Share

Bab 3 Perkenalan yang terencana

Penulis: Nietha_setiaji
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pak Tian dan Luna sudah berada di dalam kedai kopi ternama di kota Jakarta. Pak Tian beralasan ingin membahas mengenai masalah penting perusahaan. Mereka duduk di meja yang letaknya berada di ujung, menghadap ke arah jendela kaca depan.

"Luna, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan denganmu, namun sebelumnya, ada yang ingin saya tanyakan," ucap pak Tian dengan sangat hati hati.

"Iya pak, ada masalah apa? sepertinya cukup penting sampai sampai kita harus membicarakannya di sini," tanya Luna penasaran.

"Iya itu karna saya tidak ingin orang kantor mendengar apa yang kita bicarakan," ucap pak Tian serius.

"Baiklah pak Tian," ucap Luna yang juga serius.

"Luna, saya ingin menanyakan sesuatu, apa kau sudah memiliki kekasih? Atau calon suami?" tanya pak Tian, mendengar pertanyaan itu Luna hanya mengernyitkan dahi, ini bukanlah masalah penting mengenai pekerjaan, melainkan masalah pribadinya.

"Ma-maaf pak, kenapa menayakan hal pribadi saya?" tanya Luna hati hati. Dari wajahnya mulai tersirat kebingungan dan sedikit rasa takut.

Di hadapannya duduk pak Tian yang merupakan bosnya, pria paruh baya berusia sekitar empat puluh tahun. Berperawakan kecil, tidak terlalu tinggi dengan tubuh sedikit tambun. Matanya bulat dan hidungnya tidak terlalu mancung. Kulitnya sedikit hitam dengan rambut agak keriting, karna orang tua pak Tian berasal dari Indonesia bagian Timur, hanya saja sudah tinggal dan menetap di Jakarta sejak pak Tian masih berusia dua bulan. Apa mungkin pak Tian diam diam

Menaruh hati padanya? pertanyaan ini sempat terlintas di dalam benaknya. Pak tian sudah memiliki istri bahkan istrinya sangat cantik, berwajah bule karna ayahnya adalah orang Amerika. Sempat sakit namun sekarang sudah sehat dan sudah bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik.

Pak Tian menangkap kekhawatiran di wajah Luna.

"Lu-Luna, jangan berfikir yang tidak tidak, saya menanyakan ini bukan karna saya menaruh hati kepadamu, sama sekali tidak, saya hanya ingin mengenalkan kau dengan seseorang, bibit unggul yang pastinya akan membuat kehidupanmu lebih baik," penjelasan pak Tian, mendengar itu terlihat Luna menghela nafas panjang, lega rasanya, apa yang dia takutkan tidak terjadi, hanya sebuah prasangka dan kekhawatiran.

"Saya belum memiliki kekasih pak dan sepertinya masih cukup lama untuk memikirkannya, saya hanya ingin fokus pada pekerjaan saya dan mengangkat drajat keluarga saya," ucap Luna yakin.

"Luna, tadi kau sudah bertemu dengan presdir Dipo bukan, nah itu dia, presdir Dipo tertarik kepadamu," ucap pak Tian.

"Apa? Presdir Dipo tertarik pada saya?" tanya Luna kaget.

"Bu-bukan begitu maksud saya Luna, presdir Dipo ingin menjadikanmu menantunya. Dia memiliki seorang anak laki laki yang tahun ini akan menggantikannya sebagai presdir, namanya Vero. Dia sangat tampan dan yang terpenting adalah mapan, berasal dari keluarga yang bukan keluarga biasa," penjelasan pak Tian.

"Presdir Dipo? Pak Tian tidak bercanda? kami baru saja berkenalan," tanya Luna penasaran dan juga heran luar biasa.

"Saya juga tidak mengerti Luna, presdir Dipo memang seperti itu, sering mengambil keputusan dengan mendadak. Mungkin beliau ada pertimbangan khusus," penjelasan pak Tian.

"Luna, semoga kau menyetujui ini, ini bukan permintaan melainkan sebuah harapan. Banyak wanita di luar sana bahkan dari keluarga yang sebanding dengan presdir Dipo, mereka ingin menjadi menantu di keluarga Berlian Grup, tapi presdir memilihmu. Mereka adalah keluarga kaya raya, kau akan mendapatkan kehidupan bak cinderella," ucap pak Tian.

"Ta-tapi pak Tian, aku da Vero putra presdir Dipo belum pernah bertemu, dan itu sepertinya sulit, lagi pula aku tidak pernah memandang seseorang dari segi harta, yang terpenting dia memiliki sifat yang baik, setia dan pekerja keras," ucap Luna seolah menjabarkan tipe calon suami idamannya.

