Waktu terus berlalu, Dara kembali menagih janji Adijaya padanya. "Apa kamu sudah mengurus semuanya, Mas?" tanya Dara sudah tidak sabar menguasai seluruh aset milik Hanum.
"Sudah, aku sudah buat perjanjian dengan notaris, besok," jawab Adijaya meski sebenarnya dia sangat malas bicara dengan Dara.
"Bagus! terima kasih, Ma," ucap Dara tersenyum sinis. Dara menepuk pipi Adijaya sebelum dia meninggalkan Adijaya yang masih terdiam di tempatnya.
"Huf," Adijaya membuang nafas kasar setelah Dara sudah tak terlihat lagi.
Adijaya mengambil ponselnya mengirim pesan pada Lila. Jujur disaat seperti ini Adijaya butuh teman untuk mencurahkan segala isi hatinya.
Sementara itu, bibir Lila mengukir senyum penuh misteri saat dia membaca pesan Adijaya. "Ada apa?" tanya Hanum menghampiri Lila.
"Adijaya meminta saya untuk menemuina sekarang juga, Nyonya," jawab Lila menunduk sopan.
"Pergilah, aku ingin tahu apa yang akan dia katakan padamu
David tersenyum melihat sang istri yang berdiri di balkon kamar mereka. Ayna merentangkan tangan menghirup dalam - dalam udara pagi yang begitu menenangkan. David melangkahkan kakinya berdiri di belakang sang istri. David pun memrentangkan tangannya dan menyatukannya dengan tangan sang istri.Udara yang sejuk tanpa polusi, suara burung yang membuat suasana pagi semakin syabdu. Indahnya bunga yang bermekaran membuat jiwa mereka merasa semakin damai. David dan Ayna memejamakan mata dan kembali menghirup dalam udara bersih itu sebanyak - banyaknya. "Aku tidak pernah merasa sebahagia ini, A," kata Ayna menoleh ke kesamping, begitu juga dengan David yang menundukkan wajahnya menatap Ayna."Aa, juga merasakan sama seperti yang kamu rasakan saat ini, Sayang," balas David mencium kening Ayna dengan penuh kasih sayang."Apa hari ini Aa masuk kuliah?" tanya Ayna."Iya," jawab David memeluk tubuh Ayna dari belakang. "Aa berangkat sama Riko, kan? terus Ay berangkat sama siapa?" tanya Ayna men
David termenung di menatap kosong membuat Riko merasa heran. "Kamu kenapa, Vid?" tanya Riko menepuk pundak David."Ayna, Rik," jawab David menoleh ke arah Riko dengan membuang nafas panjang."Ada apa dengan Ayan?" tanya Riko penasaran. "Teman kecil Ay pindah kuliah di kampus ini," jawab David yang sebenarnya malas membahas tentang Rayhan. "Kirain Ay kenapa, Vid," kata Riko duduk di samping David."Tapi dia menyukai Ay, Rik," kata David membuat Riko mengangkat sebelah alisnya. "Maksud kamu, dia masih menginginkan Ayna? apa dia belum tahu kalau Ayna sudah menikah dengan kamu?'' tanya Riko yang juga tidak ingin hubungan David dan Ayna renggang karena kehadiaran sahabat Ayna."Sudah! dia sudah tahu kalau Ayna sudah menikah denganku. Namun, dia tetap bersikeras ingin mendapatkan Ayna," jawab David merasa geram pada Rayhan."Kamu tenang saja, Vid, aku yakin Ayna bukan wanita gampangan, Ayna pasti bisa menjaga diri dan gak akan terpengaruh oleh pria itu," kata Riko berharap David tidak la
"Aku pulang dulu ya," pamit Ayna pada ketiga sahabatnya."Kamu gak kangen pulang bareng kita, Ay?" tanya Adel sedih.Ayna tersenyum, "kangen sih! tapi lebih ingin pulang sama suamiku," jawab Ayna dengan senyum jatuh cinta."Iya deh, yang sudah punya suami, pasti lebih mengutamakan suaminya," kata Adel sengaja menggoda Ayna."Sayang!" panggil David menghampiri Ayna yang memang sudah menunggunya."Cie, Sayang, sweet banget sih!" goda teman - temannya kecuali Nisa. Nisa hanya menggeleng saat melihat tingkah kedua temannya yang saat ini suka menggoda Ayna.Ayna hanya tersenyum menanggapi ucapan Adel dan Lisa. "Aku duluan ya!" pamit Ayna."Iya, hati-hati, nempel terus ya, biar kita cepet punya keponakan," balas Adel membuat wajah Ayna memerah malu. Sementara David menggeleng melihat tingkah konyol sahabat Ayna.Di sisi lain, mama Rayhan merasa heran pada sang anak yang tidak seperti biasanya. Rayhan lebih pendiam seperti sedan
