Update 3 bab setiap hari
Tiga hari telah berlalu. April tidak menerima permintaan maaf Angga dengan cara apapun Angga merayunya. Dia bahkan tidak memakai pakaian yang pernah Angga berikan. Dia hanya memakai pakaian murahan untuk bekerja ke kantor. “April, apa kau di dalam? Aku membawakanmu sesuatu!” teriak Angga di luar rumah April. April melihat keberadaan Angga dengan mengintip di kamarnya yang tertutup gorden yang membuat ruangan itu terlihat gelap. “Apalagi yang dia bawa?!” batin April di dalam hatinya. Setiap hari, setelah kejadian tiga hari yang lalu, Angga selalu meminta maaf kepada April dengan berbagai cara. Salah satunya dengan selalu memberikan sarapan kepada April. Tidak hanya itu, Angga juga mulai terang-terangan memberikan minuman atau makanan di depan banyak orang saat di kantor. “Kamu membuatku semakin membencimu, Angga. Jika kamu benar-benar ingin meminta maaf, seharusnya kamu tidak membuat orang di kantor curiga terhadap hubungan kita. Sialan, aku sangat tidak terima!” hatinya penuh den
Kini, dua manusia membuat kebisingan di rumah yang jelas membuat suara itu akan bergema. April, tidak memiliki benda tidak berguna. Itu sebabnya rumah besar ini masih terlihat kosong. “Apa yang sedang kamu lakukan disini?” sentak April. Dia bahkan kesal karena pria yang sedang membawa satu mangkuk sup ayam, tapi matanya terlihat sangat haus pada tubuh April. “Berhenti menatapku! Aku tanya sekali lagi. Kenapa kamu bisa masuk ke dalam?!” teriak April yang mulai ketakutan itu. Ini aneh sekali, April hampir tidak berdaya karena ketakutannya. Padahal dia jago bela diri. Sungguh, pria itu pun sama. Dia membeku dengan posisinya yang sekarang. Wajahnya sangat merah, telinganya hampir terbakar. Lalu milik dia juga sudah tegak sempurna. “Ugh! Singkirkan milikmu! Dasar pria mesum!” Ampri melempar pria itu dengan sebuah piring. Tapi April gagal membuat dia terluka. “Ka-kamu yang mesum! Bagaimana bisa kamu memakai pakaian mesum itu disini? Aku melihatnya! Apa kamu tidak keberatan?” katanya.
Saat Angga memaksakan diri untuk membantu April, dia akhirnya membuat kesalahan lagi. Pecahan kaca membuat tangan April terluka karena ANgga tidak sengaja mmebuat benda itu mengenai telunjuk April. “April, maafkan aku. Aku akan—”“Berhenti pembantuku yang bahkan aku tidak terbantu!”April menepis tangan Angga. April meniup lukanya sendirian. Hal seperti ini, April dapat melakukannya dengan baik tanpa bantuan dari siapapun. “Terkadang, ketika dia bisa melakukan semuanya, apalagi hal kecil, aku merasa sakit hati. AKu ingin dia bergantung padaku,” batin Angga. April adalah orang yang bisa melakukan banyak pekerjaan sendiri. Satu yang bisa Angga lakukan pada April. Memberi fasilitas untuk balas dendam kepada Tomi dan keluarganya. Tapi entah kenapa, Angga merasa bahwa dia tidak sedang menolongnya. “April, aku ingin kamu membutuhkanku lebih dari apapun,” ujarnya. April sengaja membuat telinganya tuli sebentar untuk Angga. Dia benar-benar tidak memerlukan penjelasan Angga lagi. “April,
Seperti terserang petir yang menghantam hati yang rapuh, Angga merasa bahwa benar, yang sedang dihadapinya bukanlah April yang dia kenal. Tapi, apa aku sudah benar mengenal April? Pikirnya. "Apa aku peduli? Tidak, April. Aku tidak takut kamu akan membunuhku suatu saat. Aku yakin, kamu selalu memiliki alasan yang kuat. Soal perkataanku kemarin, itu sebenarnya bukan untuk ditujukan kepadamu, kepada luka yang kamu peroleh. Tapi itu adalah sumber dari rasa cemburuku, yang dimana kamu selalu membicarakan Leo," ungkapnya. April sudah membuka mulutnya untuk berbicara, tapi Angga lebih dulu melanjutkan perkataannya. "Ya! Aku tahu itu. Jika kamu ingin balas dendam padanya. Aku tahu bahwa kamu tidak benar-benar cinta padanya. Aku minta maaf atas tindakanku yang sangat kekanak-kanakan. Tapi aku tidak akan menahan ini. Aku mencintaimu, April. Sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta padamu," ungkapnya sambil bersimpuh di atas kaki April. April merasa tidak nyaman dengan ap