"Luna, ini kesempatan emas, kau akan menjadi nyonya muda, hidup tanpa harus bekerja keras, saya harap kau mempertimbangkannya," ucap pak Tian yang sekali lagi berusaha keras untuk meyakinkan Luna.

Luna mendengarkan apa yang pak Tian ucapkan, namun matanya tertuju pada pintu masuk kedai kopi itu. Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jas warna biru tua, menggunakan kaca mata hitam, rambutnya begitu rapi. Dia terlihat masuk ke dalam kedai, lalu setelah berada di dalam dia mulai melepas kaca matanya. Wajahnya begitu khas, dengan tulang rahang yang tegas, alis tebal dan mata sipit. Hidungnya mancung sekali, berpadu dengan bibir tipis merah jambu alami. Ini adalah sosok pria tampan yang selama ini ada di impian Luna.

Pria tampan itu terlihat berjalan ke arah meja kosong, seorang diri, duduk di kursi dan bersiap untuk memesan segelas kopi mahal yang disediakan di kedai kopi ini.

Pria itu benar benar tampan.

"Lu-Luna, kau sedang melihat apa?" tanya pak Tian yang melihat Luna begitu fokus pada satu titik. Tanpa menunggu jawaban dari Luna, pak Tian segera menoleh dan mencari sumber ketertarikan Luna.

"Lu-Luna, pucuk dicinta, itu adalah tuan muda Vero, putra mahkota Berlian Grup," ucap pak Tian yakin.

"A-apa pak Tian? pria tampan itu Vero?" tanya Luna.

"I-iya, sebentar saya akan menyapanya." Pak Tian terlihat berjalan ke arah pria tampan itu.

"Selamat siang tuan muda Vero," ucap pak Tian seraya menundukkan badan.

Pria itu menoleh ke arah sumber suara.

"Pak Tian," sapa Vero.

"Tuan muda sedang apa di sini? Hanya sendiri?" tanya pak Tian.

"Iya, saya hanya ingin minum kopi," ucap Vero.

"Oh iya tuan muda, saya di sini bersama rekan, saya ingin mengenalkan rekan saya kepada anda," ucap pak Tian yang melihat kesempatan emas ada di depan mata.

"Baiklah, duduklah bersamaku," ucap Vero. Mendengar itu pak Tian melambaikan tangan ke arah Luna. Melihat isyarat dari pak Tian, Luna terlihat mulai gugup, menunjuk nunjuk ke arah dirinya sendiri. Pak Tian dengan gemas meminta Luna untuk segera mendekat ke arahnya.

"Gadis itu benar benar tidak mengerti? Ini kesempatan emas," gumam pak Tian dalam hati.

Luna terlihat mulai berdiri dari posisi duduknya, berjalan dengan perasaan gugup ke arah pak Tian.

Pak Tian dan Luna duduk tepat di hadapan Vero. Kali ini Luna bisa dengan jelas mengamati wajah Vero yang semakin dekat diamati semakin terlihat tampan.

"Tuan muda, ini Luna, pegawai terbaik di Kantor kami," ucap pak Tian.

"Hai, saya Vero," ucap Vero seraya menjulurkan tangan yang setelahnya diterima oleh Luna.

"Saya Luna," ucap Luna singkat.

"Tuan muda Vero, Luna ini adalah gadis yang sangat berbakat, lulus dengan predikat terbaik dan dia merupakan kariawan teladan di kantor kami," ucap pak Tian yang seolah ingin memberikan kesan yang baik mengenai sosok Luna. Beberapa saat Vero terlihat mengamati Luna, lalu tersenyum. Senyum tipis Vero membuat Luna salah tinggah dan sedikit gugup. Detak jantungnya seolah lebih kencang dari biasanya bahkan bisa dia dengarkan dengan telinga telanjang.

"Pak Tian, ayah sudah cerita kepadaku, mengenai Luna," ucap Vero, ternyata pak Dipo sudah lebih dulu menceritakan mengenai Luna.

"Senang kita bisa bertemu di sini," lanjut Vero.

"Ba-baiklah kalau begitu, ini sangat kebetulan," ucap pak Tian gugup dan bercampur dengan bingung.

"Oh iya Luna, saya harus mengambil obat untuk istri saya di apotik depan, saya harus segera ke sana," ucap pak Tian mencari alasan supaya bisa segera pergi dan meninggalkan Luna yang mungkin saja ini menjadi waktu yang tepat untuk mereka saling berkenalan.

"Tuan muda Vero, jika tidak keberatan saya minta tolong untuk mengantar Luna kembali ke kantor, saya minta maaf sekali karna ini sangat penting," ucap pak Tian.

"Iya tidak masalah," ucap Vero.

"Baiklah, saya permisi dulu," ucap pak Tian seraya segera pamit pergi.  Luna yang melihat itu tidak bisa berbuat apa apa, sepertinya pak Tian dengan sengaja meninggalkannya di kedai kopi itu bersama Vero.

"Ma-maaf sudah merepotkan," ucap Luna.

"Tidak apa apa, ini kebetulan yang sangat baik, kita bisa saling mengenal, aku cukup penasaran karna ayahku sangat mengagumimu," ucap Vero.

"Ti-tidak juga tuan muda, kami baru pertama kali bertemu," ucap Luna gugup.

"Panggil saja Vero," ucap Vero yang seolah membuka jalan mereka untuk bisa saling mengenal bahkan dekat.

Dari gelagatnya sudah bisa diambil keputusan bahwa Vero menerima usulan dari ayahnya untuk menjadikan Luna sebagai istri. Sangat aneh sekali, karna pria setampan ini seolah kesulitan dalam mencari jodoh, harus dibantu oleh ayahnya dalam memilih gadis yang tepat.

Vero terlihat mengamati Luna dengan begitu seksama dan mengambil kesimpulan jika Luna cukup cantik dan minimal pantas jika harus menjadi istrinya. Mereka berdua terlihat terlibat dalam obrolan yang ringan namun merupakan waktu yang tepat untuk mereka bisa saling mengenal satu sama lain, sungguh kebetulan yang aneh.

***

Beberapa jam lalu di kantor utama Berlian Grup. Presdir Dipo terlihat mengobrol serius dengan putranya Vero.

"Vero, ayah sudah menemukan gadis yang tepat untukmu. Dia dari kalangan biasa, sepertinya tidak akan terlalu menuntut. Dia bisa memasak, pandai merawat orang tua dan cukup rajin. Ada hal yang penting juga, dia berpendidikan, lulusan terbaik, penampilannya bagus dan cukup cantik," ucap presdir Dipo.

"Terserah ayah, aku menurut saja apa yang ayah inginkan, lagi pula istri tidak terlalu penting untukku, hanya status saja, paling tidak ada yang mengurusku," ucap Vero.

Dari percakapan mereka bisa diambil kesimpulan bahwa kriteria yang presdir cari adalah gadis yang bisa menjadi sosok ibu rumah tangga seutuhnya, pandai dalam segala hal. Bahkan Vero tidak terlalu memiliki kriteria khusus dalam mencari seorang istri, dia menurut apapun yang ayahnya mau, sungguh anak yang istimewa.

"Siang ini sekitar pukul 2 siang, datanglah ke kedai kopi starbucks yang ada di ujung jalan utama, pak Tian sudah merencanakan pertemuan kalian," ucap presdir Dipo.

"Apa harus secepat ini?" tanya Vero.

"Kau tau alasannya bukan, ini semua sudah kita bicarakan," ucap presdir Dipo.

"Baik ayah," Vero tidak menentang sedikitpun apa yang ayahnya inginkan. Pria tampan ini benar benar adalah pria yang penurut, padahal jika dia mau, dia bisa mencari gadis bahkan yang tercantik di kota ini. Benar benar penurut atau ada rahasia tersembunyi diantara mereka.

Bab terkait

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 4 Sebuah Rencana Terselubung

    Beberapa bulan sebelum pertemuan Vero dengan Luna, keluarga Hermansyah yang terdiri dari Presdir Dipo Hermansyah, Anna Hermansyah, Vero Hermansyah dan Jihan Hermansyah, mereka terlibat dalam rapat keluarga yang begitu serius."Vero, kau tau bukan, nenek divonis demensia, ayah hanya berpesan kepadamu, jika kita tidak bisa mendapat perawat yang tepat, kau harus mencari istri yang tepat, yang bisa merawat nenek dengan baik," ucap presdir Dipo yang merupakan ayah dari Vero Hermansyah. "Apa itu harus ayah, kita bisa mencari perawat terbaik untuk nenek," ucap Vero."Kau ingat tidak Vero, perawat yang terakhir lalai memberikan obat nenek, tertukar dengan obat ayahmu, apa kau mau kejadian seperti itu teruang lagi, orang lain tidak akan memiliki tanggung jawab ti