Prang ...Dara menarik alas meja hingga membuat semua benda yang berada diatas meja itu terjatuh. "Sialan kamu Adijaya! Sudah waktunya kamu menepati janji kamu, tapi kamu malah tidak pulang! Rupanya kamu mau bermain - main denganku Adijaya, baiklah kita lihat saja sampai mana kamu bisa bertahan jauh dari aku," kata Dara dengan nada penuh amarah."Ingat Adijaya, tidak semudah itu kamu menghindar dari aku! Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang aku inginkan!" gumam Dara mengepalkan kedua tangganya.Dara beranjak dari tempatnya, kali ini Dara berniat mencari keberadaan Adijaya, meskipun dia tidak tahu dimana suaminya tinggal untuk saat ini.Di tempat lain, Ayna sedang membantu Marni masak untuk makan malam. "Bu, butuh waktu berapa lama untuk kita bisa hamil?" tanya Ayna membuat Marni tersenyum."Apa kamu sudah siap dengan kehadiran seorang anak yang pastinya akan membuat waktu kalian untuk bersama semakin berkurang?" tanya Ma
"Mommy," ucap David saat melihat Hanum membantu Marni membawa makanan yang mereka masak ke ruang makan.Hanum tersenyum menoleh ke arah sang anak yang menghampirinya. "Aa sudah selesai?" tanya Ayna keluar dari dapur dan masuk ke ruangan itu."Sudah, Sayang." David merangkul pinggang Ayna dan mencium kening sang istri."Kebiasaan!" protes Riko saat melihat David yang tudak tahu tempat saat bersama Ayna."Maaf, habisnya kalau deket Ay bawaannya pengen peluk terus," balas David menyadari jika apa yang dia lakukan memang salah."Iya, tapi lihat tempat, kalau di rumah masih mending kalau di tempat umum ... Bisa saja orang yang lihat kemesraan kalian merasa iri dan berniat memisahkan kalian," kata Riko dengan serius."Iya, Rik, terima kasih sudah mengingatkan aku," kata David menepuk bahu Riko."Sama-sama," balas Riko."Makan yuk! Semua sudah siap!'' ajak Marni.Mereka pun mengangguk dan duduk di kursi
Ayna menoleh ke arah pintu saat mendengar suara pintu terbuka. David tersenyum menatap sang istri yang menunggunya."Maaf!" ucap David duduk di samping sang istri dan mencium keningnya."Kenapa minta maaf?" tanya Ayna tidak mengerti."Karena sudah membuat kamu menunggu lama, Sayang," jawab David mengusap puncak kepala sang istri.Ayna tersenyum mendengar apa yang David katakan. Ayna merasa bahagia karena memiliki seorang suami yang begitu menyayangi juga sangat menghargai dirinya."Langsung tidur atau mau itu dulu?" tanya David mengerling nakal."Apa sih,A?" tanya Ayna berpura-pura karena merasa malu pada sang suami. Ayna menutup wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangannya. David merasa gemas melihat tingkah lucu sang istri jika salah tingkah."Sayang, ayolah, Aa tahu kamu menginginkannya!" kata David semakin gencar menggoda Ayna."Ay ngantuk, A," balas Ayna menghindar."Kamu diam saja biar Aa yang b
Bug ...Tubuh Rayhan menabrak seseorang membuat berkas yang ada di tangannya berceceran dilantai."Kamu itu bisa lihat gak sih? Kalau mau jalan itu pakai mata jangan main jalan aja!" ucap Rayhan penuh amarah. Rayhan menatap tajam. Namun wanita itu sama sekali tidak takut, ia terlihat begitu santai."Kamu bisu, ya?" tanya Rayhan semakin mengikis jarak diantara mereka. Namun wanita itu hanya diam tidak peduli."Nis," panggil Lisa, Rayhan dan Nisa menoleh ke arah Lisa yang berjalan menghampiri mereka."Kamu kenapa? Kenapa kamu sama dia?" tanya Lisa tidak mengerti."Teman kamu ini sudah membuat aku kehilangan banyak waktu! Lihat, tugas aku berceceran gara - gara dia!" sahut Rayhan menjawab pertanyaan Lisa."Siapa yang tanya sama kamu?" tanya Lisa dengan begitu berani. Mata Rayhan membola sempurna saat mendengar apa yang Lisa katakan. "Dengar mahasiswa baru! Kamu mamang tampan, tapi kelakuan kamu pada seorang wanita sangatlah tidak pantas!" kata Lisa, sedangkan Nisa hanya diam tidak pedul
[ Maaf, Aa baru buka pesan dari kamu, Sayang] Ayna tersenyum saat membaca pesan dari suami tercinta. [ Gak apa kok, A, Aa bisa kesini, atau tidak? ] tanya Ayna membalas pesan sang suami. [ Iya, Aa akan susul kamu sekarang juga! ] Lagi - lagi bibit Ayna tak henti mengukir senyum hingga menyita perhatian Nisa. Adel dan Lisa pun merasa heran saat mereka tiba di.tempat itu. "Kamu masih waras kan, Ay?" tanya Adel meletakkan telapak tangannya didahi Ayna. "Tentu saja! Apa kamu pikir aku gila?" tanya Ayna mencebik kesal. "Bukan gitu sih, tapi aku merasa aneh saja sama kamu, Ay, gak biasanya kamu senyum - senyum sendiri kayak gitu," jawab Adel yang belakangan ini memang suka menggoda Ayna. "Boleh ikut?" tanya Rayhan yang langsung saja duduk di samping Ayna. Ayna membuang nafas panjang saat Rayhan duduk di sampingnya. Sungguh Ayna merasa sangat kesal dengan sahabat kecilnya itu. "Ay, kamu
"Sayang, Aa pulang dulu ya, Riko udah balik," pamit David menghampiri Ayna."Iya, A," balas Ayna. David mengusap lembut kepala sang istri dan mencium puncak kepala Ayna dengan penuh cinta sebelum meninggalkan istrinya. "Nis, aku titip Ayna ya," kata David."Iya," balas Nisa. "Kmau gak balik?" tanya Nisa saat David akan melangkah pergi."Balik kok, aku akan tidur di sini," jawab David. Nisa mengangguk mendengar ucapan David.Setelah David pergi, Nisa masuk ke kamar menemani Ayna. "Ay, apa David sudah tahu kalau kamu mengandung anaknya?" tanya Nisa."Sudah," jawab Ayna. "Memangnya kenapa, Nis?" tanya Ayna."Gak apa, semoga kalian selalu bahagia, jangan kabur - kabur lagi, kasihan David," kata Nisa menasehati sahabatnya."Iya," balas Ayna.***"Kamu darimana saja, Nak?" tanya Marni saat melihat kedua anaknya baru pulang."Dari rumah Nisa, Bu," jawab Riko."Siapa Nisa?" tanya Marni."Temen Ayna, Bu," jawab David."Ngapain kamu ke rumah temen Ayna?" tanya Marni."Ayna ada di sana," jawab
"Apaan sih?" tanya Nisa merasa kesal pada sahabatnya. "Emangnya ada apa? aku salah ya ngomongnya?" tanya Adel."Iya," jawab Nisa."Kamu aja yang terlalu sensitif, Nis, siapa tahu beneran Rayhan menemukan cinta sejati, meski bukan kamu kan bisa saja, Lisa mungkin," kata Adel menoleh pada Lisa. Nisa pun terdiam, dia membuang nafas panjang."Kenapaaku selalu pengen marah - marah setiap bertemu dengan Rayhan," kata Nisa memijat pelipisnya. "Kamu terlalu menanggapi Rayhan, karena itu kamu merasa tertekan dan membuat kamu emosi setiap kali bertemu dengannya," kata David."Mungkin, entahlah, aku sendiri tidak faham," balas Nisa."Silahkan," ucap Rayhan meletakkan pesanan mereka di atas meja."Terima kasih," ucap David."Sama - sama," balas Rayhan."Ray, Abang tunggu kamu di ruangan Abang," kata Azlan membuat semua yang berada di meja itu menoleh ke arah pria tampan idaman setiap wanita itu."Tampan sekali, pantas saja Nisa jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Riko tanpa sadar membuat
Tak berselang lama, David dan Ayna keluar dari kamar menghampiri mereka. "Kalian kenapa?" tanya Ayna dengan polosnya."Haish! Kami nungguin kamu sampai lemes, Ay," jawab Adel."Maaf, ibu hamil lagi sensitif banget," kata David."Kok bisa?" tanya Nisa karena selama tinggal dengan dia Ayna tidak pernah aneh - aneh."Gak tahu, istriku takut jika ada wanita yang deketin aku, dia bilang katanya dia tidak menarik lagi, padahal menurut aku, dia lebih memesona saat berbadan dua seperti ini," kata David."Iya sih, kamu lebih cantik sekarang lho, Ay," kata Nisa setuju dengan apa yang David katakan."Kamu jangan bohong deh, Ay," kata Ayna."Gak kok, serius, kamu cantik!" balas Nisa, "dan kamu David, sepertinya kamu jangan deket - deket sama wanita manapun kecuali kita, karena Ayna bisa cemburu kalau kamu deket sama yang lain, meski yang lain tidak cantik tetap saja itu sakit," kata Nisa."Iya, Kalian memang selalu kompak," balas David membuang nafas kasar."Berangkat yuk, sudah laper banget ini,
"Laper," kata Ayna."Tu Nisa suruh beli makanan di cafe Bang Azlan, biar ketemu abang ganteng lagi," kata Adel."Kamu jangan ngomporin deh, Del, kasihan Nisa tahu, dia tu sudah dikejar - kejar sama adiknya dah gitu kamu suruh sama abangnya," sahut Lisa.'Habisnya gimana ya, aku juga lebih setuju kalau Nisa sama abangnya," balas Adel."Tapi bagaimana dengan Rayhan?" tanya Ayna."Maksud kamu apa, Sayang?" tanya David." Maksud Ay, bagaimana kalau Rayhan tudak terima Nisa sama Bang Azlan, pasti urusannya akan semakin rumit, A," jawab Ayna."Biarkan saja, lagipula dia pria yang menyebalkan," sahut Nisa tidak peduli."Kamu tenang saja, Ay, nanti aku akan berusaha menjadi obat buat Rayhan," sahut Lisa."Ah, serius kamu, kamu mau sama Rayhan?" tanya Ayna."Memangnya kenapa? Apa salah jika aku suka sama dia?" tanya Lisa menatap semua orang."Jadi kamu punya rasa gitu sama dia?" tanya Adel tidak percaya. "Entahlah, meski menyebalkan aku sedikit tertarik sama dia, lagian kalian semua sudah pu
Ayna mengerjabkan mata begitu juga dengan David saat mereka mendengar suara dari luar kamar."Sepertinya Nisa, Adel dan Lisa sudah pulang, A," kata Ayna."Sepertinya iya, kayaknya Riko juga ikut ke sini," balas David beranjak dari tempatnya. David dan Ayna keluar dari kamar menuju ke ruangan tempat Nisa dan yang lainnya berada."Yang dijagain sama suami, pules banget tidurnya," kata Adel menggoda Ayna."Apaan sih, Del?" tanya Ayna pura - pura tidak mengerti. "Del, kek nya kamu juga sudah gak sabar ingin nikah, ya?" tanya Lisa."Eh, apaan sih, gak kok!" jawab Adel mengelak."Siapa sih yang mau sama dia?" tanya Nisa, "cewek setengah cowok," lanjut Nisa. "Aku mau kalau Adel juga mau sama aku," sahut Riko. "Ha, apa? aku gak dengar!" tanya David."Aku serius, Vid, jika Adel mau aku gak bakal nolak walau dia minta aku untuk ke rumah orang tuanya sekarang juga," kata Riko tanpa pikir panjang."Kamu serius?" tanya David. "Iya," jawab Riko."Eh, wajah kamu kenapa, Del, kepanasan ya?" tanya
"Ay," gumam David berjalan mendekati sang istri yang masih terlelap. David mengusap puncak kepala Ayna hingga membuat Ayna terganggu dan mengerjabkan mata."Apa sih, Nis?" tanya Ayna belum sadar jika itu adalah sang suami."Apa kamu sedang sakit, Sayang?" tanya David membuat Ayna membuka mata lebar - lebar."Aa, darimana Aa tahu aku tinggal di sini?" tanya Ayna."Nisa yang membawaku ke sini," jawab David jujur."Kamu kenapa pergi dari rumah, Sayang? Kamu tahu tidak Aa sangat mengkhawatirkan kamu!" kata David duduk di samping sang istri."Maaf, Mas, Ay-""Lupakan masa lalu, Ay, kita harus membuka lembaran baru," kata David memotong ucapan Ayna. Ayna terdiam mendengar ucapan sang suami. Dasa bersalah masih memenuhi hatinya. Namun, dia tidak bisa memungkiri dirinya jika ia juga ingin selalu berada di samping suaminya. "Ay, apa kamu tidak rindu sama aku?" tanya David menatap sang istri dengan penuh rindu. "Tentu saja aku sangat merindukan kamu, A," jawab Ayna menatap dalam wajah tampan
"Kamu kenapa, Ray? Sepertinya bahagia sekali?" tanya Azlan saat melihat sang adik senyum - senyum sendiri."Sangat, Bang!" kata Rayhan tersipu saat Azlan menegurnya."Apa yang membuat kamu sebahagia saat ini?" tanya Azlan menatap sang adik. "Macam habis jadian saja!" kata Azlan meledek sang adik."Belum sih, Bang, doain saja semoga cepat jadian," balas Rayhan."Belum jadian, tapi bahagia banget!" kata Azlan."Iya, karena Nisa mau aku panggil, Sayang, jelas aku sangat bahagia," balas Rayhan."Uhuk!" Azlan tersedak salivanya sendiri saat mendengar apa yang Rayhan katakan."Wah, yang sudah mendapat lampu hijau! Semoga saja kalian berjodoh!" kata Raya mendoakan sang anak."Amin, jika memang itu doa mama, insyaallah akan dikabulkan," kata Rayhan menghampiri sang mama dan memeluknya.Azlan hanya diam menanggapi ucapan mamanya. Jujur dia juga mengagumi Nisa meskipun baru pertama kali mereka bertemu."Kok diam saja, abang gak suka ya kalau Rayhan berjodoh sama Nisa?" tanya Rayhan."Gak gitu R
"A, aku rindu," ucap Ayna menatap langit sore dari balkon kamar. Kerinduan yang begitu dalam membuat dada Ayna terasa sesak hingga tanpa ia sadari air mata jatuh membasahi wajah cantiknya."Ay," panggil Nisa mengusap punggung Ayna."Aku rindu, Aa, Nis," kata Ayna menoleh ke arah Nisa."Apa kamu masih mau bertahan atau pulang?" tanya Nisa."Aku masih ingin tinggal di sini," jawab Nisa."Apa aku bilang sama David, dan aku memintanya untuk datang ke sini?" tanya Nisa tidak tega melihat Ayna."Aku malu, Nis," jawab Ayna."Kenapa harus malu? Ay, aku yakin David juga sangat merindukan kamu, karena Adel dan Lisa bilang David selalu mencari kamu usai kuliah," kata Nisa memberitahu Ayna."Turunkan egomu, hilangkan rasa bersalah kamu karena kamu tidak salah! Kamu tidak tahu apa - apa tentang apa yang mama kamu lakukan," kata Nisa mencoba membuat Ayna mengerti dimana posisinya."Jadi aku harus menemui Aa?" tanya Ayna."Tidak! Aku akan minta David untuk datang ke sini," jawab Nisa dengan pasti."
"Kenapa itu kuka kasut sekali? Kayak baju lupa disetrika saja?" kata Adel meledek Nisa."Bukan urusan kamu!" balas Nisa sebenarnya, karena dia sudah kesal dengan Rayhan kali ini dia dibuat kesal lagi oleh Adel yang terus saja menggodanya."Kamu kenapa sih, Nis? Gak ada angin gak ada hujan pengennya marah mulu!" tanya Adel merasa heran pada sahabatnya yang sekarang lebih sensitif. Maaf, aku hanyalagi kesal sama Rayhan, eh kamu malah nambahin," jawab Nisa."Kesel kenapa?" tanya Adel penasaran."Masak iya dia panggil aku, Sayang," jawab Nisa membuat ketiga sahabatnya tertawa."Wih, ada yang bucin ini," kata Adel melirik ke arah Nisa."Tahu! Aneh dan gak jelas! Aku tu mikirnya gimana kalau dia panggil aku Sayang di depan banyak orang?" tanya Nisa, "pasti mereka bakalan ngira kalau aku pacaran sama tu anak," kata Nisa lagi."Buwahahaha, pasti seisi kampus bakalan gempar, banyak yang suka sama kamu, tapi kamu tolak, nah ini baru ketemu sudah pacaran, mereka pasti kecewa," kata Adel menebak