Di dunia ini, ada dua hal yang Angga benci. Pertama, pengkhianatan. kedua, perjodohan. Angga sudah menolak beberapa kali untuk perjodohan ini, tapi orang tua mereka khawatir. Mereka juga menginginkan penerus Angga untuk perusahaannya yang sukses itu. “Ada apa dengan ekspresinya Dia terlihat tidak suka dengan perjodohan ini, ya,” batin April. Sesuatu yang dipaksakan orang lain tidak akan berjalan dengan berhasil. Jika berhasil pun, kemungkinannya sangat kecil. Apalahi kepribadian Angga dan Mawar sangat berbeda. April menoleh ke arah Mawar yang tersenyum malu-malu. “Tunanganmu sangat cantik. Andai dia tidak sedikit gila, aku rela bilang bahwa dia sempurna,” kata April di dalam hatinya. “Karena anak saya sangat sibuk, sepertinya kita harus mencari waktu senggang anak saya. Bagaimana Sekretaris April, bisakah Anda mencari waktu yang pas untuk pernikahan mereka?” tanya Janu. April membuka tabletnya. Dia memeriksa dari bulan sekarang sampai bulan ketiga. Tidak ada waktu untuk men
“Aku lapar, bisakah kita makan bersama di restoran?” tanya Angga sambil melihat jadwal pekerjaanya pada tablet April. “Kenapa dia tidak menjawabku? Apa wanita yang dia maksud itu rahasia, ya? Harusnya aku mencari tahu sendiri,” pikir April didalam hatinya. “Kita punya waktu. Ugh, kenapa kamu tidak makan saja di rumahmu tadi?” “Aku baru lapar sekarang.” “Ada-ada saja,” balasnya. Di sebuah restoran mewah, Angga dan April menikmati makan siangnya. Angga makan dengan fokus seperti pangeran di zaman kuno. Tubuhnya tegap, mulutnya tidak berisik. Sedangkan April makan dan sibuk bermain ponsel. “Simpan ponselmu itu,” ungkap Angga dengan wajah datar. Dengan sudut matanya, Angga tahu bahwa April sedang melihat i*******m pribadi Leo dengan dengan akun keduanya. Angga berpikir bahwa aksi April itu malah membuat Angga yakin bahwa April terlihat menyukainya. “Aku sedang bekerja. Kau tahu, banyak pekerjaan yang harus aku lakukan setiap harinya,” balas April sambil tersenyum bebas pada
Tiga hari telah berlalu. April tidak menerima permintaan maaf Angga dengan cara apapun Angga merayunya. Dia bahkan tidak memakai pakaian yang pernah Angga berikan. Dia hanya memakai pakaian murahan untuk bekerja ke kantor. “April, apa kau di dalam? Aku membawakanmu sesuatu!” teriak Angga di luar rumah April. April melihat keberadaan Angga dengan mengintip di kamarnya yang tertutup gorden yang membuat ruangan itu terlihat gelap. “Apalagi yang dia bawa?!” batin April di dalam hatinya. Setiap hari, setelah kejadian tiga hari yang lalu, Angga selalu meminta maaf kepada April dengan berbagai cara. Salah satunya dengan selalu memberikan sarapan kepada April. Tidak hanya itu, Angga juga mulai terang-terangan memberikan minuman atau makanan di depan banyak orang saat di kantor. “Kamu membuatku semakin membencimu, Angga. Jika kamu benar-benar ingin meminta maaf, seharusnya kamu tidak membuat orang di kantor curiga terhadap hubungan kita. Sialan, aku sangat tidak terima!” hatinya penuh den
Kini, dua manusia membuat kebisingan di rumah yang jelas membuat suara itu akan bergema. April, tidak memiliki benda tidak berguna. Itu sebabnya rumah besar ini masih terlihat kosong. “Apa yang sedang kamu lakukan disini?” sentak April. Dia bahkan kesal karena pria yang sedang membawa satu mangkuk sup ayam, tapi matanya terlihat sangat haus pada tubuh April. “Berhenti menatapku! Aku tanya sekali lagi. Kenapa kamu bisa masuk ke dalam?!” teriak April yang mulai ketakutan itu. Ini aneh sekali, April hampir tidak berdaya karena ketakutannya. Padahal dia jago bela diri. Sungguh, pria itu pun sama. Dia membeku dengan posisinya yang sekarang. Wajahnya sangat merah, telinganya hampir terbakar. Lalu milik dia juga sudah tegak sempurna. “Ugh! Singkirkan milikmu! Dasar pria mesum!” Ampri melempar pria itu dengan sebuah piring. Tapi April gagal membuat dia terluka. “Ka-kamu yang mesum! Bagaimana bisa kamu memakai pakaian mesum itu disini? Aku melihatnya! Apa kamu tidak keberatan?” katanya.
Saat Angga memaksakan diri untuk membantu April, dia akhirnya membuat kesalahan lagi. Pecahan kaca membuat tangan April terluka karena ANgga tidak sengaja mmebuat benda itu mengenai telunjuk April. “April, maafkan aku. Aku akan—”“Berhenti pembantuku yang bahkan aku tidak terbantu!”April menepis tangan Angga. April meniup lukanya sendirian. Hal seperti ini, April dapat melakukannya dengan baik tanpa bantuan dari siapapun. “Terkadang, ketika dia bisa melakukan semuanya, apalagi hal kecil, aku merasa sakit hati. AKu ingin dia bergantung padaku,” batin Angga. April adalah orang yang bisa melakukan banyak pekerjaan sendiri. Satu yang bisa Angga lakukan pada April. Memberi fasilitas untuk balas dendam kepada Tomi dan keluarganya. Tapi entah kenapa, Angga merasa bahwa dia tidak sedang menolongnya. “April, aku ingin kamu membutuhkanku lebih dari apapun,” ujarnya. April sengaja membuat telinganya tuli sebentar untuk Angga. Dia benar-benar tidak memerlukan penjelasan Angga lagi. “April,
Seperti terserang petir yang menghantam hati yang rapuh, Angga merasa bahwa benar, yang sedang dihadapinya bukanlah April yang dia kenal. Tapi, apa aku sudah benar mengenal April? Pikirnya. "Apa aku peduli? Tidak, April. Aku tidak takut kamu akan membunuhku suatu saat. Aku yakin, kamu selalu memiliki alasan yang kuat. Soal perkataanku kemarin, itu sebenarnya bukan untuk ditujukan kepadamu, kepada luka yang kamu peroleh. Tapi itu adalah sumber dari rasa cemburuku, yang dimana kamu selalu membicarakan Leo," ungkapnya. April sudah membuka mulutnya untuk berbicara, tapi Angga lebih dulu melanjutkan perkataannya. "Ya! Aku tahu itu. Jika kamu ingin balas dendam padanya. Aku tahu bahwa kamu tidak benar-benar cinta padanya. Aku minta maaf atas tindakanku yang sangat kekanak-kanakan. Tapi aku tidak akan menahan ini. Aku mencintaimu, April. Sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta padamu," ungkapnya sambil bersimpuh di atas kaki April. April merasa tidak nyaman dengan ap
Tanpa disadari, April mengusap rambut pria itu dengan lembut. Tapi, sekarang April memikirkan hal lain. Jambak! "Argh!" erang pria ini. Angga mengernyitkan matanya. Dia berusaha tidak pusing ketika April menjambaknya. Tapi tidak bisa, April membuat kepala Angga berisi kunang-kunang yang merah. "Apa itu sakit?" tanya April dengan wajah yang datar. Tentu saja sakit, kenapa April harus bertanya demikian? Tapi Angga menggelengkan kepalanya. Lalu tersenyum sambil merapikan kembali rambutnya. "Tidak. Tidak sakit," jawabnya dengan senyum yang cerah. "Jadi aku bisa menjambakmu lagi?" tanya April. "Eh? Tidak boleh, April. Kau tahu bahwa—""Kalau begitu pergilah. Kenapa kamu masih disini?" pinta April sambil mendorong tubuh Angga keluar. "Tunggu, April. Bisakah aku duduk di rumahmu sebentar? Aku hanya akan duduk dan menonton TV saja. Sungguh, aku tidak akan melakukan apapun," ungkapnya memohon. Angga meletakan kedua tangannya dan menggesekan satu sama lain. Memberikan tatapan mata yan
"Huh, dasar pria gila! Aku tidak akan tertipu dengan taktik mu. Tapi lebih menyenangkan mengikuti arusmu dulu, bukan? Siapa tahu aku akan mendapatkan sesuatu dari pada hadiah sialanmu itu!" batin April. Menurut April, Leo adalah pria bodoh yang dia temui di dunia. Berpura-pura tidak berbohong agar April masuk perangkapnya. Tentu saja April mengikuti lubang jebakan itu dengan sukarela, tapi Leo lupa, April tidak pernah datang dengan tangan kosong bahkan jika dia pergi ke neraka. "Huft, aku sudah lama ingin bertemu Camilla. Tidak apa-apa. Jika itu sangat darurat, aku akan menemuimu nanti malam," jawab April. April senang bahwa fakta Leo mulai menyukainya dan menyembunyikan semua ini dari Camilla. Layaknya April sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Kryuk! Suara perut orang lapar! April menoleh pada pintu yang terkunci. Dia berjalan dan membuka pintu tersebut. Ternyata, Angga sedang ada disana sampai tubuhnya tersungkur setelah April menarik pintunya. "Untung saja Leo tidak mene