Anara dan Wisnu sedang bersantai di ruangannya. Mereka sedang menikmati teh manis sore ini.Sultan melangkah dan menatap mereka berdua, ia ingin meminta izin untuk pergi ke desa dan menjemput sang pujaan hati. "Hallo, Ma, Pa," sapa Sultan, langsung duduk di sebelah ayahnya."Iya, Nak, kamu mau teh hangat?" tanya Wisnu. "Tidak Pa, Sultan ingin berbicara kepada kalian tentang hal yang serius," ujar Sultan dan membuat Anara langsung fokus menatapnya. "Ada apa, Nak? Apakah ada masalah lagi?" tanya Anara cemas, takut kalau sampai ada hal buruk yang kembali terjadi. Maklum saja selama ini ia sudah menerima berbagai macam hal buruk, jadi pikirannya terus saja paranoid.Sultan tersenyum, "Tidak ada hal yang perlu dicemaskan, Ma. Namun, Sultan ingin meminta izin kepada kalian untuk pergi ke desa. Sultan akan mengajak Bi Ina untuk tinggal di sini dan memperkenalkan seseorang kepada kalian."Sultan mengkhayalkan wajah Mahira yang ingin ia kenalkan kepada kedua orang tuanya. Sehingga Sultan pu
Orang berjubah hitam itu mengajak Aiko masuk ke dalam gubuk. Aiko pun mengikuti dia dari belakang sambil celingak-celinguk, takut kalau sampai ada yang tau tentangnya. Setelah berada di dalam gubuk, rupanya di dalam sana itu tidak kumuh, seburuk dan sejelek dari luarnya. Di dalam gubuk itu terdapat sofa-sofa besar, TV besar dan barang-barang mewah lainnya."Ternyata di dalam itu tidak kumuh seperti di luar," ucap Aiko dan di balas seringai. "Berkat kamu, Nak. Papa masih bisa bertahan hidup dan mengobati diri. Untung kamu pintar dan bisa membuat si Sultan itu luluh," ucap Hachiro memuji.Ternyata Hachiro masih hidup dan selamat dari ledakan yang disebabkan oleh Sultan waktu itu. Saat ledakan terjadi ia langsung terjun dari arah jendela dan mengakibatkan luka yang menghampiri kulitnya. Luka bakar yang serius, yang sampai membuat wajahnya pun terlihat hancur, hitam melepuh dan gosong."Papa, setelah mendapatkan penjelasan dari, Papa. Sekarang Aiko sadar bahwa Sultan yang salah," ucap A
"Ayo cepat kamu temui, Sultan. Ibu ingin kamu terpilih untuk menjadi istrinya nanti," titah Suti ibunya Bella. Saat ini Suti terus menekan Bella agar mau mencari perhatian Sultan untuk menikah dengannya. Bella pun langsung duduk di sofa yang letaknya di kamar Bella. "Tapi, Bu aku dan Sultan hanya berteman. Lagian Sultan juga sudah memiliki seorang kekasih di desa. Kayaknya dia ingin pergi ke desa karena ingin menjemput kekasihnya," ujar Bella. Ia ingat kalau Sultan memang memiliki seorang kekasih yang tak lain adalah Mahira."Itu urusan nanti, hati bisa berubah kan. Jadi, kamu tolong dekati dia. Ibu sungguh ingin yang terbaik untuk masa depan kamu nanti," titah Suti kukuh dengan pendiriannya.Bella terdiam dan tidak menghiraukan perkataan dari ibunya. Akan tetapi, Suti terus saja menekan Bella untuk menemui Sultan sebelum Sultan pergi besok. "Bu, jangan begini," ucap Bella yang langsung di gusur oleh Suti. "Pokoknya kamu turuti perkataan ibu, pokoknya ibu tidak mau tau," tekan Sut
