***
"Rajendra!" Berhasil keluar dari keramaian kemudian masuk ke backstage setelah mengenalkan diri, seruan tersebut lantas keluar dari bibir Kalania ketika pada jarak beberapa meter, sosok yang dia cari tengah berjalan ke sebuah tenda. Rajendra. Bukan orang lain, yang Kalania panggil adalah dia dan bukan berstatus teman, Rajendra adalah kekasihnya yang sudah Kalania pacari selama dua bulan terakhir. Berawal dari Kalania yang sering menonton bahkan mengikuti band yang dianggotai Rajendra juga ketiga temannya, gadis itu tiba-tiba saja mendapat keberuntungan untuk naik ke atas panggung setelah salah satu anggota memilihnya sebagai penonton paling aktif, dan karena posisi Rajendra adalah vokalis, Kalania tentunya banyak berinteraksi dengan pria itu di atas panggung. Itu saja? Tentu saja tidak, karena setelah dipanggil naik ke atas panggung, Kalania dihampiri lagi oleh Rajendra untuk kemudian diajak berkenalan bahkan dimintai nomor telepon. Bak kejatuhan durian runtuh, Kalania yang menyukai Rajendra tentu saja menerima dengan senang hati ajakan berkenalan bahkan tanpa banyak ba bi bu, dia juga memberikan ponsel sampai akhirnya seminggu pasca mereka dekat, Rajendra menyatakan cinta padanya dan tentu saja Kalania pun menerima dengan senang hati sehingga dia dan vokalis Ravaleaz band tersebut pun resmi berpacaran. Tak ada yang aneh, hubungan keduanya berlangsung seperti pasangan lain dan tentu saja sebagai pacar yang baik, Kalania selalu mengusahakan diri untuk datang setiap kali Rajendra manggung termasuk hari ini. "Kamu keren banget sore ini," ucap Kalania sesampainya dia di dekat Rajendra. Tak bersama teman-temannya yang lain, pria itu kini berdiri seorang diri. "Aku suka." "Suka lagunya?" tanya Rajendra. "Suka semuanya," kata Kalania sambil terus tersenyum. "Apalagi lagu yang nyeritain tentang jatuh cinta. Lagu baru ya? Aku belum lihat di akun youtube band kamu." "Iya dan itu aku yang ciptain." "Serius?" tanya Kalania—semakin antusias, karena dia pikir lagu tersebut ditujukan Rajendra untuknya. "Iya serius, tapi bukan buat kamu." Deg. Seperti dipukul ulu hati, itulah yang dirasakan Kalania setelahnya. Memandang Rajendra dengan perasaan yang heran, dia lantas bertanya, "Terus buat siapa kalau bukan buat aku? Itu lagu tentang jatuh cinta, kan?" "Iya dan lagunya bukan buat kamu, tapi buat orang lain yang sekarang lagi aku suka." "Rajendra." "Kita putus ya," ajak Rajendra tanpa aba-aba dan jelas hal tersebut membuat Kalania kaget. "Kita kan udah dua bulan pacaran dan aku bosen terus pengen ganti. Jadi hari ini udahan oke? Kamu bukan lagi pacar aku begitu pun sebaliknya. Enggak usah datang ke backstage mulai hari ini dan semuanya berakhir. Hubungan kita bulan aja karena aku punya gebetan baru." "Ra-Rajendra kamu bercanda, kan?" tanya Kalania dengan raut wajah kaget yang tak hilang dari wajah cantiknya. Tak punya salah apa pun dan tak memiliki masalah apa-apa sebelumnya dengan Rajendra, rasa kaget ketika diputuskan secara mendadak seperti sekarang tentu saja menghampiri Kalania karena rasanya tak etis jika hubungan dia dan vokalis band tersebut berakhir begitu saja. Rajendra Playboy. Julukan itu sudah Kalania ketahui sebelum mengenal pria tersebut bahkan berpacaran dengannya, tapi tetap saja diputuskan secara mendadak tanpa melakukan kesalahan, dia tak bisa terima sehingga bagaimanapun caranya Kalania harus mendapat penjelasan dari pria itu. "Bercanda? Enggaklah," kata Rajendra. "Lagian lo kan tahu gue gimana? Gue playboy dan gue enggak bisa sama satu cewek aja. Jadi terima aja gue putusin lo. Bosen soalnya dan-" Plak! Dengan emosi yang tiba-tiba saja naik ke ubun-ubun, tamparan tersebut lantas dilayangkan Kalania di pipi Rajendra dan bohong jika pria itu tak kaget karena jelas Rajendra kaget dengan tamparan gadis di depannya. "Lo nampar gue?" tanya Rajendra—kembali menggunakan panggilan lo-gue pada Kalania. "Apa? Enggak suka?" tanya Kalania. "Itu pantas buat cowok brengsek macam kamu tahu enggak? Aku tahu kamu playboy, tapi putusin cewek minimal kamu harus bikin masalah dulu, Rajendra! Kamu pikir diputusin tanpa alasan itu enak? Enggak! Aku enggak suka tahu enggak diginiin!" "Ya terus gue harus apa?" tanya Rajendra. "Gue naksir cewek lain dan gue bosen sama lo. Masa harus dipertahanin?" Mengeraskan rahang, itulah yang dilakukan Kalania setelahnya hingga tak berselang lama yang dia lakukan adalah; kembali menampar Rajendra dan jelas hal tersebut membuat pria itu merintih. "Aw! "Mampus!" ujar Kalania. Tak lagi memiliki mood untuk meminta penjelasan, emosi menggunung yang kini hadir membuat dia tanpa ragu melakukan semua itu karena diperlakukan dengan sangat tak baik, tentu saja dia marah. "Itu pantas buat kamu yang brengsek, Rajendra! Aku doain kamu impoten habis ini terus aku doain juga kamu botak!" "Jangan sembarangan ngomong ya lo!" "Bodo amat!" ujar Kalania. "Kalau kamu emang mau putus sama aku, ayo kita putus! Tapi jangan harap aku diem aja diginiin karena aku pasti balas dendam! Aku akan bikin kamu menyesal karena giniin aku dan ak-" "Balas dendam apa emangnya yang bisa lo lakuin hah?" tanya Rajendra yang justru meremehkan Kalania. "Banyak!" ujar Kalania. "Aku bisa balas dendam lewat banyak cara dan aku jamin kami bakalan nyesal karena udah giniin aku. Lihat aja!" "Oke, gue tunggu," kata Rajendra. "Kabarin gue kalau balas dendamnya udah siap oke? Sekarang sana pergi dan enggak usah temuin gue lagi. Kalau perlu, enggak usah nonton gue karena gue pengen penonton baru yang lebih cantik. Sana." "Sampah!" Tak melakukan apa pun untuk mempertahankan hubungannya dengan Rajendra, yang dilakukan Kalania justru mengumpat sebelum akhirnya pergi meninggalkan pria itu dengan perasaan yang dongkol. Kembali ke mobil, Kalania lekas melajukan kendaraannya itu dengan kecepatan tinggi dan bukan ke rumah, tujuan dia pulang sore ini adalah apartemen karena memang selama beberapa tahun terakhir Kalania hidup mandiri di sebuah apartemen. "Rajendra brengsek!" umpat Kalania ketika akhirnya sampai di unit apartemen. "Awas aja aku enggak akan tinggal diam diginiin. Aku pasti balas dendam." Tak ada tangis layaknya seorang gadis yang barusaja putus cinta, Kalania justru terus dilanda emosi dan tak hanya merutuk, yang dilakukannya setelah masuk ke dalam kamar adalah; menghubungi sebuah nomor. Bukan orang lain, yang Kalania hubungi adalah nomor sang sahabat, Tami dan bukan tanpa tujuan, alasan dia menghubungi Tami adalah untuk mencurahkan kekesalan, sakit hati sekaligus meminta solusi balas dendam pada Rajendrs karena ucapannya tadi tentu saja bukan main-main. "Halo, Kal. Ada apa?" "Tami, gue putus sama Rajendra," rengek Kalania tanpa basa-basi. "Tadi gue nemuin Rajendra di backstage kaya biasa dan lo tahu? Dia putusin gue secara mendadak. Katanya dia bosan sama gue dan-" "Kan!" seru Tami dengan segera. Tak setuju dengan hubungan Kalania dengan Rajendra, sejak awal gadis tersebut memang sudah punya feeling tak baik karena status vokalis band tersebut yang tak lain seorang playboy sangat terkenal di mana-mana. "Gue bilang juga apa, Kalania. Rajendra itu playboy dan dia enggak punya niat serius sama lo! Dia cuman mau mainin lo dan di-" "Iya gue minta maaf, Tami. Sorry," ucap Kalania—memotong ucapan sang sahabat dengan segera. "Gue harusnya dengerin omongan lo buat enggak pacaran sama Rajendra dan gue juga harusnya pinteran dikit." "Baguslah kalau sadar diri." "Tapi meskipun nyesal, gue enggak mau tinggal diam dan gue mau balas dendam," kata Kalania. "Gue tadi udah ngomong ke Rajendra buat balas dendam sama dia dan katanya dia nunggu pembalasan dendam itu." "Terus?" "Gue bingung mau balas dendam pake cara apa," kata Kalania polos. "Gue blank dan gue pengen minta bantuan lo buat cari ide. Kira-kira ada saran enggak?" "Serius mau balas dendam nih?" "Seriuslah!" ujar Kalania. "Gue harus buktiin ke Rajendra kalau gue bukan cewek lemah yang bakalan pasrah digituin sama dia. Gue harus bikin dia nyesal dan kapok bahkan kalau bisa, gue pengen bikin dia nangis darah." "Pacarin Kakaknya kalau gitu." "Hah?" Mendengar ucapan Tami, raut wajah Kalania tentu saja mendadak cengo. "Kakak? Emang Rajendra punya Kakak? Setahu gue kembaran deh dia punyanya." "Ya itu sama aja," kata Tami. "Setahu gue Rajendra itu punya dua saudara kembar dan karena dia anak tengah alias lahir kedua, dia punya Kakak dan adik. Kakaknya cowok, adiknya cewek." "Terus?" "Ya lo pacarin sana kakaknya," kata Tami. "Kalau pengen bikin Rajendra nangis darah. Itu cara yang paling efektif karena lihat mantan pacaran sama saudara sendiri tuh nyes."***"Udah cantik belum sih gue? Mau ketemu CEO degdegan banget rasanya."Berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Kalania pada dirinya sendiri yang barusaja menyelesaikan kegiatan berdandan.Tak akan berdiam diri di apartemen seperti biasanya, siang ini Kalania memang akan pergi ke suatu tempat dan bukan tempat sembarangan, yang akan dia datangi adalah sebuah gedung perusahaan ternama.Bukan untuk melamar pekerjaan, tujuan Kalania datang ke gedung perusahaan tersebut adalah; untuk menemui seseorang yang dia pikir bisa membantunya membalaskan dendam pada Rajendra, karena memang tak main-main, niat Kalania balas dendam sangat serius.Diputuskan secara mendadak tanpa memiliki kesalahan, Kalania merasa dipermainkan dan sebagai perempuan, dia tentu saja tak terima sehingga pembalasan pun harus dilakukan dan dari semua cara yang bisa dipakai, dia memutuskan untuk memakai ide iseng sang sahabat yaitu; memacari saudara kembar Rajendra.Rainer Lan
***"Pak, kok saya diginiin sih, Pak? Saya kan barusan udah bilang kalau saya bukan orang gila! Saya seriusan mantannya Rajendra dan saya mau balas dendam sama dia, Pak! Please, Bapak bantuin saya karena kalau enggak dikasih pelajaran, Rajendra akan semakin berulah dan korbannya akan semakin banyak! Bapak mau emangnya saudara kembar Bapak memakan lebih banyak korban? Mau?"Sambil terus meronta dari pegangan dua satpam yang kini mencekalnya, seruan panjang lebar tersebut lantas dilontarkan Kalania pada Rainer yang kini berdiri pada jarak beberapa meter.To the point mengungkap tujuan datang ke kantor Rainer, respon yang didapatkan Kalania memang di luar dugaan karena alih-alih bersedia, Rainer justru menuduhnya macam-macam.Orang gila lepas dari rumah sakit jiwa.Itulah tuduhan pertama yang dikatakan Rainer padanya dan sebagai orang waras, Kalania tentu saja tak terima sehingga sejelas mungkin dia mengatakan kronologi putusnya dengan Rajendra dan alih-alih tertarik dengan tawaran yang
***"Ck."Menarik kedua tangannya dari laptop yang sejak tadi dipakai, Kalania berdecak dengan rasa kesal yang tiba-tiba saja datang. Pikiran buyar lalu konsentrasi hilang, selanjutnya itulah yang terjadi setelah ponsel yang disimpannya di dekat laptop, tak kunjung berbunyi.Padahal, setelah memberikan nomor ponselnya pada Rainer siang tadi, Kalania berharap malam ini pria itu meneleponnya untuk mengungkap ketertarikan atas ajakan dia siang tadi.Namun, sepertinya Kalania memang terlalu berharap karena jangankan telepon, pesan saja tak dikirim Rainer—membuat dia tentu saja frustasi sendiri karena selain memacari pria itu, dia tak tahu harus menggunakan cara apalagi untuk balas dendam pada Rajendra."Ini Rainer serius enggak tertarik nih sama tawaran gue?" tanya Kalania setelahnya. "Cantik lho gue tuh. Masa dia enggak mau sih? Lagian lihat adiknya permainin banyak cewek, dia enggak simpati apa? Ah, apa jangan-jangan Rainer sebelas dua belas sama Rajendra?"Tak ada yang menjawab pertany
"Rainer."Deg.Dada Kalania rasanya seperti dipukul secara mendadak setelah sang penelepon mengutarakan identitas yang tentu saja membuat dia kaget."Ra-Rainer?" tanya Kalania tergagap. "Rainer Langit Mahendra, bukan?""Iya," kata Rainer. "Dan saya hubungi kamu karena ingin membicarakan sesuatu.""Tentang apa?" tanya Kalania dengan raut wajah antusias. "Tentang tawaran aku kemarin bukan? Kalau iya, ayolah kita ngobrol ter-""Kafe Kencana," potong Rainer. "Bisa kita bicarakan semuanya di sana? Kalau bisa saya tunggu pukul setengah satu-""Bisa!" seru Kalania. "Aku bisa ke sana dan aku bakalan datang dari jam dua belas biar enggak telat. Terlepas dari apa yang mau kamu bicarain, aku bakalan datang dan aku mau dandan secantik mungkin.""Oke.""Sebut kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Kalania. "Soalnya kan ini enggak dikantor.""Silakan," kata Rainer. Hening selama beberapa detik, setelahnya pria itu kembali buka suara. "Ya sudah kalau begitu saya matikan teleponnya dan sampai ketemu di san
***"Ck."Rainer yang kini memegang ponsel di tangan kanannya seketika berdecak setelah sebuah panggilan tiba-tiba saja masuk ke nomor miliknya. Bukan dari orang asing, panggilan tersebut berasal dari kontak yang dia namai Gadis setengah waras dan bukan orang teman terdekat apalagi saudara, orang yang Rainer namai seperti itu adalah Kalania.Ya, gadis itu.Meskipun sekarang Rainer dan Kalania sudah menjalin sebuah kerjasama, rasanya dia enggan mengubah nama kontak gadis tersebut di ponselnya karena menurut penilaian dia, begitulah Kalania."Mau apa sih gadis ini? Ganggu aja," tanya Rainer setelahnya.Alih-alih menjawab panggilan, yang dia lakukan justru hanya memandangi nama Kalania karena tak sedang senggang, saat ini Rainer sedang berkutat dengan macbook untuk mengurus pekerjaan, sehingga jelas dia tak bisa diganggu siapa pun apalagi Kalania.Tak hanya berlaku untuk gadis itu, larangan mengganggu dia di kamar diantara jam delapan sampai jam sembilan malam juga diberlakukan pada semu
"Najis," celetuk Rainer. "Enggak ada yang bisa gue kangenin dari lo.""Terus mau apa?" tanya Rajendra sambil mendudukan dirinya di samping Rainer dan alih-alih mendapat jawaban dari sang saudara kembar, dia justru mendapat perinrah."Pake baju dulu lo, masuk angin," kata Rainer. "Gue enggak bakalan ngomong sebelum lo pake baju.""Halah ribet banget lo, Rainer," desah Rajendra sambil beranjak. "Manggung malam sambil ujan-ujanan aja kuat, apalagi cuman kaya gini? Gue enggak selemah itu kali.""Udah sih tinggal pake baju kan enggak susah juga," kata Rainer. "Apa perlu gue bajuin?""Males," celetuk Rajendra. "Gue bukan balita kali.""Ya udah kalau gitu pake baju sendiri.""Iya-iya, bawel lo."Tak menjawab, Rainer hanya diam sambil menumpukan kedua tangannya di kasur sementara Rajendra sendiri mulai mencari pakaian dan tanpa memerlukan waktu lama, putra tengah Aleora tersebut selesai mengenakan kaos juga kolor dalam beberapa menit saja."Udah tuh pake baju," kata Rajendra pada sang kembara
***"Gimana, Mbak, apa sudah pas?"Duduk di depan sebuah cermin besar, Kalania sedikit menyipitkan mata setelah pertanyaan tersebut dilontarkan seorang perempuan yang sejak beberapa saat lalu mengurus rambutnya.Tak diam di rumah seperti biasa, hari sabtu ini Kalania memang memutuskan untuk pergi ke spa bahkan salon karena setelah mendengar kabar dari Rainer hari jumat kemarin, dia memutuskan untuk dandan secantik mungkin malam nanti.Rajendra akan ada di acara makan malam.Itulah yang dikatakan Rainer kemarin pagi sehingga tak mau sembarangan, segala persiapan menuju makan malam nanti dilakukan sebaik mungkin olehnya dan tentu saja tak hanya pergi merawat diri, Kalania akan pergi ke mall untuk membeli baju dan perintilan lainnya.Semua dilakukan sendiri? Ya, tentu saja karena Rainer yang notabenenya pacar pura-pura, enggan berpartisipasi sehingga mau tak mau Kalania pergi tanpa teman karena Tami sang sahabat pun tengah memiliki urusan.Bukan problem besar, hal tersebut jelas tak men
"Balikan?" tanya Kalania dengan senyuman meledek. "Enggaklah, buat apa juga aku ngajak balikan orang yang udah mutusin aku tanpa alasan? Ngerasa spesial banget emangnya kamu sampai harus didatangin ke rumah buat diajak balikan?""Terus kalau bukan mau ngajak balikan, lo mau apa datang ke rumah gue?" tanya Rajendra sinis, karena tamparan yang pernah diberikan Kalania masih membekas diingatannya hingga sekarang. "Sana balik. Gue lagi nunggu tamu penting dan-""Dia tamu gue, Jen."Belum selesai Rajendra bicara, suara Rainer lebih dulu terdengar dari dalam rumah dan munculnya pria itu tentu saja membuat Kalania bersorak di dalam hati karena inilah yang dia tunggu sejak kemarin."Tamu lo?" tanya Rajendra—kembali mengerutkan kening dengan perasaan yang lagi-lagi heran. "Tamu lo gimana? Dia mantan gue. Dia cewek yang baru gue putusin dua minggu lalu dan-""Dia pacar gue sekarang," potong Rainer dengan raut wajah serius. "Kalania pacar gue dan tolong biarin dia masuk karena dia tamunya Mama m