Tanpa disadari, April mengusap rambut pria itu dengan lembut. Tapi, sekarang April memikirkan hal lain. Jambak! "Argh!" erang pria ini. Angga mengernyitkan matanya. Dia berusaha tidak pusing ketika April menjambaknya. Tapi tidak bisa, April membuat kepala Angga berisi kunang-kunang yang merah. "Apa itu sakit?" tanya April dengan wajah yang datar. Tentu saja sakit, kenapa April harus bertanya demikian? Tapi Angga menggelengkan kepalanya. Lalu tersenyum sambil merapikan kembali rambutnya. "Tidak. Tidak sakit," jawabnya dengan senyum yang cerah. "Jadi aku bisa menjambakmu lagi?" tanya April. "Eh? Tidak boleh, April. Kau tahu bahwa—""Kalau begitu pergilah. Kenapa kamu masih disini?" pinta April sambil mendorong tubuh Angga keluar. "Tunggu, April. Bisakah aku duduk di rumahmu sebentar? Aku hanya akan duduk dan menonton TV saja. Sungguh, aku tidak akan melakukan apapun," ungkapnya memohon. Angga meletakan kedua tangannya dan menggesekan satu sama lain. Memberikan tatapan mata yan
"Huh, dasar pria gila! Aku tidak akan tertipu dengan taktik mu. Tapi lebih menyenangkan mengikuti arusmu dulu, bukan? Siapa tahu aku akan mendapatkan sesuatu dari pada hadiah sialanmu itu!" batin April. Menurut April, Leo adalah pria bodoh yang dia temui di dunia. Berpura-pura tidak berbohong agar April masuk perangkapnya. Tentu saja April mengikuti lubang jebakan itu dengan sukarela, tapi Leo lupa, April tidak pernah datang dengan tangan kosong bahkan jika dia pergi ke neraka. "Huft, aku sudah lama ingin bertemu Camilla. Tidak apa-apa. Jika itu sangat darurat, aku akan menemuimu nanti malam," jawab April. April senang bahwa fakta Leo mulai menyukainya dan menyembunyikan semua ini dari Camilla. Layaknya April sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Kryuk! Suara perut orang lapar! April menoleh pada pintu yang terkunci. Dia berjalan dan membuka pintu tersebut. Ternyata, Angga sedang ada disana sampai tubuhnya tersungkur setelah April menarik pintunya. "Untung saja Leo tidak mene
April membelalakan matanya tidak percaya. Walaupun April tidak yakin, jika April akan mendapatkan perlindungan yang dia pikirkan itu. April memalingkan wajahnya. Dia segera memakan nasi goreng buatannya yang biasa saja. “Makanlah. Mungkin itu masakanku tidak begitu enak, tapi ini cocok untuk orang yang kelaparan seperti kita,” kata April tanpa menatap Angga. Angga mulai memasukan beberapa suap sendok ke dalam mulutnya. Walaupun benar, nasi goreng ini biasa saja. Tapi karena April yang memasak, Angga menghabiskan nasi itu tanpa tersisa sedikitpun. “Masakanmu enak. Lihat, aku menghabiskannya,” kata Angga sambil memperlihatkan piring kosongnya itu. Sedangkan nasi milik April masih tersisa banyak. April tersenyum mengerikan pada nasi yang membuat tubuhnya berenergi itu. “Huh, aku tahu jika nasi ini tidak enak,” kata April sambil menyindir Angga. Angga menyilangkan tangannya. Dia berusaha membuat April percaya diri dengan masakannya. Tapi April pergi sambil berniat mencuci piring ko
Di sebuah restoran bintang lima …Seorang pria yang mengenakan kemeja putih, dengan lengan yang digulung itu tengah menunggu seorang wanita lajang. Hanya ada dua kursi. Satu kursi miliknya yang sedang dia duduki, dan satunya lagi kosong. “Sudah telat dua jam,” kata pria itu. Bersama bunga merah merona, Leo sendirian di tempat itu. Ya, dia sengaja membooking restoran mewah itu hanya untuk bertemu dengan April. Entah ide buruk dari mana, tapi Leo sudah memikirkannya sejak lama. “Aku sudah menghubunginya 57 kali, tapi dia tidak mengangkatnya,” ujarnya pada ponsel dengan baterai yang sudah merah. “Bagaimana ini? Apa aku harus menunggunya?” batin Leo. Sementara itu, sejak tadi istrinya, Camilla sudah menghubungi Leo beberapa kali. Drrt! Panggilan dari Camilla yang kesekian kalinya. Kali ini, Leo akan mengangkatnya. “Maaf, Camilla. Tadi aku sedang membahas pekerjaan,” ujarnya dengan suara yang dibuat-buta. Ya, seharusnya Leo lemah seperti sebelumnya. Tapi karena Leo sebal jika Cami