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 5 Pertemuan Keluarga

    Hari ini Vero berencana membawa Luna bertemu dengan keluarganya, ayah, ibu, adik dan juga neneknya, dalam acara makan malam yang hangat.Sejak pertemuan pertama mereka, Vero dan Luna sudah cukup sering berkomunikasi lewat pesan singkat maupun telephone, hubungan mereka mulai dekat dan cinta alami muncul di hati Luna dalam waktu yang begitu singkat. Pesona Vero sungguh mampu membius gadis pintar namun lugu itu. Mobil Vero berhenti di depan gerbang rumah kediaman keluarga Hermansyah. Rumah dua lantai dengan halaman yang cukup luas. Terdapat gerbang besi yang cukup tinggi dan juga pos penjagaan dengan dua orang satpam yang dengan sigap membuka pintu gerbang untuk majikannya. Hati Luna mulai berdegup kencang, dia menyadari bahwa dia berasal dari keluarga sederhana, dengan tiba tiba akan menjadi menantu dari keluarga kaya raya. Ada rasa takut terselip di hatinya, berusaha dia tahan sekuat mungkin. "Kau gugup?" tanya Vero. Luna menjawab pertanyaan itu dengan anggukan pelan."Tidak perlu

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 6 Sebuah Awal

    Luna, Vero dan Jihan berjalan ke arah ruang makan yang cukup luas itu. Ada meja kramik berukuran cukup besar dengan delapan buah kursi. "Ibu ini Luna," ucap Vero. "Luna ini Ibuku, yang di sana nenek Ellin dan ayah, kau sudah mengenalnya bukan," ucap Vero mengenalkan seluruh anggota keluarganya. Luna terlihat menyalami semuanya, mencium pipi ibu dan nenek Vero, tidak ada yang aneh, semua sepertinya menerima dengan tangan terbuka. "Ini calon istrimu Vero, cantik," ucap nenek Ellin. "Iya nenek, ini Luna," ucap Vero seraya tersenyum ke arah neneknya. "Duduklah, kita langsung makan saja, ibu sudah cukup lapar," ucap nyonya besar Anna. "Ini semua makanan kesukaan Vero dan ayahnya, ada udang asam manis, ikan bakar, soup daging, tumis jamur dan perkedel jagung kesukaan nenek," ucap nyonya Anna seraya menunjukkan beberapa jenis masakan yang sudah tersaji di atas meja. Cukup lengkap, seperti yang baru saja nyonya Anna sebutkan, ditambah dengan aneka buah segar, minuman hangat dan dingin,

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 7 Restu Penuh Kekhawatiran

    Kedua orang tua Luna sampai di Jakarta, menggunakan pesawat Elang Indonesia. Semua sudah disiapkan oleh keluarga Vero, Luna hanya tinggal menjalankan semuanya. Luna terlihat menunggu kedatangan orang tuanya di lobby bandara, lobby kedatangan penerbangan domestik.Luna melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya, segera mendekat, mencium tangan kedua orang tuanya dan memeluk mereka erat."Ayah ibu, bagaimana perjalannya?" tanya Luna setelah bertemu dengan kedua orang tuanya. "Nduk, sekaya apa calon suamimu ini, ibu sampai bingung dijemput orang orang berdasi tadi pagi," ucap ibu Luna dengan logat bahasa daerah yang cukup kental, mendengar itu Luna hanya tersenyum. "Biasa saja ibu, orang biasa seperti pada umumnya," ucap Luna."Bapak juga sampai deg degan, ini pertama kalinya bapak naik pesawat, enak ternyata, satu jam sampai," ucap ayah Luna seraya tersenyum. "Iya pak, setelah ini bapak bisa sering sering mengunjungi Luna di Jakarata," ucap Luna pada bapaknya yang masih takjub den

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 8 Menjelang Pertemuan Penting

    Menjelang Pertemuan PentingIbu dan ayah Luna kelur dari butik Rudy Hun, di belakang langkah mereka sudah ada Rury dan satu kariawan lain, mereka membawa kotak besar di tangan, kotak besar berwarna merah tua, berisi gaun yang baru saja dibeli dengan harg seratus juta."Gaun dan jas sudah kami masukkan ke dalam bagasi nona, semoga acara nona dan keluarga berjalan dengan lancar," ucap Rury seraya membungkukkan badan."Terimakasih," ucap Luna, juga membalas bungkukan badan Rury sebagai tanda penghormatan dan ucapan terimakasih.Ibu dan ayah Luna masuk ke dalam mobil, duduk dengan perasaan bingung dan heran."Luna, apa benar gaun itu seratus juta? di kampung bapak bisa membeli lima ekor sapi Luna, lima ekor," ucap ibu Luna seraya menggoyangkan lima jari tangan kanannya di depan wajah Luna."Tidak apa apa ibu, sesekali membeli pakaian yang berharga untuk ibu dan ayah, bukan menjadi masalah besar," ucap Luna."Itu menggunakan uangmu atau uang calon suamimu?" tanya ibu Luna menelisik."Calon

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 9 Pertemuan Keluarga

    "Luna bagaimana penampilan ayah?" tanya ayah Luna yang sudah berbalut jas mewah dan sisiran rambut rapi bergel. "Ayah, tampan sekali," ucap Luna memuji penampilan ayahnya. "Luna bagaimana dengan penampilan ibu?" tanya ibu Luna yang sudah terlihat begitu cantik dengan dress mahal buah karya desainer ternama Rudy Hun. Wajahnya terlihat segar atau bahkan lebih muda dari usianya, berkat keajaiban tangan Oci, make up artist ternama di Jakarta. "Ibu, wow, ibu seperti bidadari," ucap Luna. "Iya Luna, seumur hidup ayah baru kali ini melihat ibumu secantik itu," ucap ayah Luna memuji. "Ayah," ucap Ibu Luna kesal seraya mencubit perut ayah Luna dengan manja. "Ibu tidak cantik gitu maksudnya," lanjut ibu Luna. "Tidak ibu bukan begitu, ibu cantik dan ini lebih cantik," ucap ayah Luna meluruskan ucapannya. "Bagaimana, ayah dan ibu sudah siap?" tanya Luna. "Iya Luna, kita sudah siap," ucap ibu Luna. "Acara sebentar lagi akan dimulai, kita segera ke Hotel Graha," ucap Luna. "Luna, perias t

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 10 Malam Pertama

    Malam PertamaAyah dan ibu Luna kembali ke hotel lama mereka untuk mengambil beberapa barang, mereka akan tinggal selama dua hari ke depan di hotel Graha, lalu pulang ke kampung halaman. "Bu, saya kok heran ya, apa benar besan kita sekaya itu, lalu kenapa tidak ada ritual sebelum pernikahan, tidak ada lamaran atau setidaknya minta izin secara resmi untuk menikah," ucap ayah Luna di dalam kamar hotel di hotel Graha."Pak, jangan mikir yang aneh aneh, lihat, besan kita saja menyediakan kamar hotel semewah ini, mereka orang yang baik," ucap ibu Luna."Mungkin mereka orang orang sibuk, tidak punya waktu untuk hal begitu, kita berdoa saja untuk anak kita, dan satu lagi, bapak tahu uang bahar itu diberikan untuk kita semuanya, tiga ratus juta, bayangkan pak, bekerja seumur hidup saja belum tentu menghasilkan uang sebanyak itu," ucap ibu Luna."Lastri, aku khawatir," ucap pak Junaidi."Pak, sudahlah, kalau bapak khawatir terus, Luna tidak akan tenang," ucap ibu Luna."Bu, kau masih ingat pe

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 11 Tugas di Hari Pertama

    Tugas di Hari Pertama"Ting tong," suara bel pintu kamar berbunyi, Luna segera berdiri dan membuka pintu kamarnya."Jihan," bisik Luna lirih setelah mengetahu orang yang baru saja memencet bel pintu kamar adalah Jihan yang merupakan adik iparnya."Kakak memintaku menjemputmu," ucap Jihan, lalu dia masuk ke dalam kamar hotel Luna.Jiha terlihat melirik ke arah tempat tidur, hiasan bunga dan angsa putih masih terlihat rapi, dia mulai mengulaskan senyum sedikit sinis, lalu dia duduk di atas tempat tidur itu. Luna membuat kasur itu berantakan."Setidaknya tidak akan ada yang berpikir ke mana mana, ya, walaupun memang tidak terjadi apa apa di malam pertama kalian," ucap Jihan. Setelah mengatakan itu, Jihan melihat ada raut kesedihan di wajah Luna."Ah sudahlah, tidak perlu memikirkannya. Meluluhkan hati kakak memang cukup sulit tapi bukan berarti tidak mungkin, suatu saat kau akan mendapatkan hatinya, tenang saja," ucap Jihan berusaha menenangkan hati Luna."Kau bisa mengemasi barang, oh m

Bab terbaru

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 130 Semua Telah Berakhir

    Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 129 Memperlihatkan Wajah Asli

    Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 128 Kepergian

    KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 127 Tuan Besar Dipo

    Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 126 Kelegaan Laura

    Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 125 Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga Hermansyah

    Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 124 Kabar Mengerikan

    Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 123 Laura Begitu Marah

    Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 122 Bukti Video Yang Menyesakkan

    Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la

DMCA.com Protection Status