Lima hari setelah kunjungan April ke rumah Camilla. Sekarang, di sebuah jalanan yang sangat minim penduduk. Bahkan perlu waktu 30 menit untuk melihat pemukiman. Sebenarnya, ini pertama kalinya untuk April datang ke daerah yang membuat bulu kuduknya merinding seperti ini. “Bagaimanapun juga, misi saat ini harus berhasil. Ya! Aku sudah pergi sejauh ini bahkan ini sangat gelap. Menurut informan, dia selalu melakukan aksinya di malam rabu. Aku berharap aku dapat menemukan dia,” batin April. April memarkirkan kendaraan roda empatnya di sebuah lahan kosong yang kecil. Dia datang dengan penuh persiapan. Mobil dengan plat yang tidak akan dikenali, pakaian hitam yang menutup seluruh tubuhnya, dan yang lainnya. Semua itu April lakukan untuk berjaga-jaga. April menggunakan but hitam yang tidak akan terlalu menimbulkan suara ketika dia berjalan. Walaupun wajahnya hampir tertutupi oleh topi hitamnya, tapi mata April sangat jeli untuk melihat sekitarnya.DAG DIG DUG!April merasakan detak jantun
BUGH! BUGH! BUGH! “Angga, kenapa kamu ada disini? Bukankah aku sudah bilang jika kamu harus isti—”“Sstt! Dia adalah salah satu orang yang membantu pelaku. Saat aku mendekati wilayahnya, sepertinya dia tidak memiliki penjaga satupun. Bagaimana? Apakah kita akan mendekati tempat itu? Kita akan merekamnya diam-diam dari pada harus menggerebeknya secara langsung. Kita harus memiliki satu bukti setidaknya,” jelas Angga dengan wajah seriusnya. . April mengangguk mengerti. Dia bahkan mulai lupa bahwa Angga tidak boleh datang ke tempat ini karena kondisinya. Tapi melihat Angga, sepertinya Angga cukup sehat untuk saat ini. Setelah Angga berhasil mengalahkan pria tadi yang mengejar April, kini mereka berdua pergi untuk mengintip sebuah gedung. Gedung yang terlihat berfungsi dengan label bahwa tempat itu dipakai untuk tempat tergelarnya sebuah sanggar seni khusus. Lebih tepatnya, menurut seorang informan yang rumahnya berada di kecamatan ini, mengatakan bahwa tempat ini sanggar seni milik s
Keesokan harinya, April dengan amarahnya yang besar meminta Angga untuk istirahat dengan cukup dan hanya memperbolehkan bekerja selama enam jam saja. Meski begitu, Angga tidak menelan mentah-mentah syarat yang diberikan April itu. April yang bekerja selama delapan jam di kantornya dan pura-pura mendapatkan tugas dari CEO secara langsung membuat Apri pulang tanpa harus lembur. April kembali ke rumahnya dengan melanjutkan strategi untuk misi selanjutnya sembari mengasuh bayi besar.“Apakah aku benar-benar tidak mengganggumu?” tanya Angga kepada April yang sedang sibuk dengan seisi monitornya yang dipenuhi dengan isi rumah Camilla, juga tempat operasi ilegal milik Mahira. “Tidak. Asalkan kamu diam dan makan saja, gerakan badan dengan cukup, dan tidurlah tanpa merasa terganggu. Jika kamu butuh bantuan atau ingin sesuatu, jangan sungkan untuk minta kepadaku langsung,” balas April yang sedang fokus itu. Sudah satu jam, Angga hanya menatap April dari belakang sambil makan buahnya. Untuk
Malam itu, mereka melakukan sesuatu yang lebih panas dari biasanya. Ternyata mereka tidak hanya mengecup benda mungil nan merah itu saja. Mereka melakukannya lebih dalam. "Ap-ril," panggil Angga dengan suara sangat bergema walaupun Angga mengatakannya dengan pelan. CUP! CUP! Tapi ditengah keheningan itu, suara mereka yang saling bercumbu satu sama lain terdengar mendominasi ruangan ini. Pikiran mereka hilang tentang misi atau bahkan penyakit yang mematikan. Mereka, sekarang hanya memiliki mereka satu sama lain. Energi yang mengalir deras ke setiap tubuhnya. "Sial! Apakah kita hanya mendapatkan satu ginjal saja? Kemana miliknya satu lagi?!" "Itu karena kamu terburu-buru tanpa melakukan pemeriksaan lebih awal apakah dia memiliki dua ginjal utuh atau tidak—""Aish! Itu karena dia terus menghantuiku setiap malam untuk meminta ginjal secepatnya! Sudahlah! Lanjutkan saja!" Bahkan percakapan penting Mahira dengan timnya tidak mampu menggoyahkan apa yang sedang April dan Angga lakukan
