Angga, diam sejenak setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut April yang biasanya terdengar pedas atau bahkan sering mengatakan hal tak berperasaan itu. Sungguh, Angga merasakan getaran yang berbeda dari biasanya sekarang. Perasaan yang sulit dimaknai itu. Tapi yang jelas, Angga cukup senang dengan reaksi April sekarang. “April, makanannya sudah siap. Kita harus makan malam bersama.” Dan Angga malah menjawabnya dengan seperti itu. Mengalihkan topik pembicaraan April. April makan dengan lahap. Bukan hanya cacing yang berdemo meminta makan, tapi juga karena April merasa marah dengan reaksi April. Padahal April sudah berkata tulus padanya. April juga cukup terang-terangan menunjukan kekhawatirannya, tapi April merasa Angga tidak peduli dengan hal itu. “Makanlah pelan-pelan. Tidak ada yang akan merebut makananmu,” ucap Angga sambil tertawa kecil. Di mata Angga, April yang sedang merajuk sambil makan sangatlah lucu seperti anak kecil. Atau bahkan anak kucing yang berusa
Kalian tahu Anna yang tidak sengaja membeku karena pancaran es dari Elsa? Ya, seperti itulah keadaan April sekarang. Membeku karena ucapan Angga yang enteng itu. Padahal sangat berat untuk Angga mengatakan bahwa mereka akan tidur bersama. “K-kalau begitu, tidak ada alasan untuk aku menolak tawaranmu. I-ini sudah gelap, bukan? Huh, d-dingin sekali. Aku akan masuk lebih dulu,” balas April sambil berlari meninggalkan Angga. “Imutnya,” ucap Angga yang tengah melihat tingkah lucu wanita nya itu. Angga pun menyusul April kedalam rumahnya yang hanya beberapa langkah saja dari rumah April. Tapi melihat April yang malah menepuk-nepuk sofa membuat raut wajah Angga sangat sedih. “April, kamu bisa tidur di kamarku—”“TIDAK! A-aku tidak mau tidur bersama seorang pria. Aku ingin tidur sendiri. Tidak apa-apa. Kamu, pergilah tidur karena besok harus bekerja,” jawabnya. Angga tersenyum hangat. Dia tidak mendengarkan April. Dia pergi ke kamarnya yang April kira dia akan tertidur, padahal Angga te
Tak disangka, selama ini Angga menyembunyikan rahasia besar tentang penyakitnya dari April juga keluarganya. Hanya Angga yang tahu tapi kini wanita yang dia cintai tak sengaja mengetahuinya. Air mata April sangat berderai bebas, padahal dia tadi habis menangisi dirinya sendiri lalu sekarang harus menangisi kondisi Angga. “A-apa kamu khawatir?” tanya Angga dengan suara yang lemah dan rendah itu. April mengerutkan keningnya heran. Kenapa dia harus bertanya hal seperti itu kepadanya. Apa karena sikap April yang kasar sehingga dinilai tidak memiliki simpati? Pikirnya. “Tentu saja aku khawatir, Angga. Sudah lebih dari enam bulan kamu mengidap leukimia. Tapi sadisnya aku bahkan tidak menyadari kamu yang kesakitan,” ungkap April. April menurunkan tubuhnya ke bawah. Dia menempel kening dengan lututnya. Lalu satu tangan yang masih memegang isi surat itu, dan satu tangannya menahan air mata walau gagal. “Aku minta maaf, Angga. Seharusnya aku menyadarinya selama ini. Maaf karena aku selalu
Beberapa bulan berlalu begitu saja. Sesuai janji April, dia sering menemani kemana Angga pergi. Atau hanya seperti memberikan waktu April lebih banyak untuk Angga. Walau sejauh ini Angga tidak begitu sering ingin ditemani di suatu tempat yang romantis, selain untuk pergi ke rumahnya, memasak untuknya, dan pergi ke Dokter. Meski begitu, April setiap hari diingatkan oleh Angga agar tak lupa dengan rencana balas dendamnya yang masih sebiji jagung alias masih sangat kecil untuk sukses. Alhasil, April pun tetap melakukan misinya sedikit demi sedikit. Di rumah Angga … “Angga, malam ini aku punya rencana untuk pergi ke rumah Camilla. Orang yang akan aku temui adalah Camilla bersama dua temannya. Apa kamu tidak apa-apa aku tinggal sendiri? Aku sudah memanggil asisten rumah tangga untukmu. Tenang saja, kamu bisa percaya padanya.” April mengemasi tasnya bersama dengan beberapa alat tersembunyi yang ditaruh di tas tak ringan itu. “Terima kasih, April. Aku sudah tahu rencanamu. Aku akan menu