Sultan terbangun dari tidurnya, ia merentangkan tangan dan kaki. Menggaruk kepala dan langsung mencoba untuk terduduk dengan mata yang masih terpejam. Namun, ia merasa heran karena merasa bagian kakinya itu ditindih oleh sesuatu. Jadi, Sultan pun mencoba untuk mengucek mata dan langsung terbelalak ketika melihat Bella yang masih tertidur di tunjangannya. "Ya ampun, Bella. Bella kamu tidur disini?" tanya Sultan kepada Bella yang masih belum terbangun.Bella terlihat begitu menikmati tidurnya sambil menindih kaki Sultan, dan hal itu malah membuat Sultan ingin tertawa. "Ya ampun, Bella. Mungkin kamu ketiduran ya kemarin malam?" ucap Sultan kembali mengingat kejadian kemarin malam. Yang ternyata dirinya ketiduran dan membiarkan Bella berada di dalam kamarnya. Sultan menatap Bella yang tertidur pulas, lalu ia pun mencoba untuk pergi dari sana dengan pelan karena takut kalau sampai Bella terganggu oleh gerakannya. Mau bagaimana pun Sultan punya hati yang lembut dan tidak tega jika harus
Aiko tertegun dan menghentikan langkahnya. Ia kesal kenapa bisa Sultan melihat dan memanggil dia, padahal ia sedang tidak punya banyak waktu karena harus memberikan uang untuk Hachiro secepatnya. Sultan berlari untuk menggapai tubuh Aiko yang sedang berada di teras. Sedangkan Anara merasa kesal karena Sultan yang sampai mengejar Aiko."Sultan ngapain sih, malah hampiri perempuan itu," kesal Anara di dalam hati. Bella, Suti dan Wisnu pun hanya bisa melihat Sultan yang melangkah untuk mendekati Aiko."Ada apa?" tanya Aiko, setelah Sultan berada di hadapannya dan menatap lekat dengan senyuman. "Loh kok gitu, aku mau pamit lah," jawab Sultan begitu terlihat bahagia. Aiko merespon dengan santai, "Oh gitu, ya udah. Hati-hati di jalan ya," ucap Aiko sambil melipat tangan di dada.Sultan merasa gemas melihat kelakuan Aiko yang begitu ketus. Ia pun sadar kalau sifat Aiko memang seperti itu. Sultan pun menaruh tangan di kepalanya Aiko dan langsung berpamitan serta menyampaikan sebuah pesan.
Duarto sedang menunggu Aiko di sebuah taman. Ia menggerutu kesal karena gadis itu belum datang juga dan sampai sekarang belum juga memberikan dia uang. Mengenakan jubah hitam serta kuncung untuk menutupi wajah, Duarto pun duduk di sisi jalan raya. "Kemana si Aiko? Sampai sekarang sudah siang begini masih belum datang juga?" kesal Duarto menggerutu, merasa marah dan lelah menunggu. Duarto dan Hachiro sudah sampai berantem gara-gara masalah Aiko yang terlambat datang dan terlambat memberikan mereka uang. Di tempat lain, Aiko melajukan mobil yang dikendarai dia dengan sangat cepat, ia harus segera memberikan uang yang sudah ditunaikan untuk diberikan kepada Duarto agar rencana mereka berhasil. "Tubuhku sampai berkeringat begini gara-gara ingin cepat sampai," ucap Aiko sambil mengelap keringat yang ada di dahinya. Rasanya lumayan lelah karena ia melakukan semuanya dengan terburu-buru. Di tempat Duarto, ia yang sedang berjongkok di balik semak, akhirnya melihat ada sebuah mobil biru y
Sultan terkesiap dan sontak ia pun langsung berdiri dan merebut ponsel milik Rudi. Menatap tajam kearah anak buahnya ini, apakah mungkin dia adalah suruhan Duarto? Dada kembang-kempis menahan marah, lalu tatapannya mencoba untuk menelisik kebohongan di wajah Rudi."Rudi! Ada apa kamu? Kenapa kamu berhubungan dengan Duarto?" kesal Sultan membentak. "Harusnya kamu beritahukan kepada saya dimana Duarto berada, bukan berada dipihaknya dan menjadi mata-mata musuh!" kesal Sultan semakin menjadi-jadi, bahkan ia tidak bisa mengendalikan diri dan langsung mencekal kuat-kuat kerah kaos yang dikenakan oleh Rudi. Sultan langsung berpikir bahwa Rudi adalah seorang mata-mata yang ditugaskan untuk memberikan info. Karena sejauh ini Rudi tidak berbuat hal yang mencurigakan sehingga Sultan pun langsung menganalisa bahwa Rudi adalah mata-mata Duarto. Rudi tercengang kenapa bisa Sultan melihat nama yang ada di panggilan ponselnya? Ya ini memang kecerobohan dia sendiri yang malah mengangkat sambungan te
Rudi tercengang, saat mendengar dari temannya bahwa Sultan benar-benar akan mengeksekusi dirinya. Saat ini tubuhnya dililit oleh sebuah tali tambang dan berada di kursi belakang mobil, dihimpit oleh Farhan dan anak buah yang lain. "Dasar pengkhianat! Bisa-bisanya kamu ingin mencelakai Tuan Sultan. Untung saja Tuan Sultan bisa langsung tau siapa kamu sebenarnya," ucap Farhan kepada Rudi. Rudi hanya bisa kembang-kempis menahan marah. Sebentar lagi ia akan kehilangan nyawanya, dan hanya tinggal menunggu saja. Apa boleh buat, dirinya tidak bisa berkutik lagi karena tubuhnya dililit oleh tali tambang itu, bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Setelah beberapa saat, akhirnya mobil Sultan sampai di desa yang ditujunya. "Pak sopir, berhenti disini," ucap Sultan. Satu jam lagi ia sampai di pedesaan tempat dirinya di besarkan. Namun, Sultan meminta untuk berhenti karena ingin menyelesaikan masalahnya, yaitu Rudi. Sultan menuruni mobil, dan kedua mobil bodyguard Sultan pun ikut turun bers
Sultan menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mempunyai anak dari Mahira."Mama sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah kalian lalui. Kalau memang begitu baiklah. Mama justru bahagia karena rupanya Mama sudah mempunyai cucu sekarang ini," ucap Anara, lalu mencoba untuk membujuk Dirly agar mau untuk dia gendong. Dirly pun yang memang dibujuk oleh Anara langsung tertawa dan tersenyum. "Dirly anak Papa, itu Nenek sayang. Kamu digendong ya sama Nenek," ucap Sultan. Anara begitu terharu karena Dirly mau untuk dia gendong. Walaupun sebenarnya dia merasa cemas akan publik kalau sampai mengetahui tentang semua ini. "Mama, tolong jangan banyak pikiran. Mama bahagialah karena urusan publik biar Sultan yang atur."Sultan tahu apa yang membuat mamanya cemas, dan bisa melihat dari raut wajah sang mama tadi, pasti dia bahagia akan adanya Dirly. Namun, cemas bagaimana cara memberitahukannya kepada publik."Kamu selalu bisa mengatasi masalah. Mama tahu kamu bisa mengatasi semua ini
Apa ini, gadis ini ingin memeluk calon suaminya? Mahira dibuat geram dengan apa yang diminta oleh Dewi. Namun, Sultan pun malah mewujudkan permintaan Dewi dan langsung memeluk gadis itu dengan lekat dan senyuman mengambang. "Jadilah anak yang baik, Dewi. Turuti perintah ayahmu," ucap Sultan berbisik di telinga gadis itu. Lalu, Sultan pun melepaskan pelukannya. "Makasih, Aa Sultan sudah mau memeluk Dewi. Kalau begitu, sekarang kalian boleh pergi. Semoga kalian selamat dalam perjalanan." Bi Ina pun langsung tersenyum ke arah Dewi dan mengusap pucuk kepalanya. "Semoga segera mendapatkan seorang jodoh." Do'a Bi Ina kepada Dewi. Lalu, Sultan, Bi Ina, Robbie dan Mahira pun memasuki mobil dan mereka pun berangkat pergi.Saat berada di dalam Mobil, Dirly yang sedang berada di pangkuan Mahira itu pun menangis. "Cup … cup … cup, kenapa anak papa ini?" tanya Sultan kepada Dirly yang terus merengek, mungkin karena ingin mendapatkan Asi. Sedangkan Mahira ia yang duduk di kursi belakang, be
Melihat wajah itu … wajah mungil dan polos yang semua merah merona membuat hatinya terhenyak. Sultan begitu bahagia ketika mengetahui kalau dia sudah menjadi seorang ayah. "Mahira …," ucap Sultan. Lalu, dia mendekatkan wajah Mahira untuk dikecupnya. Cup …."Aku sangat bersyukur karena kamu telah memberikan buah hati yang begitu tampan untukku," ucap Sultan."Tadinya aku tidak akan membiarkan kamu tahu kalau putra kita ini adalah putramu," ucap Mahira tersenyum pahit. Sultan tercengang kenapa Mahira sampai berniat seperti itu?"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Sultan. "Karena aku kesel kamu sudah menikah dan aku kecewa saat kamu tidak mau mendengar penjelasan dariku," terang Mahira. Ayah Mahira bertepuk tangan dan mengejutkan semua orang yang ada disana. "Sudahlah … ayo kita bergembira dengan apa yang sudah terbongkar ini," sambung Joko. Sultan pun tersenyum, dia bahagia karena Joko sudah mulai bersikap ramah terhadap dia. 'Bapak senang akhirnya kamu bisa bersa
Meraih tubuh itu dan mendekapnya dengan erat. Sultan berhasil mengejar Mahira dan memeluknya. "Tolong jangan pergi, aku sangat tersiksa hidup tanpamu," ucap Sultan. Memeluk tubuh wanitanya dari belakang. Mahira terisak pilu, "rasanya aku tidak mau kalau harus menerimamu lagi. Aku kesal karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku," balas Mahira dan berusaha untuk berontak. "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau menerimaku?" tanya Sultan serius. "Aku tidak tahu! Pokoknya kamu pergi dari sini sekarang juga," bentak Mahira, dan langsung melepaskan tangan Sultan yang berada di perutnya. "Apalagi kamu sudah menikah! Untuk apa datang lagi kemari," ucap Mahira dan langsung berlari begitu saja membuat Sultan kecewa dan terluka hati. ***Sultan menghubungi Bi Ina dan memintanya untuk pergi ke desa Kemuning. Sultan ingin agar Bi Ina membantu dia mendapatkan Mahira. "Bi, tolong bantu yakinkan dia bahwa aku tidak menikah dan semua yang telah aku lakukan itu adalah pura-pura," ucap
Semua terkesiap melihat Rapika yang sampai membanting sebuah gelas sampai pecah di bawah lantai. "Ada apa, Rapika?" tanya semua orang menatap Rapika yang tubuhnya terlihat sedikit gemetaran. "Ah … Ma-maaf. Rupanya saya tidak sengaja karena tubuh saya tiba-tiba saja menggigil seperti ini," ucap Rapika. Rupanya Rapika ada niat untuk berpura-pura sakit, agar Sultan dilarang pergi oleh Anara karena harus menemaninya yang tidak sehat. "Apakah kamu sakit, Rapika?" tanya Anara terlihat cemas. Sultan menatap Rapika dan langsung saja berdiri dari tempatnya kini. "Ma, waktunya sudah mulai mepet. Sultan akan pergi sekarang," potong Sultan. Tanpa mau lama-lama lagi, Sultan ingin segera pergi. "Kamu ini kenapa? Lihat dulu kondisi istri kamu, tolong jangan pergi–""Ma, ini penting. Sultan harus segera pergi. Lagian disini banyak yang akan menjaga Rapika. Ada Bi Ina dan Maid yang lain, juga ada Mama kan." "Kamu benar juga, Nak. Yasudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik ya." Anara pun mengi
Begitu mengejutkan, Sultan tidak menyangka kalau Bi Ina ada di dalam kamar dan mungkin mendengar apa yang sudah dia katakan kepada Rapika. Bi Ina terdiam, sungguh tidak menyangka kalau Sultan masih belum bisa melupakan Mahira dan melakukan pernikahan pura-pura. Rapika hanya bisa menunduk ketika Sultan mengetahui keberadaan Bi Ina. "Jadi, kalian pura-pura menikah?" ucap Bi Ina. Sultan langsung saja menghampiri Bi Ina dan memegangi kedua pundaknya. "Bi, tolong jangan bocorkan rahasia ini," mohon Sultan. Entah sampai kapan dia tidak ingin semuanya terbongkar. Namun, tidak sekarang karena Sultan takut membuat Anara kecewa. "Kamu ini kenapa? Selama ini Bibi tidak pernah mengajarkan kamu berbohong!" kesal Bi Ina. Apa yang dilakukan oleh Sultan ini sepenuhnya salah dan pasti akan menjadi bumerang untuk semua orang. "Sultan tahu kalau ini salah, tapi Sultan melakukan ini karena ingin membuat Mama bahagia," terang Sultan. "Memangnya kamu pikir Nyonya Anara akan bahagia, dibohongi ole
Sultan emosi ketika ia hendak pergi ke dapur untuk menghampiri Bi Ina. Tiba-tiba saja dia melihat Rapika yang sedang berduaan di taman belakang Mansion. "Kamu itu berani-beraninya ya?" ucap Sultan yang sedang mengangkat tangan kepada Rapika. Rapika mendongak sambil menyembunyikan pacarnya di belakang dia. "Perjanjian kita ini berakhir sampai kapan, Pak? Saya butuh belaian. Jadi, kalau memang Bapak tidak ingin menyentuh saya, Ya Sudah, biarkan saya bersenang-senang dengan pacar saya," ucap Rapika mulai berani. Sebenarnya Rapika sangat menginginkan Sultan, tapi sayangnya Sultan sama sekali tidak pernah melirik dirinya. Hanya menjadikan dia sebagai istri pura-pura dihadapan orang. Jadi, Rapika pun berniat untuk membuat Sultan cemburu, sehingga sampai menyewa pacar pura-pura dan ia sengaja berduaan di saat ada pesta seperti ini. Karena ingin tahu seberapa besar rasa cemburu Sultan terhadap dirinya. "Kamu ini Rapika! Terserah saja jika kamu ingin dibelai siapapun. Tapi tolong jangan s
Mahira dengan seksama melihat acara berita tersebut. Sungguh ia menanti akan sorot wajah Sultan yang ingin ia lihat. "Hanya Pak Wisnu yang disorot. Kapan Sultan ya?" gumam Mahira tidak sabar. Setelah beberapa saat ….(Setelah perusahaan Velopmant Group sukses, Sultan Mahesa pun menjalankan bisnis pertambangan terbesar di negeri Plrvo.)Terlihat wajah tampan dengan hidung mancung dan mata hazel sedang berdiri di dekat perusahaan Velopmant Group. Dia berdiri dan menyambut para wartawan yang ada di depan perusahaan itu. Mahira pun yang melihat tampang sempurna itu langsung menelan salivanya sendiri, rupanya wajah Sultan terlihat begitu sempurna. Balutan jas formal kelas atas yang mengkilap menempel pada tubuh maskulin miliknya. Tiba-tiba saja Plep …."Apa-apa ini, Mahira? Aku tidak boleh jatuh cinta lagi kepada pria itu. Pria yang tidak mau mendengarkan penjelasan dariku."Mahira mensugesti dirinya sendiri dan langsung mematikan televisinya. Dia ingat pada saat terakhir kali berte
Senyuman indah mengambang dengan sempurna karena melihat sang putra yang sudah mulai berjalan. "Kamu tumbuh dengan baik, Nak," ucap Mahira yang sedang membantu sang putra belajar berjalan. Begitu bahagianya Mahira melihat pertumbuhan Dirly putranya dengan cepat. Walaupun tanpa dampingan suami dalam hidupnya. Mahira tetap bisa membesarkan sang putra sendirian. Juga, saat ini Mahira menjalani bisnis ekspor ikan patin yang diternak oleh juragan Joko ayahnya. Mahira langsung merangkul tubuh Dirly dan menjulangkannya ke atas. Sehingga bayangan bayi mungil itu berada di atas wajahnya, bahkan Dirly pun tertawa dengan begitu riangnya."Dirly, putraku. Bunda yakin kalau kamu akan menjadi hebat seperti ayahmu," ucap Mahira yakin. Lalu, ia pun menggendong Dirly yang masih tersenyum menunjukan kedua giginya yang baru tumbuh. Usia Dirly saat ini adalah satu tahun lebih. Dan satu tahun ini Mahira masih menyembunyikan kebenaran tentang Dirly. Namun, ada beberapa orang yang terheran-heran den