar itu, lalu membantu mama duduk supaya lebih tenang."Mama lihat Hanum bisa tegar 'kan? kita tak boleh kalah dari perempuan itu. Yang kuat ya, Ma," bisikku lirih di telinga Mama, mama mengangguk pelan."Keterlaluan kamu, Andi! Papa malu sekali dengan kelakuanmu!" Papa mencengkeram bahu suami br*ngsekku itu.Mas Andi terdiam, dia menunduk tak berani melawan kilatan amarah di mata papa."Tatap Papa, Andi!

    Last Updated : 2021-07-08
  • Dendam Rusmini   Hukum Saja Suamiku

    "Ayo arak sekarang saja, nggak usah nunggu lama lagi.'' riuh suara beberapa warga bersahutan."Mohon maaf Pak Sapto, Bapak 'kan masih satu kampung dengan kami meski beda RW dan RT, tentu Bapak paham jika saya sebagai ketua RT punya tanggung jawab menjaga kenyamanan warga di sini.'' Pak RT berkata dengan santun kepada papa."Jadi ... Saya mengharap kelapangan hati Bapak, dengan sangat menyesal terpaksa harus menyaksikan putranya diarak ke balai RT. Tujuannya bukan untuk mempermalukan Pak Sapto, tapi sebagai hukuman sosial bagi Pak Andi dan jadi pelajaran berharga bagi warga yang lain."Kulihat papa merangkul pundak mama, papa mengangguk lemah, menyerahkan keputusan kepada Pak RT. Papa pasrah Mas Andi akan diapa-apakan warga. Aku ikut merangkul pundak mama, kami bertiga saling berengkuhan, sangat memilukan.“Sekarang kamu sadar apa yang telah kamu lakukan sangat melukai kami, Andi?” tanya Papa.“Iya, Pa. Sadar, Pa. Maafkan And

    Last Updated : 2021-08-05
  • Dendam Rusmini   Teror Dimulai

    Sudah kuduga pasti kabar berita kasus rumah tanggaku cepat tersebar luas. Begitu ponsel kunyalakan, banyak sekali notifikasi berurutan masuk di layar. Ya Allah, ujianku datang lagi, aku harus tegar menghadapi dunia maya yang justru lebih ngeri dari dunia nyata.[Semoga Bu Hanum sabar, ikhlas dan kuat.]Kubaca chat terbaru di group WA guru di sekolah.[Bu Hanum, kami bersamamu, terus semangat.] Pesan dari Bu Ratna di group WA RT.[Tawakal ya Bu Hanum, Allah akan memberi hikmah yang terbaik, insyaallah.] Pesan dari Bu Salma teman di group WA pengajian.[Nggak nyangka ya, kelihatannya harmonis ternyata tergoda wanita lain, salut buat Bu Hanum yang sangat tegar.] Bu Mike menanggapi foto sidang tadi, yang diposting di grup WA PKK kelurahan.Tak sempat lagi kubaca satu per satu pesan lain yang berisi dukungan dan komentar dari banyak orang. Mataku serasa sudah berkunang-kunang menatap layar ponsel. Entah ungkapan mereka itu tulus atau ti

    Last Updated : 2021-08-06
  • Dendam Rusmini   Anak Suamiku?

    Sudah kuduga pasti kabar berita kasus rumah tanggaku cepat tersebar luas. Begitu ponsel kunyalakan, banyak sekali notifikasi berurutan masuk di layar. Ya Allah, ujianku datang lagi, aku harus tegar menghadapi dunia maya yang justru lebih ngeri dari dunia nyata.[Semoga Bu Hanum sabar, ikhlas dan kuat.]Kubaca chat terbaru di group WA guru di sekolah.[Bu Hanum, kami bersamamu, terus semangat.] Pesan dari Bu Ratna di group WA RT.[Tawakal ya Bu Hanum, Allah akan memberi hikmah yang terbaik, insyaallah.] Pesan dari Bu Salma teman di group WA pengajian.[Nggak nyangka ya, kelihatannya harmonis ternyata tergoda wanita lain, salut buat Bu Hanum yang sangat tegar.] Bu Mike menanggapi foto sidang tadi, yang diposting di grup WA PKK kelurahan.Tak sempat lagi kubaca satu per satu pesan lain yang berisi dukungan dan komentar dari banyak orang. Mataku serasa sudah berkunang-kunang menatap layar ponsel. Entah ungkapan mereka itu tulus a

    Last Updated : 2021-08-12
  • Dendam Rusmini   Kenyataan Pahit Suamiku

    Mama sama Papa sebaiknya istirahat saja di kamar, semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah. Sepertinya ada yang mencoba menganggu kita, Hanum minta doanya ya."Mama merengkuhku, bergantian menatapku dan Mas Andi, "Kalian sedang diuji, Mama doakan diberikan jalan yang terbaik, dimudahkan segala urusan yang harus kalian lewati, terserah kalian untuk meneruskan biduk pernikahan atau tidak, pikirkan semuanya baik-baik."Mama dan papa beranjak ke kamar tamu, meninggalkanku dan Mas Andi."Aku tak 'kan membiarkan rumah tanggaku hancur, kita harus melawan Mimin bersama, Hanum." Mas Andi menatapku menghiba."A--akkuu, susah rasanya menerima pahitnya kenyataan dan memaafkan perbuatanmu, Mas." Aku menghindar dari tatapannya."Iya, aku salah tak berterus terang tentang masa laluku, juga alasanku saat menerima Mimin datang ke sini. Akan kujelaskan semuanya." Mas Andi terus saja mencoba memberiku pengertian."Sudah larut malam, kita butuh isti

    Last Updated : 2021-08-13
  • Dendam Rusmini   Dialah Wanita Misterius itu

    Pikiranku sudah menerka-nerka tak menentu, apakah Mas Andi sudah menikah siri dengan Mimin? Apakah Tiara anaknya Mas Andi? Untuk apa Mas Andi tetap menikah denganku jika dia juga mencintai Mimin? Duh, ruweet."Mbak Wanti jangan bikin kami was-was, ada apa dengan Mas Andi!" Kucecar Mbak Wanti yang sudah bikin aku dan papa bingung. Untungnya mama masih belum selesai mandi, jadi tak ikut mendengar pembicaraan kami."Iya, bikin aku jantungan saja," kata papa terlihat cemas juga."Foto itu sama dengan foto pria yang dipakai Mimin untuk ritual, jadi putra bapak sudah dibawah pengaruh ilmu hitam Mimin.""Mbak Wanti yakin?" tanyaku."Saya membuka paksa kamar Mimin untuk cari petunjuk kepergiannya. Foto mirip suami Mbak Hanum itu ditaruh bersama tempat dupa, kain berisi mantra dan batu akik. Sepertinya Mimin sering melakukan ritual klenik, kata ibu kamarnya selalu bau bunga kanthil," ungkap Mbak Wanti."Ngerinya di balik foto itu tertulis p

    Last Updated : 2021-08-13

Latest chapter

  • Dendam Rusmini   Kematian Yang Tragis

    Kudekati tempat dupa itu, benar terdapat foto Mas Andi di dalam pinggan dupa, ada beberapa helaian rambut di situ. Benar juga terdapat tulisan di belakang foto 'pengasihan tanpa penawar'. Mungkin itu yang menyebabkan Mas Andi susah lepas dari jeratan Mimin.Kulihat juga ada bungkusan kain hitam, apa gerangan isinya? Aku memberanikan diri meminta pengertian dan ijin dari ibunya Mimin untuk memegang bungkusan kain itu."Mohon maaf, bukan saya bermaksud tak sopan. Sepertinya lewat ini Mimin sudah mengganggu keutuhan keluarga saya, ijinkan saya bawa bungkusan kain ini ke Ustadz yang sudah meruqyah Mimin. Saya yakin ini jimat atau sejenisnya," pintaku berucap dengan sehalus mungkin."Juga helaian rambut dan foto-foto suami saya ini bolehkan saya bereskan? Saya yang bertanggung jawab jika nanti Mimin marah, Bu." Aku beri ibunya Mimin penjelasan agar tak salah duga."Ini saya lakukan demi Mimin juga, dia harus bisa menerima kenyataan jika Mas Andi bukan jo

  • Dendam Rusmini   Oh Mimin

    Kasihan Tiara, anak kecil itu tak bersalah dan berhak mendapat kasih sayang layaknya anak kecil lainnya. Entah takdir mana yang membuatnya terlahir di bumi ini. Hampir bersamaan empat tahun yang lalu Mimin menjalin hubungan dengan dua lelaki sekaligus.Siapa bapaknya Tiara? Mas Andi atau Pak Arya? Hanya Mimin yang tahu. Sangat berdosa, Mimin telah menyia-nyiakan darah dagingnya hanya demi seonggok rasa yang bernama cinta yang belum berbalas.Perkataan Bu Indah di sekolah tadi kembali terngiang hingga aku pulang dari sekolah. Jika Tiara anak dari Mas Andi? Meski anak di luar nikah kehilangan hak wali dari ayah biologisnya, tapi Tiara tetap membutuhkan sosok seorang ayah.Masuk rumah dengan tubuh penat, aku ingin segera membersihkan diri dan istirahat. Mungkin kehamilanku yang membuat rasa lelah jadi lebih terasa. Meski di kepalaku terus berputar tentang Mas Andi, Mimin dan Tiara ... aku harus bisa menguasai pikiranku. Tak boleh terlalu tertekan demi kehamilanku.

  • Dendam Rusmini   Suamiku Memilihnya?

    Mamat datang tergesa lalu menyerahkan daun kelor permintaan Ustadz Mahmud. Sebagian daun itu diambil oleh Ustadz, sebagian lagi diberikannya pada Mamat untuk direbus."Mbak Mimin, kapan terakhir kali melaksanakan ibadah shalat?" tanya Ustadz Mahmud.Mimin menggeleng lalu menunduk menatap lantai rumah."Terakhir membaca Al quran?"Mimin menggeleng lagi, "Sudah bertahun-tahun tak saya lakukan.""Baiklah, saya akan bantu mengulang bersyahadat ya, Mbak. Mengembalikan keimanan Mbak Mimin pada Allah dan rasul," jelas Ustadz Mahmud.Mimin gemetar, wajahnya memucat saat melihat Ustadz Mahmud lebih mendekat padanya. Sepertinya peliharaan di tubuhnya sudah mulai bereaksi.Ustadz Mahmud meminta Mimin meminum rebusan daun kelor yang sudah dibacakan surah Al quran untuk ruqyah. Baru beberapa teguk meminum, Mimin hendak muntah. Mamat segera mencari ember dan siaga di dekat wanita penganut ilmu hitam itu.Pak Ustadz memukulkan s

  • Dendam Rusmini   Dia Mengaku istri suamiku

    "Mimin?" terkejut kupanggil namanya saat membuka pintu."Nggak usah terkejut begitu melihatku, Bu Hanum! Aku datang mencari suamiku, mana dia?" Mimin menerobos masuk ke dalam rumah.Heh! Suaminya? Mas Andi memang suami sirinya dulu. Tapi kata Mas Andi sudah dicerai, memang Mimin ini tak bisa menerima kenyataan.Untuk apa tiba-tiba Mimin datang ke sini, dia pasti tahu saat pagi begini Mas Andi sedang menata pesanan katering di mobil bersama Mamat. Toh bisa dilihatnya tampak mobil terparkir di belakang dekat dapur katering. Kuyakin dia sengaja mendatangiku. Apa maunya, ingin menakutiku?"Berhenti, Min! jangan sembarangan masuk ke rumahku," sergahku lantang.Mimin tak acuh, duduk di kursi tamu menyandarkan punggungnya dan menatapku. Sorot matanya liar memandang tak berkedip."Dengar, aku beri kamu waktu untuk mundur demi anakmu. Tukar masa depan anakmu dengan masa depanku. Kamu telah merebut Mas Andi hingga masa depanku hancur." Mimin mer

  • Dendam Rusmini   Malam Itu

    Dendam RusminiPart 16"Mbak, boleh saya menginap di sini beberapa hari sampai Mimin membaik? Saya titip Mimin, nanti saya kembali lagi setelah pulang dulu.'' Mbak Wanti menatapku penuh harap.Aku harus menjawab apa? Bagaimana jika kuijinkan lalu Mbak Wanti tak kembali lagi? Mimin wanita berbahaya, dia bisa nekat berbuat apa saja. Apalagi aku tengah mengandung, bisa terjadi sesuatu nanti."Maaf, Mbak. Mimin sudah sadar dan agak segar sekarang 'kan? Tadi Ustadz Mahmud sudah meruqyahnya, ajak pulang saja sekalian ya." Dengan berat hati kunyatakan keberatanku."Tolong lah, Mbak. Dengan apa saya ajak Mimin pulang, saya tak bawa uang banyak untuk menyewa mobil. Jika pulang dulu, saya bisa menjelaskan pada suami dan minta bantuannya," pinta Mbak Wanti lagi."Bagaimana jika diantar Mas Andi?" tanya Mbak Wanti memberanikan diri.Mama menghela napas, menatapku lalu menatap Mas Andi."Begini saja, pakai mobil Hanum biar Mamat yang ngantar.

  • Dendam Rusmini   Aku Hamil?

    Dendam RusminiPart 15"Dari mana kamu dapatkan itu, Mas? Aku bahkan lupa jika ..." Tak kuteruskan ucapanku, aku menjadi bingung sekarang.Dua mingguan yang lalu, aku memang merasa ada perubahan pada tubuhku. Beberapa bagian tubuhku menjadi lebih kencang, cepat merasa lelah, cepat mengantuk dan sudah terlambat datang bulan.Sehari sebelum Mimin datang, aku sempat mengecek dengan test pack untuk memastikan kondisiku. Aku baru ingat, hasilnya positif. Aku simpan alat test kehamilan itu di laci meja rias, akan memberi tahu Mas Andi esok hari sekalian periksa ke bidan. Lalu setelah Mimin datang, kenapa aku jadi terlupa?Mungkinkah Mimin yang sudah membuatku lupa dengan hasil test kehamilan itu? Jujur selama ini aku tak percaya dengan hal-hal klenik seperti itu, tapi sekarang aku mengalaminya sendiri. Jadi seperti itu kah yang terjadi pada Mas Andi saat diguna-guna Mimin? Ingatannya kadang terganggu?"Itu punya Hanum?" Mama bertanya den

  • Dendam Rusmini   Haruskah Aku Bercerai?

    "Iya, Pak Ustadz, tolong bebaskan Mimin dari penderitaannya. Sebenarnya dia wanita yang baik, hanya salah mengambil jalan pintas untuk mendapat keinginannya," kata Mas Andi tiba-tiba ikut bersuara.Aku tersentak, Mas Andi begitu mengenal Mimin? Dia dipelet atau memang mecintai Mimin dengan kesadaran?Kutatap tajam Mas Andi, memastikan dia dalam kondisi baik, tidak linglung atau pun dalam pengaruh guna-guna. Jelas, nyata dalam pandanganku Mas Andi sadar penuh dengan ucapannya."Syirik itu dosa besar, Mimin sudah menukar keimanannya pada Allah dengan jalan pintas meminta pada dukun, dia juga bersekutu dengan setan untuk menguasai ilmu hitam." Pak Ustadz Mahmud berkata kepada Mas Andi."Iya, Ustadz, saya yang menjadi penyebab Mimin nekat berbuat begitu. Andai dulu saya tidak meninggalkannya mungkin Mimin tidak akan dendam pada keluarga saya. Sekarang istri saya pun sudah meminta cerai, apa lagi yang bisa saya harapkan selain bersama Mimin?" Mas Andi menatapk

  • Dendam Rusmini   Kebahagiaanku Lenyap

    Dulu aku sangat mencintai Mas Andi, menganggapnya sebagai pasangan sempurna untukku. Membanggakannya sebagai suami ideal, penyayang, pengertian bahkan setia.Allah menegurku sekarang, jangan mencintai seseorang melebihi cinta kepadaNya. Allah bisa menghilangkan cinta dan kebahagiaan itu kapan saja saat sudah berkehendak, lalu memberiku ujian dengan hadirnya cinta wanita lain diantara aku dan Mas Andi.Penghianatan Mas Andi menjadi pelajaran berharga bagiku. Mungkin memang Mimin memikat Mas Andi dengan pelet, tapi ketidakjujuran Mas Andi membuat hatiku tersayat. Harusnya dia terbuka jika sedang mempunyai satu masalah, bukan menutupi dariku.Aku terlalu takabur, begitu yakin Mas Andi sangat mencintaiku dan tak mungkin menduakan aku. Allah tunjukkan sekarang ... terlalu yakin akan cinta kami berdua, membuatku begitu terluka saat keyakinanku dihianati."Hanum?" Panggilan mama membuyarkan anganku."Iya, Ma, apa yang mama rasakan sekarang?" tanyaku.

  • Dendam Rusmini   Mimin

    *Mimin*Wisma Rosela, aku meminta Mas Andi menemuiku di sana siang ini. Setengah jam menunggu, dia tak juga datang. Pesan yang kukirim tak juga dibalasnya. Apa yang terjadi? Baru semalam terkirim, apa pengaruh mantraku sudah luntur secepat itu?"Rusmini? Akhirnya kita ketemu lagi. Memang keberuntungan sedang bersamaku, aku bisa menghilangkan penatku sebentar bersamamu.''Seorang pria yang tadinya melewatiku saat duduk di lobi wisma, membalikkan langkahnya dan menyapaku. Ingatanku segera mengenalinya, Mas Arya, teman kerja Mas Pujo, kakakku. Mereka sama-sama kerja di PEMDA, pria ini salah satu lelaki jelalatan yang kuperas. Dia pernah memberiku sepeda motor dan perhiasan, kuperas dengan foto syur yang kuambil setelah dia kuberi obat tidur."Maaf, Mas, aku sedang menunggu seorang teman, tak bisa menemanimu." Aku mencoba menolak ajakannya dengan halus."Ayolah, aku sudah tahu ternyata kamu kelabui aku, kita tak pernah tidur bersama waktu i

DMCA.com Protection Status