Walaupun kedua sahabat Camilla sudah berada di ambang kesuksesannya, tapi Camilla masih menempati posisi tertinggi. Sebab itulah mereka belum bisa berbuat apa-apa ketika Camilla membuka pintunya ketika mereka berdua tidak suka dengan kedatangan April. “Terima kasih. Kalau begitu, apa tidak masalah jika aku mulai duduk?” tanya April kepada camilla dan kedua temannya itu. Tentu saja kedua temannya itu sibuk berbisik keogahan mereka kepada April. Tapi karena orang pertama yang April ambil hatinya adalah orang yang paling berpengaruh dari mereka bertiga, April tidak akan merasa kesulitan kedepannya. “Tentu saja. Duduklah di sebelahku. Sebenarnya aku ingin turun tangan secara langsung untuk menyiapkan makanan agar kalian bertiga dapat mencoba masakan aku secara langsung. Ah, menjadi Ibu rumah tangga tidak semudah yang aku bayangkan. Walaupun aku bahagia, tapi suamiku sangat terobsesi kepadaku. Kau tahu, kan? Itu sangat membebaniku tapi bagaimanapun dia adalah suami yang sangat mencintai
Jika di dunia ini ada suara terompet paling keras sedunia, mungkin suara itu akan kalah dengan suara lembutnya Leo. Pelakunya tentu saja adalah Camila yang sangat jatuh cinta kepada Leo sejatuh-jatuhnya dan dengan semua kebodohannya. “Sayang! Akhirnya kamu pulang. Ah, maaf. Aku mengundang mereka karena aku sedang—”“Ah, Camilla. Tiba-tiba aku dapat panggilan darurat karena ada pasien yang harus aku tangani. Aku pulang dulu, ya. Maaf karena sangat mendadak.” Mahira berbohong dan memilih pergi setelah membuat mini gosip dengan Icha dan sepertinya dia sadar bahwa Leo mendengar pembicaraan mereka walaupun setengahnya. Tetap saja, itu membuat jantung Mahira bergetar seperti orang yang akan mati. “Loh, Mahira? Kamu bilang tadi ingin mencoba masakanku?” Camilla menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena Mahira terlihat mencurigakan. “A-aku juga harus pulang, Camilla. Managerku sudah menghubungiku sedari tadi karena aku ada acara meeting dadakan bersama aktor selanjutnya dan para produse
Hampir saja membuat adegan gila seperti di drama bahwa seorang MC sedang diracuni oleh seorang Antagonis. Tapi ternyata, April hanya tersedak karena sambalnya sangat pedas dan panas. "Mi-minum!" pinta April kepada Camilla. Camilla yang terhormat pun tak sadar jika dia sedang disuruh oleh orang yang dianggap rendah. Bahkan Camilla memasang ekspresi khawatir, lalu dia berlari cepat mengambil air minum. Gluk! Gluk!April menghabiskan satu gelas air minumnya. "Walaupun tidak diracuni, tapi apa bedanya sambal ini dengan racun? Yah, aku tidak bisa menyalahkannya juga, sih. Itu karena dia makan masakannya dan mengambil sambal dengan lahap. Itu artinya, hanya aku yang sensitif dengan sambal sangat pedas ini. Walau begitu, niat buruk tidak akan luntur hanya karena hal seperti ini," kata April di dalam hatinya. "Apa sambalnya terlalu pedas? Aku tidak menakarnya dengan benar. Aku pikir kamu menyukai makanan pedas mengingat kamu waktu sekolah sering makan mie pedas. Terlebih, kedua temanku j
BLAR!Camilla berhenti melamun setelah April mengejutkannya. “Ah, t-tidak ada,” katanya dengan suara yang pelan. Camilla bahkan menampilkan ekspresi yang sedang memikirkan sesuatu. Walaupun April tidak tahu apa yang Camila pikirkan, tapi April tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang baik. April, tersenyum diatas penderitaan Camilla yang tidak diketahui. “Camilla, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar April dengan serius sambil memegang punggung tangan Camilla. “Apa itu? Kamu terlihat sangat serius,” balasnya sambil menampakan ekspresi yang dingin dan jutek, kembali ke sifat aslinya. “Soal temanmu, apakah mereka tidak suka jika aku berada disini bersamamu saat tadi?” tanay April. April menampilkan mimik muka yang sedih dan merasa bersalah. Hal itu berhasil membuat Camilla iba terhadapnya. Padahal yang dilakukan April adalah taktik. “Ti-tidak. Mereka memang tidak suka padamu karena … Saat kami SMA, kan? Tapi kamu tidak perlu memperdulikan mereka, April. Suatu saat, mereka akan m
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak