Share

Sumpah, Gas!

last update Last Updated: 2022-10-12 00:28:35

“Ah!!”

 

Suara tubrukan keras bergema di ruang tangga darurat. Sosok Sarah yang malang meringis ketika Bagas dengan kasar melempar tubuhnya hingga menabrak tembok dengan keras.

 

"Jelasin ini!" seru Bagas seraya menunjukkan layar ponselnya ke arah Sarah. Sebuah rekaman video berputar, memperlihatkan sosok Sarah yang memasuki area kediaman Kuncoro beberapa jam sebelum pesta dimulai. "Jangan kamu pura-pura baik, Sarah. Sedari awal, semua ini ulah kamu, 'kan?! Kamu yang bertemu dengan Ibu dan menanamkan ide gila ini!”

 

Sarah menggelengkan kepalanya keras-keras. “Bukan, Gas. Sumpah, bukan aku yang mengusulkan semua ini!”

 

Bagas tersenyum meremehkan. “Belajar lagi sana, kamu benar-benar bukan pembohong yang ulung," tutur pria tersebut. "Kalau gitu, coba jelasin alasan kamu ketemu Ibu?!"

 

Sarah terdiam sejenak, bingung harus memulai dari mana. Namun, karena tidak bisa berpikir jernih, dia pun hanya menjawab, "Aku memang bertemu ibumu, tapi satu-satunya tujuanku adalah untuk meminjam uang, oke? Aku tidak tahu apapun mengenai pengumuman yang ibumu katakan di pesta tadi!” Dia mengangkat tangannya. “Aku berani bersumpah, Gas. Aku benar-benar tidak tau apa-apa ….”

 

"Alah! Alasan! Aku yakin kamu yang menghasut Ibu agar menghina kemandulan Rayya, 'kan?!" Sarah meremas gaun malam yang masih ia kenakan, terlihat begitu gelisah saat Bagas terus mencaci makinya.

 

Baru saja Bagas ingin kembali melontarkan hal lain, tapi pintu tangga darurat terbuka mendadak. Seorang suster muncul dan melirik Sarah serta Bagas. "Pak Bagas! Saya cari-cari sejak tadi," gerutu perempuan berbalut seragam putih itu. "Ibunya sudah sadar, Pak!"

 

Mendengar hal itu, Bagas langsung berlari keluar tempat tersebut untuk mencapai kamar inap sang ibu. Sarah mengikuti langkah pria itu dari belakang, sedikit tertinggal.

 

Sesampainya di dalam ruangan, Sarah melihat sosok Rayya yang tengah berdiri di samping ranjang rumah sakit tempat Retno terbaring lemah. Istri Bagas itu tidak bicara, tapi terlihat jelas sedang memendam kemarahan. Sementara itu, suaminya terlihat menggenggam tangan ibundanya dengan erat.

 

Melihat sosok Sarah, Retno tersenyum. “Sarah… Kamu juga di sini, nak?”

 

“I-iya, Bu …,” Sarah menjawab dengan gugup, merasa tidak nyaman dengan tatapan Bagas yang beralih kepadanya.

 

“Kemari, nak…”

 

Mau tidak mau, Sarah tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan beliau. Dia terkejut saat perempuan paruh baya itu menarik tangannya secara tiba-tiba.

 

“Umur ibu mungkin tidak akan lama lagi, Gas…”

 

“Bu… jangan ngomong gitu…”

 

Sarah dapat melihat Bagas yang memeluk ibunya dengan erat. Rasa sayang dan takut kehilangan jelas terpancar dari gestur laki-laki itu.

 

“Berikan ibu cucu, Gas… Ibu mau ketemu cucu ibu dulu, baru setelah itu ibu bisa pergi dengan tenang…” Perempuan paruh baya itu menggenggam tangan Bagas sebelum meletakkannya di atas tangan Sarah. Dengan lirih, wanita tua itu berkata, “Menikahlah dengan Sarah, Gas… Tolong buat ibu bahagia…”

 

***

 

“Gas, pelan-pelan...” Sarah mencengkeram sofa mobil yang ia duduki, perempuan itu sudah melafadzkan kalimat dzikir berkali-kali.

 

Mobil yang dikendarai Bagas meluncur dengan sangat cepat, berkali-kali mobil itu hampir menabrak kendaraan lain. Namun, Bagas tidak mengatakan apapun, selain terus melajukan kendaraannya.

 

Sarah sudah memohon berkali-kali kepada pria itu, tetapi, Bagas seakan-akan tuli, dia tidak mau mendengarkan.

 

“Gas, itu bukan mau aku!” teriak Sarah yang tahu apa yang membuat pria itu marah. Muak dipojokkan, Sarah tidak bisa menahan diri untuk berteriak, "Pada akhirnya, kamu yang menerima permintaan Ibu!"

 

Mobil Bagas yang masih meluncur cepat tiba-tiba berhenti mendadak hingga kepala Sarah membentur dashboard mobil. “Astaghfirullah…” Sarah memundurkan tubuhnya saat Bagas hampir mengurungnya, perempuan itu bahkan menahan nafasnya saat pria itu memasang wajah mengerikan.

 

"Kamu menyalahkanku?" tanya Bagas dengan nada kejam. "Kalau bukan karena kondisi keuangan keluargamu yang miskin itu, mana mungkin kita berakhir di posisi ini?!"

 

Sarah terdiam, membelalak ketika mendengar ucapan Bagas. Hatinya terasa sakit mendengar hinaan yang meluncur keluar dari bibir pria tersebut.

 

"Kenapa, Sarah?" tanya Bagas, memandang wanita di hadapannya dengan pandangan mengejek. "Aku tahu kalau saat ini ibumu membutuhkan biaya yang besar.” Dia melanjutkan, “Kamu benar-benar sedang membutuhkan uang, kan?”

 

Sarah ingin membalas kalimat Bagas, tetapi semua yang pria itu katakan adalah kebenaran. Dia bungkam, bingung bagaimana cara membalasnya.

 

“Kalau yang kamu butuhkan hanya uang, aku bisa memberikannya. Tidak perlu dengan cara licik seperti ini.”

 

“Tapi, Gas… Aku benar-benar nggak–” Sarah kehilangan kata-kata saat Bagas tidak lagi ingin mendengarkan penjelasannya. Padahal, dia memiliki banyak penjelasan atas semua hal yang terjadi, yang diluar dugaan ini.

 

“Sudahlah. Semuanya sudah terlanjur. Pengumuman sudah dibuat.”

 

“Tapi, semuanya masih bisa dibatalkan, Gas. Aku temani membujuk ibumu untuk membatalkan rencana itu…” Sarah bersikeras untuk meyakinkan Bagas jika semuanya masih belum terlambat.

 

Bagas tertawa kencang sekali. “Kamu itu … licik sekali. Kamu yang merencanakan semua ini, tapi juga berniat membatalkannya? Jangan konyol.” Dia menggelengkan kepalanya. “Hal ini sudah tidak bisa dibatalkan. Aku juga tidak ingin membuat keluargaku malu.”

 

“Tapi, Gas…”

 

Sarah terdiam saat Bagas mengangkat tangannya. “Kita akan tetap menikah, Sarah. Itu sudah diputuskan oleh ibu.”

 

Bagas menginjak gas mobilnya, membuat mobil itu kembali berjalan. Sebuah tawa rendah terdengar dari pria tersebut, membuat Sarah bergidik ngeri.

 

Ketika dia mendengar ucapan Bagas selanjutnya, Sarah tahu bahwa dunianya akan segera berubah. "Tapi jangan berharap kamu akan bahagia. Karena yang kamu dapatkan adalah neraka.”

Related chapters

  • Dendam Membara Istri Kedua   Gerbang Neraka

    “Saya terima nikah dan kawinnya Sarah Daniawati Binti Gilang Adhyaksa, dengan mas kawin tersebut, tunai!” Sarah dapat mendengar semua orang mengucap syukur atas Ijab Kabul yang baru saja dilakukan oleh Bagas. Dia dapat melihat bagaimana sang ayah mengelap wajah yang sudah banjir dengan air mata, terlihat terharu dengan pernikahan putrinya. Meskipun begitu, Sarah yakin bahwa ayahnya diam-diam merasa terluka, apalagi setelah mengetahui bahwa putri satu-satunya menjadi istri kedua dari seorang pria yang telah menikah. “Selamat ya, Gas…” Meskipun pesta berlangsung dengan sangat mewah dan meriah. Tetapi, Sarah justru merasa tidak nyaman. Apalagi saat semua tamu undangan terlihat asing di matanya. “Gila… Gila… Bagas emang MVP banget deh. Udah dapet Rayya yang cantiknya kayak Dian Sastro, sekarang cewek cantik lainnya yang kayak Putri Marino ini diembat juga. Buset… Pantes aja gue jomblo terus…” Sarah hanya bisa tersenyum tipis, sedangkan Bagas justru tertawa keras-keras. Walau di

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dendam Membara Istri Kedua   Mual yang Tak Tertahankan

    “Sarah! Dimana kamu?!” Sarah yang masih sibuk membersihkan kolam ikan, mau tidak mau menoleh ke arah pintu utama. Di sana dia mendapati istri pertama Bagas--Rayya--yang sedang berjalan cepat ke arahnya. “Ada apa, Mbak?” Rayya melemparkan beberapa baju ke arah Sarah. Karena tidak sigap menangkap lemparan tiba-tiba, semua baju itu jatuh ke dalam kolam ikan yang belum selesai dibersihkan. “Kamu benar-benar tidak becus! Semua baju Bagas kelunturan! Kok bisa kamu mencampur kemeja-kemeja putihnya dengan baju batik milik ibu? Dasar tolol!” Sarah menaruh semua alat-alat yang sedang digunakan, lalu mulai memunguti baju-baju yang masuk ke dalam kolam ikan itu. Agar tidak memicu amarah wanita itu lagi, dia pun segera pergi dari hadapan Rayya untuk melaksanakan tugasnya. “Heh! Kurang ajar! Ke sini kamu! Saya belum selesai bicara!” Sarah menghentikan langkah kakinya, dan menoleh ke arah Rayya yang terlihat begitu marah. “Ada apa lagi, Mbak?” Rayya terlihat ingin menampar Sarah, tapi

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dendam Membara Istri Kedua   Dua Garis Biru

    “Selamat ya, bu, pak… Hasil pemeriksaannya positif, hari ini genap 4 minggu. Sebentar lagi kalian akan menjadi orangtua…” Sarah menelan saliva-nya perlahan, tiba-tiba saja kerongkongannya terasa kering. Sang ibu mertua tidak berhenti berucap syukur, dan juga terus-menerus memeluknya dengan sayang. Sementara Bagas tidak berkomentar apapun. “Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk menantu dan cucu saya ya, dok.” Sang dokter hanya tersenyum tipis sebelum menjawabnya dengan tegas, “Tentu saja, bu.” Sarah takjub dengan betapa mudahnya seorang manusia berubah perilaku. Meskipun ibu mertuanya tidak pernah berbuat kasar padanya, tapi dia juga bukanlah seseorang yang melimpahkan kasih sayang pada Sarah. Oleh karena itu, saat ibu mertuanya tiba-tiba menghujaninya dengan perhatian berlebih, itu membuatnya kewalahan. “Sarah, ibu sudah buatkan makanan. Kata dokter, ini bagus untuk ibu hamil.” “Sarah, kamu mau susu yang ini, atau yang ini?” “Sarah, kamu nggak boleh kecapean. Semua

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dendam Membara Istri Kedua   Benarkah?

    “Sarah! Ya Allah!” Sang ibu mertua panik saat mendapati dua menantu perempuannya terkapar di lantai, dan tak sadarkan diri. Darah segar menggenangi lantai, membuat kepanikannya semakin menjadi. “Cepat panggilkan ambulans! Cepat sana! Ya Allah, cucuku!” Ambulans tiba, kedua istri Bagas yang pingsan berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Bagas datang terburu-buru dari kantornya. Kepanikan jelas menghiasi wajahnya. “Kok bisa begini, bu? Apa yang terjadi?” Perempuan paruh baya itu hanya mampu menggelengkan kepalanya. Dia terlihat khawatir sekali. “Ibu nggak tau. Saat ibu tiba, mereka berdua sudah tergeletak di lantai. Ya Allah... Cucuku...” Bagas berjalan mondar-mandir, terlihat sangat gelisah. Tampaknya dia tidak sanggup membayangkan jika salah satu dari istrinya terluka. “Tapi ibu yakin, bukan Sarah yang salah. Ini semua pasti salahnya Rayya.” “Bu, kita nggak bisa berasumsi seperti itu. Kita kan nggak tau apa yang terjadi sebenarnya.” Ekspresi perempuan paruh baya

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dendam Membara Istri Kedua   Perempuan yang Pintar Bersandiwara

    "A-apa maksud ibu?" Rayya yang masih sesenggukan menatap sang ibu mertua dengan gugup. Tidak mungkin wanita tua itu menembus sandiwaranya, bukan? Dia sudah mengorbankan dirinya sendiri sampai mengalami luka-luka seperti ini! Di sisi lain, Retno mengalihkan pandangan dan menghampiri pintu. Alih-alih menyusul putranya, dia justru berjalan dan menutup rapat pintu tersebut, seolah-olah tidak ingin siapa pun mendengar apa yang akan dikatakannya kepada sang menantu. "Mungkin sebaiknya kamu mengajar kelas akting, Rayya." Retno berjalan ke sudut ruangan, dia menuangkan air putih ke dalam gelas. "Akting kamu benar-benar hebat, sampai putra saya begitu percaya." Dia tersenyum ke arah sang menantu. Rayya terlihat gelagapan, tapi berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Aku benar-benar nggak mengerti maksud ibu." Retno berjalan menuju ranjang yang dihuni oleh Rayya, lalu duduk di atasnya. "Bagas sudah tidak ada di sini. Hanya ada kita berdua. Jangan berpura-pura lagi." Rayya tetap menggele

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dendam Membara Istri Kedua   Kematian yang Tak Terduga

    Di atas ranjang kamar inapnya, Sarah terbaring seraya menatap kosong ke depan. Ingatan perihal kejadian beberapa saat lalu mengalir ke dalam benaknya. “Kalau bukan karena ibu, aku pastikan kita akan bercerai." Kalimat terakhir Bagas sebelum dia meninggalkan Sarah sendirian di rumah sakit terus-terusan menggema di dalam kepala wanita itu. Sarah mengusap air mata dari wajahnya, tidak ingin melihat ekspresi kejam Bagas setiap kali pandangannya membuyar. Kenapa tidak ada yang percaya padanya? Bagaimana mungkin mereka dengan mudah menepiskan kenyataan bahwa dirinyalah yang paling kehilangan dalam situasi ini?! Manik Sarah terarah pada perutnya, membayangkan keberadaan yang sebelumnya ada di sana. “Kalau saja Ibu lebih kuat, mungkin kita bisa bertemu ....” Kesedihan, terluka, dan kekecewaan bercampur menjadi satu emosi, yang meledak dalam sebuah tangisan. Tidak kencang, tapi siapa pun yang mendengarnya akan ikut merasakan kesedihan yang teramat sangat. "Kamu bisa menjadi kuat, Sara

    Last Updated : 2022-10-12
  • Dendam Membara Istri Kedua   Kaisar Nugroho

    Sarah yang terlalu terkejut, tidak dapat mengeluarkan suara apapun. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ada kebingungan yang menghinggapinya. Amarah dan kekecewaan juga bercampur di dalamnya.“Kenapa? Kenapa Bagas melakukan semua itu?"Sarah mendongakkan kepalanya, menatap pria asing itu, secara tidak langsung memintanya untuk menjawab semua pertanyaannya.Saat itulah, Sarah baru menyadari sesuatu. Bahwa entah sejak kapan, pria asing itu sudah memayungi dirinya hingga terhindar dari hujan.Pria asing itu yang tidak mengubah ekspresi di wajahnya sama sekali, kemudian berujar, "Kalau kamu ingin membalas dendam, ikutlah denganku, Sarah…"*** Ada begitu banyak pertanyaan yang berputar di dalam kepalanya. Namun, Sarah justru tidak mengatakan apapun kepada pria asing itu. Dia hanya berdiam diri, menatap laju kendaraan yang membawa mereka. Dari balik kaca mobil, Sarah dapat melihat beberapa bangunan yang tampak tidak asing. Dia menoleh ke arah si pria asing, namun belum sempat bertanya mobil itu

    Last Updated : 2022-10-18
  • Dendam Membara Istri Kedua   Adu Mulut

    “Seharusnya ada di sini.” Sarah ingat, sang ayah selalu memasukkan semua dokumen penting, uang tunai, ataupun emas yang dia miliki ke dalam brankas yang tersembunyi di balik lukisan besar di ruangan kerjanya. Sarah juga ingat dengan jelas kunci kombinasi yang pernah diberitahukan oleh sang ayah. Jadi, ia terkejut ketika tidak mendapati apapun di dalam brankas ayahnya. “Apa mungkin ayah memindahkan dokumen-dokumennya?” Sarah menggelengkan kepalanya, dia bertekad untuk tidak menyerah. Dia mulai mencari di setiap sudut ruangan. Lemari besar milik sang ayah, meja kerja, tumpukan dokumen di rak, semuanya tidak luput dicari. Namun, hasilnya nihil. “Dimana ayah menaruhnya?” Sarah berujar dengan nada kebingungan, sebelum ia memutuskan untuk menghampiri Kaisar yang sepertinya masih menunggu di lantai bawah. Namun, langkah kakinya terhenti saat ia melihat buku catatan milik sang ayah yang selalu dibawanya kemanapun–yang terletak di atas meja kerjanya. Dengan rasa penasaran yang tinggi,

    Last Updated : 2022-10-25

Latest chapter

  • Dendam Membara Istri Kedua   Sambutan di Rumah

    "Kemana saja kamu?!" Setelah beradu argumentasi dengan Kaisar, Sarah akhirnya diantar kembali ke rumah sang suami. Sepanjang perjalanan, Sarah berusaha menenangkan diri. Dia mencoba untuk mendengarkan kalimat-kalimat dari pria itu yang terus memintanya untuk bisa mengendalikan diri sebaik mungkin. Namun, begitu Sarah masuk ke dalam rumah, teriakan Bagas menyambutnya. Sarah memperhatikan Bagas yang masih duduk di sofa ruang tamu, bersama dengan Rayya--Istri kesayangannya itu. Di kepalanya saat ini hanya berputar setiap kejahatan yang dilakukan Bagas kepadanya, dan kepada keluarganya. Sarah ingin langsung mengkonfrontasi Bagas, tetapi Kaisar benar. Itu sama saja dengan menggali kuburannya sendiri."Ingat ini Sarah. Kalau kamu mau kembali ke rumah itu sekarang, maka bersikaplah seperti tidak ada yang terjadi."Sarah juga teringat bagaimana Kaisar menyiapkan sebuah alibi untuknya. Kalau seandainya Bagas bertanya kemana ia pergi dari rumah sakit. "Aku harus sanggup mengontrol diriku

  • Dendam Membara Istri Kedua   Aku Ingin Kembali Ke Sana, Kaisar

    Semalaman penuh, Sarah tidak tidur sama sekali. Dia menghabiskan malamnya dengan membaca setiap lembar yang ditulis oleh sang ayah di dalam buku catatan itu. Dan semakin membacanya, amarah Sarah semakin bergejolak. Pagi ini, Sarah bertekad untuk kembali ke rumah Bagas.Namun rencananya berantakan saat ia melihat Kaisar sudah menunggunya di meja makan. "Mau kemana pagi-pagi begini?" ujar Kaisar--sambil meminum jus jeruk yang baru saja disajikan oleh Mbok Sum.Sarah menurunkan barang-barangnya di lantai. Meskipun enggan, dia tetap berjalan menuju meja makan. "Pulang," ujarnya singkat. Kaisar tidak bereaksi. Dia justru terlihat tenang menyantap sarapannya. Di sampingnya terlihat seorang pria dengan setelan serba hitam, dengan rambut plontos, dan sebuah tab di tangannya, sedang membacakan jadwalnya hari ini. "Jam sepuluh nanti ada pertemuan singkat dengan Pak Nuggie. Asisten Direktur PT. Berlian Nusantara. Setelahnya, jam sebelas akan bertemu Pak Narendra di lapangan golf BSD, terkai

  • Dendam Membara Istri Kedua   Bermalam di Kediaman Kaisar

    "Sebaiknya kamu di sini dulu saja."Setelah adu mulut yang terjadi beberapa jam yang lalu, Sarah menyetujui ajakan Kaisar untuk pergi ke sebuah tempat guna menenangkan dirinya selama beberapa saat. Mereka sampai di sana menjelang tengah malam. "Ini rumah siapa?"Sarah terdiam memandangi interior dari sebuah rumah bergaya klasik eropa, yang didominasi warna putih. Rumah ini sangat besar, megah dan mewah, tapi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya."Anggap saja rumah sendiri."Setelah mengatakan itu, Kaisar terlihat memanggil seseorang. Tak lama, seorang perempuan paruh baya berlari dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya terlihat panik."Ampun, Den..." Perempuan paruh baya itu langsung menundukkan kepalanya saat berhadapan dengan Kaisar. Tubuhnya gemetaran, kedua tangannya saling mengait. Dia terlihat begitu gelisah. Sarah mengamati interaksi antara keduanya, yang melahirkan tanda tanya. Apakah Kaisar begitu mengerikan?Kaisar yang tidak kunjung mengatakan apapun, membuat perempuan paruh

  • Dendam Membara Istri Kedua   Adu Mulut

    “Seharusnya ada di sini.” Sarah ingat, sang ayah selalu memasukkan semua dokumen penting, uang tunai, ataupun emas yang dia miliki ke dalam brankas yang tersembunyi di balik lukisan besar di ruangan kerjanya. Sarah juga ingat dengan jelas kunci kombinasi yang pernah diberitahukan oleh sang ayah. Jadi, ia terkejut ketika tidak mendapati apapun di dalam brankas ayahnya. “Apa mungkin ayah memindahkan dokumen-dokumennya?” Sarah menggelengkan kepalanya, dia bertekad untuk tidak menyerah. Dia mulai mencari di setiap sudut ruangan. Lemari besar milik sang ayah, meja kerja, tumpukan dokumen di rak, semuanya tidak luput dicari. Namun, hasilnya nihil. “Dimana ayah menaruhnya?” Sarah berujar dengan nada kebingungan, sebelum ia memutuskan untuk menghampiri Kaisar yang sepertinya masih menunggu di lantai bawah. Namun, langkah kakinya terhenti saat ia melihat buku catatan milik sang ayah yang selalu dibawanya kemanapun–yang terletak di atas meja kerjanya. Dengan rasa penasaran yang tinggi,

  • Dendam Membara Istri Kedua   Kaisar Nugroho

    Sarah yang terlalu terkejut, tidak dapat mengeluarkan suara apapun. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ada kebingungan yang menghinggapinya. Amarah dan kekecewaan juga bercampur di dalamnya.“Kenapa? Kenapa Bagas melakukan semua itu?"Sarah mendongakkan kepalanya, menatap pria asing itu, secara tidak langsung memintanya untuk menjawab semua pertanyaannya.Saat itulah, Sarah baru menyadari sesuatu. Bahwa entah sejak kapan, pria asing itu sudah memayungi dirinya hingga terhindar dari hujan.Pria asing itu yang tidak mengubah ekspresi di wajahnya sama sekali, kemudian berujar, "Kalau kamu ingin membalas dendam, ikutlah denganku, Sarah…"*** Ada begitu banyak pertanyaan yang berputar di dalam kepalanya. Namun, Sarah justru tidak mengatakan apapun kepada pria asing itu. Dia hanya berdiam diri, menatap laju kendaraan yang membawa mereka. Dari balik kaca mobil, Sarah dapat melihat beberapa bangunan yang tampak tidak asing. Dia menoleh ke arah si pria asing, namun belum sempat bertanya mobil itu

  • Dendam Membara Istri Kedua   Kematian yang Tak Terduga

    Di atas ranjang kamar inapnya, Sarah terbaring seraya menatap kosong ke depan. Ingatan perihal kejadian beberapa saat lalu mengalir ke dalam benaknya. “Kalau bukan karena ibu, aku pastikan kita akan bercerai." Kalimat terakhir Bagas sebelum dia meninggalkan Sarah sendirian di rumah sakit terus-terusan menggema di dalam kepala wanita itu. Sarah mengusap air mata dari wajahnya, tidak ingin melihat ekspresi kejam Bagas setiap kali pandangannya membuyar. Kenapa tidak ada yang percaya padanya? Bagaimana mungkin mereka dengan mudah menepiskan kenyataan bahwa dirinyalah yang paling kehilangan dalam situasi ini?! Manik Sarah terarah pada perutnya, membayangkan keberadaan yang sebelumnya ada di sana. “Kalau saja Ibu lebih kuat, mungkin kita bisa bertemu ....” Kesedihan, terluka, dan kekecewaan bercampur menjadi satu emosi, yang meledak dalam sebuah tangisan. Tidak kencang, tapi siapa pun yang mendengarnya akan ikut merasakan kesedihan yang teramat sangat. "Kamu bisa menjadi kuat, Sara

  • Dendam Membara Istri Kedua   Perempuan yang Pintar Bersandiwara

    "A-apa maksud ibu?" Rayya yang masih sesenggukan menatap sang ibu mertua dengan gugup. Tidak mungkin wanita tua itu menembus sandiwaranya, bukan? Dia sudah mengorbankan dirinya sendiri sampai mengalami luka-luka seperti ini! Di sisi lain, Retno mengalihkan pandangan dan menghampiri pintu. Alih-alih menyusul putranya, dia justru berjalan dan menutup rapat pintu tersebut, seolah-olah tidak ingin siapa pun mendengar apa yang akan dikatakannya kepada sang menantu. "Mungkin sebaiknya kamu mengajar kelas akting, Rayya." Retno berjalan ke sudut ruangan, dia menuangkan air putih ke dalam gelas. "Akting kamu benar-benar hebat, sampai putra saya begitu percaya." Dia tersenyum ke arah sang menantu. Rayya terlihat gelagapan, tapi berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Aku benar-benar nggak mengerti maksud ibu." Retno berjalan menuju ranjang yang dihuni oleh Rayya, lalu duduk di atasnya. "Bagas sudah tidak ada di sini. Hanya ada kita berdua. Jangan berpura-pura lagi." Rayya tetap menggele

  • Dendam Membara Istri Kedua   Benarkah?

    “Sarah! Ya Allah!” Sang ibu mertua panik saat mendapati dua menantu perempuannya terkapar di lantai, dan tak sadarkan diri. Darah segar menggenangi lantai, membuat kepanikannya semakin menjadi. “Cepat panggilkan ambulans! Cepat sana! Ya Allah, cucuku!” Ambulans tiba, kedua istri Bagas yang pingsan berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Bagas datang terburu-buru dari kantornya. Kepanikan jelas menghiasi wajahnya. “Kok bisa begini, bu? Apa yang terjadi?” Perempuan paruh baya itu hanya mampu menggelengkan kepalanya. Dia terlihat khawatir sekali. “Ibu nggak tau. Saat ibu tiba, mereka berdua sudah tergeletak di lantai. Ya Allah... Cucuku...” Bagas berjalan mondar-mandir, terlihat sangat gelisah. Tampaknya dia tidak sanggup membayangkan jika salah satu dari istrinya terluka. “Tapi ibu yakin, bukan Sarah yang salah. Ini semua pasti salahnya Rayya.” “Bu, kita nggak bisa berasumsi seperti itu. Kita kan nggak tau apa yang terjadi sebenarnya.” Ekspresi perempuan paruh baya

  • Dendam Membara Istri Kedua   Dua Garis Biru

    “Selamat ya, bu, pak… Hasil pemeriksaannya positif, hari ini genap 4 minggu. Sebentar lagi kalian akan menjadi orangtua…” Sarah menelan saliva-nya perlahan, tiba-tiba saja kerongkongannya terasa kering. Sang ibu mertua tidak berhenti berucap syukur, dan juga terus-menerus memeluknya dengan sayang. Sementara Bagas tidak berkomentar apapun. “Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk menantu dan cucu saya ya, dok.” Sang dokter hanya tersenyum tipis sebelum menjawabnya dengan tegas, “Tentu saja, bu.” Sarah takjub dengan betapa mudahnya seorang manusia berubah perilaku. Meskipun ibu mertuanya tidak pernah berbuat kasar padanya, tapi dia juga bukanlah seseorang yang melimpahkan kasih sayang pada Sarah. Oleh karena itu, saat ibu mertuanya tiba-tiba menghujaninya dengan perhatian berlebih, itu membuatnya kewalahan. “Sarah, ibu sudah buatkan makanan. Kata dokter, ini bagus untuk ibu hamil.” “Sarah, kamu mau susu yang ini, atau yang ini?” “Sarah, kamu nggak boleh kecapean. Semua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status