Beranda / Romansa / Dendam Rusmini / Teror Dimulai

Share

Teror Dimulai

Penulis: Tri Widiyani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-06 23:13:46

Sudah kuduga pasti kabar berita kasus rumah tanggaku cepat tersebar luas. Begitu ponsel kunyalakan, banyak sekali notifikasi berurutan masuk di layar. Ya Allah, ujianku datang lagi, aku harus tegar menghadapi dunia maya yang justru lebih ngeri dari dunia nyata.

[Semoga Bu Hanum sabar, ikhlas dan kuat.]

Kubaca chat terbaru di group WA guru di sekolah.

[Bu Hanum, kami bersamamu, terus semangat.] Pesan dari Bu Ratna di group WA RT.

[Tawakal ya Bu Hanum, Allah akan memberi hikmah yang terbaik, insyaallah.] Pesan dari Bu Salma teman di group WA pengajian.

[Nggak nyangka ya, kelihatannya harmonis ternyata tergoda wanita lain, salut buat Bu Hanum yang sangat tegar.]  Bu Mike  menanggapi foto sidang tadi, yang diposting di grup WA PKK kelurahan.

Tak sempat lagi kubaca satu per satu pesan lain yang berisi dukungan dan komentar dari banyak orang. Mataku serasa sudah berkunang-kunang menatap layar ponsel. Entah ungkapan mereka itu tulus atau tidak, ada rasa ngilu mengendap di hatiku. Seperti ini kah rasa perihnya saat menjadi bahan pembicaraan di masyarakat. 

Aku harus kuat, semua pasti akan berlalu dengan limpahan rahmat dari Allah. Menghela napas panjang, kurunut ke bawah semua chat WA yang masuk. Aku terpaku membaca balasan pesanku pada pengunggah berita di F* kemarin.

[Adek saya namanya Rusmini, ada yang manggil Rusmi ada juga manggilnya Mimin, apakah fotonya sama?] 

Segera kubalas pesannya.

[Iya fotonya sama dengan Mimin yang ada di rumah saya.]

Tak salah lagi, Mimin adalah wanita yang dicarinya. Segera kukirimkan alamat rumahku dan foto Mimin yang sempat kuambil dari group WA tadi.

Kami pulang meninggalkan balai RT saling beriringan jalan, Mas Andi berjalan bersisian dengan papa, aku berjalan di samping mereka. Mimin berjalan di belakangku. 

"Bu Hanum, tunggu! Astaga kenapa cepat sekali langkah kalian." Mimin berteriak sambil berusaha mengejar langkahku.

Tak kuhiraukan dia, hingga tiba-tiba dia mencekal lenganku.

"Sombong amat tak mau berjalan di sampingku. Tujuan kita searah kenapa tak sama-sama jalannya." Mimin meracau padaku.

"Lepasin, Min! Kita nggak ada urusan lagi mulai detik ini. Kamu hanya kuberi waktu sampai besok untuk meninggalkan rumahku!" sergahku.

"Jangan ganggu istriku lagi, Min!" Mas Andi membentak dan menarik tangan Mimin dariku.

"Kamu lupa janjimu padaku, Mas! Kamu bahkan belum jadi bertemu anak kita." Mimin berkata sambil menghentak kakinya.

''Anak? Aku bahkan tak yakin jika itu anakku, Min!" teriak Mas Andi.

"Sejauh itu perbuatan bej*tmu, Andi? Sampai punya keturunan dari wanita macam dia?"

Papa yang dari tadi diam akhirnya berbicara, menghentikan langkah kami dan mencekal lengan Mas Andi.

"Jangan percaya perkataannya, Pa. Aku dijebak, entah anak siapa itu. Aku juga terpaksa menerimanya kerja di rumah. Dia mengancam akan memberitahukan masa laluku dengannya pada Hanum."

"Dijebak gimana? Nyatanya kamu tertangkap di kamarnya." Papa begitu marah mendengar perkataan Mas Andi.

"Mas Andi kejam, Tiara itu anakmu. Akan kubuktikan, nanti kamu yang akan berganti memohon untuk bersamaku. Kita lihat saja." Mimin berlalu berjalan lebih dulu dengan langkah cepat.

Semua semakin membuatku bingung, Mimin berkata begini, Mas Andi berkata begitu, saling menyangkal tak jelas.

Warga yang sebagian masih berjalan di belakang kami, mulai tertarik untuk mendekat ingin tahu pertengkaran diantara kami.

"Pa, kita bicarakan di rumah ya, kasihan mama pasti cemas menunggu kita pulang. Sebentar lagi kita sampai." Pelan kusentuh bahu papa.

***

Mama langsung memelukku begitu kami tiba di rumah.

"Kalian baik-baik saja kan?" tanya Mama. 

"Di sebelah sini ini yang sakit, Ma. Anakmu itu sungguh keterlaluan." Papa menunjuk ke dadanya, duduk di kursi dan meluruskan kakinya.

Ya Allah, kuatkan kedua mertuaku, jangan sampai terganggu kesehatan mereka.

"Papa sama mama menginap saja, Hanum buatkan minum dulu ya."

"Aku dibuatkan kopi ya, Mami." Mas Andi kembali memanggilku dengan panggilan kesayangan lagi? Terdengar menyebalkan di telingaku.

Enggan kujawab permintaannya, aku hanya mengangguk.

Mbak Septi pamit kembali ke kamarnya, kuminta dia sambil mengawasi Mimin. Tinggallah kami berempat duduk hening di ruang tengah, masing-masing menyesap secangkir minuman dengan pikiran melayang. Rasanya susah bagi kami untuk memejamkan mata malam ini.

"Andai dulu kamu percaya dengan penilaian kami tentang Rusmi, semua ini tak akan terjadi." Mama berkata lirih pada Mas Andi.

"Maafkan Andi, Ma. Sekali lagi aku meminta, tolong maafkan." Mas Andi meraih tangan mama.

"Ma, bisa beri tahu Hanum siapa sebenarnya Rusmi?" tanyaku.

"Wanita jal*ng itu dulu kerja di warnet depan rumah kami, Andi baru wisuda waktu itu. Entah setan mana yang menggoda, Andi tergila-gila padanya. Jelas-jelas wanita itu jadi piala bergilir, siapa saja bisa membawanya ke sana ke mari. Kadang dibonceng sepeda motor seorang pemuda, di lain waktu pergi dengan mobilnya om-om. Begitu yang mama lihat setiap harinya." Mama mulai bercerita.

 

"Belum lagi cara berpakaiannya yang tak sopan, rambutnya juga sering berubah-ubah warna. Dia memang cantik, tapi untuk memilih seorang istri tak cukup hanya karena cantik," lanjut mama lagi.

"Andi sering ke warnet saat itu untuk mengirim lamaran pekerjaan secara online, mama tak tahu pelet apa yang digunakan Rusmi sampai Andi bisa terpikat. Andi bahkan sempat membawa Rusmi ke rumah dan memaksa kami untuk melamarnya."

 

"Papa sampai pergi ke ustadz meminta wasilah untuk melepaskan Andi dari jerat Rusmi. Perlahan Andi mulai bisa lebih tenang tinggal di rumah dan tak berhubungan lagi dengan Rusmi."

"Rusmi rela diakhiri hubungannya dengan Mas Andi?" tanyaku pada mama.

"Papa melaporkan kepada pemilik warnet tentang kelakuan Rusmi yang sering dibawa pergi berganti-ganti lelaki. Rusmi pun diberhentikan bekerja."

 

Kulirik Mas Andi, pandangannya kosong, diam  menyandarkan kepala di kursi. entah dia mendengarkan perkataan mama atau tidak.

"Alhamdulillah Andi diterima mengajar sampai akhirnya menyukai Hanum. Kami sangat bersuka cita waktu kalian berencana menikah." Papa ikut menambahkan cerita.

"Kami pikir Rusmi sudah enyah dari kehidupan Andi, ternyata ... Mama rasa ada yang tak mama ketahui setelah Rusmi berhenti bekerja di warnet. Apakah kalian masih ketemu secara diam-diam? Jawab, Andi!" Mama berseru kepada Mas Andi.

"I--iya, Ma. Maaf. Sebelum menikah dengan Hanum, Andi memenuhi permintaan Rusmi untuk menemuinya sekali saja. Andi sudah katakan padanya jika sungguh-sungguh mencintai Hanum, Ma."

"Kenapa sebelum menikah tak pernah berterus terang jika di hatimu ada wanita lain, Mas?" kataku menahan nyeri di hati.

"Maafkan aku. Terpaksa kutemui Mimin karena rasa bersalah tidak jadi menikah seperti janjiku padanya. Tapi sungguh aku mencintaimu, Hanum." Mas Andi mencoba meyakinkanku.

"Cinta seperti apa jika tega berbohong dan berhianat pada pasangannya?"

"Justru karena sangat mencintaimu, aku takut kehilanganmu jika berterus terang tentang masa laluku."

"Maksudmu, Mas?"

"A--akkuu, aku dijebak menghabiskan malam bersama dengan Mimin sebelum pernikahan kita, Hanum."

"Yang jelas bicaramu, Andi! Mama kecewa sekali denganmu." Mama berkata dengan sangat marah.

"Iya, Ma, tapi kurasa Mimin sudah tidak gadis lagi waktu kami bersama itu. Jadi anaknya bukan lah anakku."

"Wanita itu memang pembawa petaka, Mama sudah bisa menilai saat kamu bawa ke rumah dulu. Kenapa kamu tak bisa menyadarinya, justru mengulang kesalahan dengan  menerima dia di rumah ini."

"Itu juga yang membuat Hanum bingung, Ma. Tiba-tiba saja Mimin datang ke rumah ini menemui kami meminta jadi karyawan katering. Mas Andi masih menyembunyikan sesuatu, Ma"

'Praaangg'

Kaca ruang tengah pecah luruh berhamburan begitu saja, tanpa ada penyebabnya. Kami tak menemukan sesuatu yang dilempar dan mengenai kaca.

Papa dan Mas Andi segera keluar mencari suatu petunjuk, tak ada siapa pun terlihat. Terdengar suara angin berhembus sangat kencang seperti ada yang tak kasat mata berlalu diantara kami. Aku beristighfar, ada apa ini? Perasaanku sungguh tak nyaman.

Bab terkait

  • Dendam Rusmini   Anak Suamiku?

    Sudah kuduga pasti kabar berita kasus rumah tanggaku cepat tersebar luas. Begitu ponsel kunyalakan, banyak sekali notifikasi berurutan masuk di layar. Ya Allah, ujianku datang lagi, aku harus tegar menghadapi dunia maya yang justru lebih ngeri dari dunia nyata.[Semoga Bu Hanum sabar, ikhlas dan kuat.]Kubaca chat terbaru di group WA guru di sekolah.[Bu Hanum, kami bersamamu, terus semangat.] Pesan dari Bu Ratna di group WA RT.[Tawakal ya Bu Hanum, Allah akan memberi hikmah yang terbaik, insyaallah.] Pesan dari Bu Salma teman di group WA pengajian.[Nggak nyangka ya, kelihatannya harmonis ternyata tergoda wanita lain, salut buat Bu Hanum yang sangat tegar.] Bu Mike menanggapi foto sidang tadi, yang diposting di grup WA PKK kelurahan.Tak sempat lagi kubaca satu per satu pesan lain yang berisi dukungan dan komentar dari banyak orang. Mataku serasa sudah berkunang-kunang menatap layar ponsel. Entah ungkapan mereka itu tulus a

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Dendam Rusmini   Kenyataan Pahit Suamiku

    Mama sama Papa sebaiknya istirahat saja di kamar, semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah. Sepertinya ada yang mencoba menganggu kita, Hanum minta doanya ya."Mama merengkuhku, bergantian menatapku dan Mas Andi, "Kalian sedang diuji, Mama doakan diberikan jalan yang terbaik, dimudahkan segala urusan yang harus kalian lewati, terserah kalian untuk meneruskan biduk pernikahan atau tidak, pikirkan semuanya baik-baik."Mama dan papa beranjak ke kamar tamu, meninggalkanku dan Mas Andi."Aku tak 'kan membiarkan rumah tanggaku hancur, kita harus melawan Mimin bersama, Hanum." Mas Andi menatapku menghiba."A--akkuu, susah rasanya menerima pahitnya kenyataan dan memaafkan perbuatanmu, Mas." Aku menghindar dari tatapannya."Iya, aku salah tak berterus terang tentang masa laluku, juga alasanku saat menerima Mimin datang ke sini. Akan kujelaskan semuanya." Mas Andi terus saja mencoba memberiku pengertian."Sudah larut malam, kita butuh isti

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Dendam Rusmini   Dialah Wanita Misterius itu

    Pikiranku sudah menerka-nerka tak menentu, apakah Mas Andi sudah menikah siri dengan Mimin? Apakah Tiara anaknya Mas Andi? Untuk apa Mas Andi tetap menikah denganku jika dia juga mencintai Mimin? Duh, ruweet."Mbak Wanti jangan bikin kami was-was, ada apa dengan Mas Andi!" Kucecar Mbak Wanti yang sudah bikin aku dan papa bingung. Untungnya mama masih belum selesai mandi, jadi tak ikut mendengar pembicaraan kami."Iya, bikin aku jantungan saja," kata papa terlihat cemas juga."Foto itu sama dengan foto pria yang dipakai Mimin untuk ritual, jadi putra bapak sudah dibawah pengaruh ilmu hitam Mimin.""Mbak Wanti yakin?" tanyaku."Saya membuka paksa kamar Mimin untuk cari petunjuk kepergiannya. Foto mirip suami Mbak Hanum itu ditaruh bersama tempat dupa, kain berisi mantra dan batu akik. Sepertinya Mimin sering melakukan ritual klenik, kata ibu kamarnya selalu bau bunga kanthil," ungkap Mbak Wanti."Ngerinya di balik foto itu tertulis p

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Dendam Rusmini   Dialah Wanita Misterius itu

    Pikiranku sudah menerka-nerka tak menentu, apakah Mas Andi sudah menikah siri dengan Mimin? Apakah Tiara anaknya Mas Andi? Untuk apa Mas Andi tetap menikah denganku jika dia juga mencintai Mimin? Duh, ruweet."Mbak Wanti jangan bikin kami was-was, ada apa dengan Mas Andi!" Kucecar Mbak Wanti yang sudah bikin aku dan papa bingung. Untungnya mama masih belum selesai mandi, jadi tak ikut mendengar pembicaraan kami."Iya, bikin aku jantungan saja," kata papa terlihat cemas juga."Foto itu sama dengan foto pria yang dipakai Mimin untuk ritual, jadi putra bapak sudah dibawah pengaruh ilmu hitam Mimin.""Mbak Wanti yakin?" tanyaku."Saya membuka paksa kamar Mimin untuk cari petunjuk kepergiannya. Foto mirip suami Mbak Hanum itu ditaruh bersama tempat dupa, kain berisi mantra dan batu akik. Sepertinya Mimin sering melakukan ritual klenik, kata ibu kamarnya selalu bau bunga kanthil," ungkap Mbak Wanti."Ngerinya di balik foto itu tertulis p

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Dendam Rusmini   Mimin

    *Mimin*Wisma Rosela, aku meminta Mas Andi menemuiku di sana siang ini. Setengah jam menunggu, dia tak juga datang. Pesan yang kukirim tak juga dibalasnya. Apa yang terjadi? Baru semalam terkirim, apa pengaruh mantraku sudah luntur secepat itu?"Rusmini? Akhirnya kita ketemu lagi. Memang keberuntungan sedang bersamaku, aku bisa menghilangkan penatku sebentar bersamamu.''Seorang pria yang tadinya melewatiku saat duduk di lobi wisma, membalikkan langkahnya dan menyapaku. Ingatanku segera mengenalinya, Mas Arya, teman kerja Mas Pujo, kakakku. Mereka sama-sama kerja di PEMDA, pria ini salah satu lelaki jelalatan yang kuperas. Dia pernah memberiku sepeda motor dan perhiasan, kuperas dengan foto syur yang kuambil setelah dia kuberi obat tidur."Maaf, Mas, aku sedang menunggu seorang teman, tak bisa menemanimu." Aku mencoba menolak ajakannya dengan halus."Ayolah, aku sudah tahu ternyata kamu kelabui aku, kita tak pernah tidur bersama waktu i

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Dendam Rusmini   Kebahagiaanku Lenyap

    Dulu aku sangat mencintai Mas Andi, menganggapnya sebagai pasangan sempurna untukku. Membanggakannya sebagai suami ideal, penyayang, pengertian bahkan setia.Allah menegurku sekarang, jangan mencintai seseorang melebihi cinta kepadaNya. Allah bisa menghilangkan cinta dan kebahagiaan itu kapan saja saat sudah berkehendak, lalu memberiku ujian dengan hadirnya cinta wanita lain diantara aku dan Mas Andi.Penghianatan Mas Andi menjadi pelajaran berharga bagiku. Mungkin memang Mimin memikat Mas Andi dengan pelet, tapi ketidakjujuran Mas Andi membuat hatiku tersayat. Harusnya dia terbuka jika sedang mempunyai satu masalah, bukan menutupi dariku.Aku terlalu takabur, begitu yakin Mas Andi sangat mencintaiku dan tak mungkin menduakan aku. Allah tunjukkan sekarang ... terlalu yakin akan cinta kami berdua, membuatku begitu terluka saat keyakinanku dihianati."Hanum?" Panggilan mama membuyarkan anganku."Iya, Ma, apa yang mama rasakan sekarang?" tanyaku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Dendam Rusmini   Haruskah Aku Bercerai?

    "Iya, Pak Ustadz, tolong bebaskan Mimin dari penderitaannya. Sebenarnya dia wanita yang baik, hanya salah mengambil jalan pintas untuk mendapat keinginannya," kata Mas Andi tiba-tiba ikut bersuara.Aku tersentak, Mas Andi begitu mengenal Mimin? Dia dipelet atau memang mecintai Mimin dengan kesadaran?Kutatap tajam Mas Andi, memastikan dia dalam kondisi baik, tidak linglung atau pun dalam pengaruh guna-guna. Jelas, nyata dalam pandanganku Mas Andi sadar penuh dengan ucapannya."Syirik itu dosa besar, Mimin sudah menukar keimanannya pada Allah dengan jalan pintas meminta pada dukun, dia juga bersekutu dengan setan untuk menguasai ilmu hitam." Pak Ustadz Mahmud berkata kepada Mas Andi."Iya, Ustadz, saya yang menjadi penyebab Mimin nekat berbuat begitu. Andai dulu saya tidak meninggalkannya mungkin Mimin tidak akan dendam pada keluarga saya. Sekarang istri saya pun sudah meminta cerai, apa lagi yang bisa saya harapkan selain bersama Mimin?" Mas Andi menatapk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Dendam Rusmini   Aku Hamil?

    Dendam RusminiPart 15"Dari mana kamu dapatkan itu, Mas? Aku bahkan lupa jika ..." Tak kuteruskan ucapanku, aku menjadi bingung sekarang.Dua mingguan yang lalu, aku memang merasa ada perubahan pada tubuhku. Beberapa bagian tubuhku menjadi lebih kencang, cepat merasa lelah, cepat mengantuk dan sudah terlambat datang bulan.Sehari sebelum Mimin datang, aku sempat mengecek dengan test pack untuk memastikan kondisiku. Aku baru ingat, hasilnya positif. Aku simpan alat test kehamilan itu di laci meja rias, akan memberi tahu Mas Andi esok hari sekalian periksa ke bidan. Lalu setelah Mimin datang, kenapa aku jadi terlupa?Mungkinkah Mimin yang sudah membuatku lupa dengan hasil test kehamilan itu? Jujur selama ini aku tak percaya dengan hal-hal klenik seperti itu, tapi sekarang aku mengalaminya sendiri. Jadi seperti itu kah yang terjadi pada Mas Andi saat diguna-guna Mimin? Ingatannya kadang terganggu?"Itu punya Hanum?" Mama bertanya den

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • Dendam Rusmini   Kematian Yang Tragis

    Kudekati tempat dupa itu, benar terdapat foto Mas Andi di dalam pinggan dupa, ada beberapa helaian rambut di situ. Benar juga terdapat tulisan di belakang foto 'pengasihan tanpa penawar'. Mungkin itu yang menyebabkan Mas Andi susah lepas dari jeratan Mimin.Kulihat juga ada bungkusan kain hitam, apa gerangan isinya? Aku memberanikan diri meminta pengertian dan ijin dari ibunya Mimin untuk memegang bungkusan kain itu."Mohon maaf, bukan saya bermaksud tak sopan. Sepertinya lewat ini Mimin sudah mengganggu keutuhan keluarga saya, ijinkan saya bawa bungkusan kain ini ke Ustadz yang sudah meruqyah Mimin. Saya yakin ini jimat atau sejenisnya," pintaku berucap dengan sehalus mungkin."Juga helaian rambut dan foto-foto suami saya ini bolehkan saya bereskan? Saya yang bertanggung jawab jika nanti Mimin marah, Bu." Aku beri ibunya Mimin penjelasan agar tak salah duga."Ini saya lakukan demi Mimin juga, dia harus bisa menerima kenyataan jika Mas Andi bukan jo

  • Dendam Rusmini   Oh Mimin

    Kasihan Tiara, anak kecil itu tak bersalah dan berhak mendapat kasih sayang layaknya anak kecil lainnya. Entah takdir mana yang membuatnya terlahir di bumi ini. Hampir bersamaan empat tahun yang lalu Mimin menjalin hubungan dengan dua lelaki sekaligus.Siapa bapaknya Tiara? Mas Andi atau Pak Arya? Hanya Mimin yang tahu. Sangat berdosa, Mimin telah menyia-nyiakan darah dagingnya hanya demi seonggok rasa yang bernama cinta yang belum berbalas.Perkataan Bu Indah di sekolah tadi kembali terngiang hingga aku pulang dari sekolah. Jika Tiara anak dari Mas Andi? Meski anak di luar nikah kehilangan hak wali dari ayah biologisnya, tapi Tiara tetap membutuhkan sosok seorang ayah.Masuk rumah dengan tubuh penat, aku ingin segera membersihkan diri dan istirahat. Mungkin kehamilanku yang membuat rasa lelah jadi lebih terasa. Meski di kepalaku terus berputar tentang Mas Andi, Mimin dan Tiara ... aku harus bisa menguasai pikiranku. Tak boleh terlalu tertekan demi kehamilanku.

  • Dendam Rusmini   Suamiku Memilihnya?

    Mamat datang tergesa lalu menyerahkan daun kelor permintaan Ustadz Mahmud. Sebagian daun itu diambil oleh Ustadz, sebagian lagi diberikannya pada Mamat untuk direbus."Mbak Mimin, kapan terakhir kali melaksanakan ibadah shalat?" tanya Ustadz Mahmud.Mimin menggeleng lalu menunduk menatap lantai rumah."Terakhir membaca Al quran?"Mimin menggeleng lagi, "Sudah bertahun-tahun tak saya lakukan.""Baiklah, saya akan bantu mengulang bersyahadat ya, Mbak. Mengembalikan keimanan Mbak Mimin pada Allah dan rasul," jelas Ustadz Mahmud.Mimin gemetar, wajahnya memucat saat melihat Ustadz Mahmud lebih mendekat padanya. Sepertinya peliharaan di tubuhnya sudah mulai bereaksi.Ustadz Mahmud meminta Mimin meminum rebusan daun kelor yang sudah dibacakan surah Al quran untuk ruqyah. Baru beberapa teguk meminum, Mimin hendak muntah. Mamat segera mencari ember dan siaga di dekat wanita penganut ilmu hitam itu.Pak Ustadz memukulkan s

  • Dendam Rusmini   Dia Mengaku istri suamiku

    "Mimin?" terkejut kupanggil namanya saat membuka pintu."Nggak usah terkejut begitu melihatku, Bu Hanum! Aku datang mencari suamiku, mana dia?" Mimin menerobos masuk ke dalam rumah.Heh! Suaminya? Mas Andi memang suami sirinya dulu. Tapi kata Mas Andi sudah dicerai, memang Mimin ini tak bisa menerima kenyataan.Untuk apa tiba-tiba Mimin datang ke sini, dia pasti tahu saat pagi begini Mas Andi sedang menata pesanan katering di mobil bersama Mamat. Toh bisa dilihatnya tampak mobil terparkir di belakang dekat dapur katering. Kuyakin dia sengaja mendatangiku. Apa maunya, ingin menakutiku?"Berhenti, Min! jangan sembarangan masuk ke rumahku," sergahku lantang.Mimin tak acuh, duduk di kursi tamu menyandarkan punggungnya dan menatapku. Sorot matanya liar memandang tak berkedip."Dengar, aku beri kamu waktu untuk mundur demi anakmu. Tukar masa depan anakmu dengan masa depanku. Kamu telah merebut Mas Andi hingga masa depanku hancur." Mimin mer

  • Dendam Rusmini   Malam Itu

    Dendam RusminiPart 16"Mbak, boleh saya menginap di sini beberapa hari sampai Mimin membaik? Saya titip Mimin, nanti saya kembali lagi setelah pulang dulu.'' Mbak Wanti menatapku penuh harap.Aku harus menjawab apa? Bagaimana jika kuijinkan lalu Mbak Wanti tak kembali lagi? Mimin wanita berbahaya, dia bisa nekat berbuat apa saja. Apalagi aku tengah mengandung, bisa terjadi sesuatu nanti."Maaf, Mbak. Mimin sudah sadar dan agak segar sekarang 'kan? Tadi Ustadz Mahmud sudah meruqyahnya, ajak pulang saja sekalian ya." Dengan berat hati kunyatakan keberatanku."Tolong lah, Mbak. Dengan apa saya ajak Mimin pulang, saya tak bawa uang banyak untuk menyewa mobil. Jika pulang dulu, saya bisa menjelaskan pada suami dan minta bantuannya," pinta Mbak Wanti lagi."Bagaimana jika diantar Mas Andi?" tanya Mbak Wanti memberanikan diri.Mama menghela napas, menatapku lalu menatap Mas Andi."Begini saja, pakai mobil Hanum biar Mamat yang ngantar.

  • Dendam Rusmini   Aku Hamil?

    Dendam RusminiPart 15"Dari mana kamu dapatkan itu, Mas? Aku bahkan lupa jika ..." Tak kuteruskan ucapanku, aku menjadi bingung sekarang.Dua mingguan yang lalu, aku memang merasa ada perubahan pada tubuhku. Beberapa bagian tubuhku menjadi lebih kencang, cepat merasa lelah, cepat mengantuk dan sudah terlambat datang bulan.Sehari sebelum Mimin datang, aku sempat mengecek dengan test pack untuk memastikan kondisiku. Aku baru ingat, hasilnya positif. Aku simpan alat test kehamilan itu di laci meja rias, akan memberi tahu Mas Andi esok hari sekalian periksa ke bidan. Lalu setelah Mimin datang, kenapa aku jadi terlupa?Mungkinkah Mimin yang sudah membuatku lupa dengan hasil test kehamilan itu? Jujur selama ini aku tak percaya dengan hal-hal klenik seperti itu, tapi sekarang aku mengalaminya sendiri. Jadi seperti itu kah yang terjadi pada Mas Andi saat diguna-guna Mimin? Ingatannya kadang terganggu?"Itu punya Hanum?" Mama bertanya den

  • Dendam Rusmini   Haruskah Aku Bercerai?

    "Iya, Pak Ustadz, tolong bebaskan Mimin dari penderitaannya. Sebenarnya dia wanita yang baik, hanya salah mengambil jalan pintas untuk mendapat keinginannya," kata Mas Andi tiba-tiba ikut bersuara.Aku tersentak, Mas Andi begitu mengenal Mimin? Dia dipelet atau memang mecintai Mimin dengan kesadaran?Kutatap tajam Mas Andi, memastikan dia dalam kondisi baik, tidak linglung atau pun dalam pengaruh guna-guna. Jelas, nyata dalam pandanganku Mas Andi sadar penuh dengan ucapannya."Syirik itu dosa besar, Mimin sudah menukar keimanannya pada Allah dengan jalan pintas meminta pada dukun, dia juga bersekutu dengan setan untuk menguasai ilmu hitam." Pak Ustadz Mahmud berkata kepada Mas Andi."Iya, Ustadz, saya yang menjadi penyebab Mimin nekat berbuat begitu. Andai dulu saya tidak meninggalkannya mungkin Mimin tidak akan dendam pada keluarga saya. Sekarang istri saya pun sudah meminta cerai, apa lagi yang bisa saya harapkan selain bersama Mimin?" Mas Andi menatapk

  • Dendam Rusmini   Kebahagiaanku Lenyap

    Dulu aku sangat mencintai Mas Andi, menganggapnya sebagai pasangan sempurna untukku. Membanggakannya sebagai suami ideal, penyayang, pengertian bahkan setia.Allah menegurku sekarang, jangan mencintai seseorang melebihi cinta kepadaNya. Allah bisa menghilangkan cinta dan kebahagiaan itu kapan saja saat sudah berkehendak, lalu memberiku ujian dengan hadirnya cinta wanita lain diantara aku dan Mas Andi.Penghianatan Mas Andi menjadi pelajaran berharga bagiku. Mungkin memang Mimin memikat Mas Andi dengan pelet, tapi ketidakjujuran Mas Andi membuat hatiku tersayat. Harusnya dia terbuka jika sedang mempunyai satu masalah, bukan menutupi dariku.Aku terlalu takabur, begitu yakin Mas Andi sangat mencintaiku dan tak mungkin menduakan aku. Allah tunjukkan sekarang ... terlalu yakin akan cinta kami berdua, membuatku begitu terluka saat keyakinanku dihianati."Hanum?" Panggilan mama membuyarkan anganku."Iya, Ma, apa yang mama rasakan sekarang?" tanyaku.

  • Dendam Rusmini   Mimin

    *Mimin*Wisma Rosela, aku meminta Mas Andi menemuiku di sana siang ini. Setengah jam menunggu, dia tak juga datang. Pesan yang kukirim tak juga dibalasnya. Apa yang terjadi? Baru semalam terkirim, apa pengaruh mantraku sudah luntur secepat itu?"Rusmini? Akhirnya kita ketemu lagi. Memang keberuntungan sedang bersamaku, aku bisa menghilangkan penatku sebentar bersamamu.''Seorang pria yang tadinya melewatiku saat duduk di lobi wisma, membalikkan langkahnya dan menyapaku. Ingatanku segera mengenalinya, Mas Arya, teman kerja Mas Pujo, kakakku. Mereka sama-sama kerja di PEMDA, pria ini salah satu lelaki jelalatan yang kuperas. Dia pernah memberiku sepeda motor dan perhiasan, kuperas dengan foto syur yang kuambil setelah dia kuberi obat tidur."Maaf, Mas, aku sedang menunggu seorang teman, tak bisa menemanimu." Aku mencoba menolak ajakannya dengan halus."Ayolah, aku sudah tahu ternyata kamu kelabui aku, kita tak pernah tidur bersama waktu i

DMCA.com Protection Status