Semilir angin memaksa masuk pada tubuh wanita yang hanya diselimuti kain tebal berwarna putih. Walaupun begitu, dia membiarkan kedua tangannya terbuka. Matanya masih tertutup. Indah, bahkan saat tidur pun dia tidak pernah tidak cantik. Lantas gadis itu pun menggeliat untuk meringankan bebannya semalam. Entah, bahwa beban di tubuhnya akan berkurang atau malah bertambah. "Kau sudah bangun? Aku sampai menunggu satu jam di kursi ini hanya untuk melihat putri tidur bangun dari mimpinya yang panjang." Perkataan pria itu tiba-tiba memenuhi telinganya. Wajahnya yang bersinar kini mulai redup. Meski dia selalu terlihat cantik dengan kondisi emosional apapun. CUP! "Bangunlah. Karena perutmu harus terisi, dengan bayi kita—"PUK! April melempar bantal yang menjadi sandaran ternyaman itu. Dia membuka matanya dengan paksa. Sampai tak sadar, selimut itu melorot sampai pinggang dan menampakan keindahan miliknya. "Aaakkk!" April ikut serta pada paduan suara para burung pagi ini, ternyata. Wala
Siangnya, April izin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Angga juga sebenarnya tidak ingin pergi bekerja karena ingin menemani April. Tapi karena keadaan Kantor membutuhkan dirinya sekarang, jadi Angga tetap berangkat ke kantornya. “Karena malam itu, selain aku tidak bisa tidur dengan cukup, semua tubuhku juga terasa sakit dan pegal. Aku bahkan tidak bisa berdiri dengan baik sekarang. Beruntung jika kami tidak melakukanya di rumah Angga. Jika itu terjadi, aku bahkan tidak bisa membayangkan reaksi Bibi,” gumam April di dalam kamarnya. April sedih dengan dirinya sendiri, karena dia berlagak seperti wanita tua yang hanya diam di kasur dan tak melakukan apapun kecuali dengan bukunya. Tapi yang membuat April lebih kesal adalah, karena tubuh April banyak bekas sesuatu yang berwarna merah. “Hah! Padahal aku banyak kerjaan. Di rumah maupun di kantor. Tapi aku bahkan tidak punya tenaga untuk itu. Di kamar juga aku merasa bosan,” katanya kepada diri sendiri. Di luar cuaca cukup bagus. T
April mengangkat telepon tersebut. Walaupun Angga yang ternyata meminta supaya telepon itu terhubung dengan ponsel April sendiri. Ya, sepertinya Angga ingin membicarakan sesuatu secara rahasia dengan April. “Bibi, Anda bisa kembali bekerja,” pinta April kepada ART tersebut. April pun menghubungkan kembali telepon tersebut dengan ponsel miliknya. “Ada apa? Apa ada sesuatu yang yang sangat mendesak? Aku curiga jika kamu ingin mengatakan sesuatu yang membuatku berdebar,” ucapnya. “Ya. Bukankah aku memang seringkali membuatmu berdebar? Tapi yang akan aku katakan sekarang tidak kalah mendebarkannya. Aku mendapat informasi mengenai praktik ilegal yang dilakukan oleh Mahira. Kamu, datanglah ke alamat yang aku kirimkan kepada pesanmu itu,” ucapnya dan April pun langsung menutup sambungannya. Segera, setelah dia melihat catatan penting dari isi pesannya, April bergegas untuk berganti pakaian dan bersiap-siap pergi ke tempat yang dekat dengan rumahnya itu. Dia sangat bersemangat, karena d
“Kita sudah sampai, April. Kamu akan bertemu dengan orang itu,” kata Angga kepada April. April menatap sebuah rumah yang megah. Dia berpikir bahwa orang itu adalah pemilik rumah ini. Sekejap April melihat Angga, entah kenapa suasana menjadi lebih dingin dan seram. Dari pada itu, Angga malah lebih terlihat menakutkan. April dapat merasakannya. “Kalau begitu, cepatlah katakan. Siapa dia?” tanya April terburu-buru. Dia merasa bahwa akan ada terjadi sesuatu yang buruk. Jadi dia ingin mengetahui terlebih dahulu, setidaknya namanya saja. April bahkan memohon seperti kucing yang imut kepada Angga. Tapi pertama kalinya untuk Angga, dia tidak menggubris rayuan atau keimutan April yang dibuat. Angga malah menatap tajam. “B-baiklah, aku akan menunggu kamu mengizinkannya,” ungkap April sambil melemparkan pandangannya. Angga menyadari hal itu, jadi Angga meraih tangan April dan wajah mereka saling bertemu. Di situlah, kesempatan untuk Angga mencium April datang. CUP! “Manis, tolong jangan m
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak