Share

Bab 6 Sebuah Awal

Author: Nietha_setiaji
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Luna, Vero dan Jihan berjalan ke arah ruang makan yang cukup luas itu. Ada meja kramik berukuran cukup besar dengan delapan buah kursi.

"Ibu ini Luna," ucap Vero.

"Luna ini Ibuku, yang di sana nenek Ellin dan ayah, kau sudah mengenalnya bukan," ucap

Vero mengenalkan seluruh anggota keluarganya. Luna terlihat menyalami semuanya, mencium pipi ibu dan nenek Vero, tidak ada yang aneh, semua sepertinya menerima dengan tangan terbuka.

"Ini calon istrimu Vero, cantik," ucap nenek Ellin.

"Iya nenek, ini Luna," ucap Vero seraya tersenyum ke arah neneknya.

"Duduklah, kita langsung makan saja, ibu sudah cukup lapar," ucap nyonya besar Anna.

"Ini semua makanan kesukaan Vero dan ayahnya, ada udang asam manis, ikan bakar, soup daging, tumis jamur dan perkedel jagung kesukaan nenek," ucap nyonya Anna seraya menunjukkan beberapa jenis masakan yang sudah tersaji di atas meja. Cukup lengkap, seperti yang baru saja nyonya Anna sebutkan, ditambah dengan aneka buah segar, minuman hangat dan dingin, juga beberapa makanan ringan seperti buah kering, manisan manis warna warni, kerupuk udang berukuran kecil yang terlihat cantik di dalam toples kristal.

"Terimakasih nyonya," ucap Luna.

"Ah panggil saja Ibu, kau akan menjadi bagian dari rumah ini bukan," ucap nyonya Anna seraya tersenyum.

"Ba-baik ibu," ucap Luna gugup.

"Ini semua ibu yang memasak sendiri?" tanya Luna. Mendengar pertanyaan itu, Jihan tedengar sedikit batuk, tersedak ringan, dia meraih gelas air putih, menenggaknya dengan cepat, lalu tertawa.

"Ibu? Ibu tidak bisa memasak, tidak ada yang bisa memasak di rumah ini. Semua makanan ini kita pesan dari restoran yang ada di hotel bintang lima milik ayah," ucap Jihan.

"Ya begitulah, tidak ada yang bisa memasak, padahal ayah dan Vero lebih suka masakan rumah. Pembantu kita yang lama yang bisa memasak, dia pulang kampung karna anaknya sakit, sepertinya tidak akan kembali," penjelasan nyonya Anna seraya menyiapkan piring dan juga nasi untuk suaminya.

"Vero sangat menyukai soup daging sapi, kau harus belajar membuatnya," ucap nyonya Anna seraya mengambil semangkuk soup daging dan memberikannya pada anak kesayangannya.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu Luna?" tanya presdir Dipo.

"Semua baik tuan, tidak ada masalah," ucap Luna.

"Panggil saja ayah, Tian pasti sangat terbantu dengan kehadiranmu," ucap presdir Dipo yang berusaha memuji kecerdasan Luna.

"Kau bekerja? Bagaimana bisa menjadi istri kakak?" tanya Jihan yang seketika membuat nyonya besar Anna memandang ke arah anak gadisnya itu.

"Ibu, apa yang aku katakan benar kan, tidak ada yang salah kan ?" ucap Jihan seraya memandang ke arah ibunya.

"Ya memang seorang istri harusnya berada di rumah, menyiapkan seluruh kebutuhan suaminya dan menjadi istri yang baik, apalagi prinsip keluarga kita memang seperti itu," ucap nyonya besar Anna.

"Sudahlah itu kita bahas nanti saja, kita makan dulu," ucap ayah Vero berusaha membuat suasana kembali tenang.

"Kau suka yang mana Luna?" tanya Vero.

"Aku tidak memilih makanan, semuanya aku suka," ucap Luna.

"Itu bagus sekali Luna, tidak merepotkan seperti ibu yang harus menjaga pola makan," ucap Luna seraya melirik ke piring ibunya yang hanya berisi satu sendok nasi, sayuran hijau dan setengah butir telur rebus.

"Kau juga harus menjaga bentuk tubuh Jihan, anak gadis memang harus seperti itu," ucap nyonya besar Anna membela diri.

Vero terlihat sibuk melayani nenek Ellin, dengan telaten mengambilkan nasi, lauk pauk dan minum. Vero terlihat begitu menyayangi nenek Ellin.

"Terimakasih Vero," ucap nenek Ellin.

Luna yang melihat itu segera meraih piring untuk Vero, mengambilkannya nasi dan meletakkan piring nasi itu di sebelah mangkuk soup daging.

"Terimakasih," ucap Vero, lalu dia mulai menyantap makanannya.

"Nenek mau perkedel jagung?" tanya Vero, tanpa menunggu jawaban dari neneknya dia segera mengambil perkedel jagung itu untuk neneknya, meletakkannya di piring kecil dan menaruhnya dekat dengan piring besar neneknya.

"Terimakasih Vero, kau tau apa yang nenek sukai," ucap nenek Ellin.

"Vero sangat menyayangi neneknya, sudah tiga hari ini nenek melakukan semuanya sendiri karna belum menemukan perawat yang baru," ucap nyonya Anna.

"Ya, kita sempat punya perawat gila, yang pertama kerjanya hanya main handphone dan yang setelahnya malah salah memberikan obat nenek dengan obat ayah," ucap Jihan.

"Mencari perawat yang penuh cinta kasih memang sangat sulit," ucap tuan besar Dipo.

"Iya ayah, memang seperti itu, tidak semuanya memiliki kesabaran dan ketelatenan," ucap Luna.

"Sepertinya kau cukup mengerti tentang itu Luna," ucap tuan besar Dipo.

"Saya sempat bekerja paruh waktu di panti jompo sewaktu masih kualiah, cukup lama, sekitar dua tahun, jadi saya sudah cukup akrab dengan kebutuhan orang tua," penjelasan Luna yang membuat nyonya Anna dan Jihan tersenyum pernuh makna.

"Kau hebat sekali Luna, pasti sudah sangat berpengalaman," ucap nyonya Anna dengan sedikit pujian yang membawa pesan terselubung.

"Beruntung sekali jika nenek memiliki perawat sepertimu," lanjut nyonya Anna yang disambut dengan senyum tulus Luna.

Mereka semua selesei dengan makan siangnya, dan berkumpul di ruang tengah untuk sekedar mengkarabkan diri.

Nyonya Anna terlihat sibuk menata piring piring kotor, melihat hal itu Luna menghampiri nyonya Anna dan membantunya.

"Biar aku saja ibu," ucap Luna.

"Satu minggu ini kita tidak memiliki pembantu rumah tangga, kita hanya memiliki dua satpam, satu tukang kebun dan satu petugas binatu yang membersihkan pakaian kotor setiap dua hari sekali. Seperti yang aku bilang tadi, pembantu yang cocok dengan keluarga ini harus pulang kampung. Kami sempat memiliki pembantu pengganti tapi dia mencuri perhiasan Jihan," penjelasan nyonya Anna sembari merapikan meja makan dengan sangat hati hati mengingat kukunya baru saja mendapat perawatan.

Nyonya Anna terlihat mengangkat beberapa piring dan gelas kotor, meletakkannya di tempat cucian piring yang di sana sudah terdapat beberapa piring kotor yang sepertinya adalah bekas piring makan tadi pagi.

"Lalu siapa yang membersihkan semua ini ibu?" tanya Luna.

"Hmmm, aku dan Vero, dia cukup ahli untuk urusan seperti ini. Dia sangat menjaga kebersihan dan selama satu minggu ini terpaksa dia yang harus membantu pekerjaan rumah,"

"Ibu, biar saya saja yang membersihkannya," ucap Luna yang melihat nyonya Anna bersiap membersihkan piring kotor tersebut. Nyonya Anna menjawab ucapan Luna dengan senyum kelegaan, ternyata Luna cukup bisa membantu.

"Kau tidak keberatan?" tanya nyonya Anna.

"Tidak ibu, ini bukan masalah besar," ucap Anna yang bersiap dengan sarung tangan panjang berwarna kuning, yang digunakan khusus untuk mencuci piring. Tangannya begitu trampil dan cekatan dalam mencuci semua piring piring kotor tersebut. Nyonya Anna terpukau denga pekerjaan Luna, gadis ini tidak hanya cukup cantik, namun benar benar trampil dalam mengerjakan pekerjaan rumah, cocok seperti apa yang mereka inginkan.

Nyonya Anna dan Luna selesei dengan piring kotor mereka, lalu berjalan ke ruang tengah untuk bergabung dengan anggota keluarga yang lain. Terdengar Vero tetawa bersama ayahnya, sepertinya ada cerita seru yang baru saja diceritakan oleh tuan besar Dipo kepada kedua anaknya.

"Luna, kau sudah selesei membantu ibu, kau tidak seharusnya membantunya, kau tamu di sini," ucap ayah Vero.

"Tidak apa apa ayah," ucap Luna seraya duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Vero, sofa berwarna coklat muda yang ditata memanjang, menghadap ke arah televisi berukuran besar.

"Ayah senang kalian bisa sedekat ini, bagaimana jika kita percepat pernikahan kalian?" tanya tuan besar Dipo.

"Semua terserah Luna, aku tidak masalah ayah," ucap Dipo.

"Tapi sebelumnya, ada yang perlu ayah sampaikan, Luna apa kau bersedia menjadi istri Vero? jika kau bersedia, ayah berharap Vero menikah dengan wanita yang bisa menjadi istri seutuhnya," ucap Ayah Vero yang sepertinya terlalu langsung pada pokok pembicaraan.

"Saya tidak mengerti tuan, eh ayah," ucap Luna gugup.

"Menjadi istri seutuhnya, berada di rumah, menyiapkan semua kebutuhan suami, mengurus dan segala hal yang menjadi tugas seorang istri," ucap tuan besar Dipo. Mendengar hal itu Luna terlihat diam, bingung dengan apa yang harus dia ucapkan.

"A-ayah, sebelumnya saya minta maaf, saya memiliki orang tua yang masih harus menerima nafkah dari saya, anak satu satunya," ucap Luna menjelaskan.

"Berapa yang kau kirim untuk orang tuamu septiap bulannya?" tanya tuan besar Dipo.

"Se-sekitar tiga juta rupiah ayah," ucap Luna sedikit gugup.

"Baiklah, ayah akan mengirimkan lima juta setiap bulannya untuk ayah dan ibumu, kau tidak perlu bekerja lagi, jadilah menantu di rumah ini," ucap ayah Dipo.

"Bagaimana Luna, kau bersedia, jika kau menolak sampaikan saja, kalian bisa menjadi teman, belum jodoh untuk menjadi pasangan hidup," ucap nyonya Anna yang seolah tidak memberi waktu Luna untuk berfikir.

"Itu tidak berat, kau cukup menjadi istri dan juga kakakku," ucap Jihan.

"Sudahlah ibu, mungkin Luna masih ingin bekerja, kita tidak boleh membebaninya dengan permintaan yang mungkin cukup berat seperti itu," ucap Vero seraya melirik ke arah Luna.

"Sa-saya sangat berterima kasih ayah sudah mau memikirkan orang tua saya, ta-tapi," ucap Luna terhenti.

"Tapi apa Luna, apa itu kurang?" tanya nyonya besar Anna.

"Bu-bukan ibu, itu sudah lebih dari cukup, saya hanya tidak ingin menjadi beban," ucap Luna lirih.

"Beban?" ucap Jihan lalu setelahnya dia terdengar tertawa dengan begitu lepasnya.

"Luna, kau tau, kau sedang bicara dengan Dipo Hermansyah, pemilik tiga hotel bintang lima di Jakarta dan beberapa tempat wisata terkenal, belum lagi bisnis yang lain," ucap Jihan.

"Itu bukan masalah besar, justru jika kau masih bekerja, apa yang orang orang pikirkan, menantu Dipo Hermansyah bekerja di kantor yang berada di bawah kekuasaan Berlian Grup, aneh sekali," ucap Jihan menyampaikan pendapatnya.

"Apa yang Jihan sampaikan itu benar sekali Luna, bagaimana, Kau setuju untuk segera melangsungkan pernikahan? Kau tidak perlu repot repot memikirkan mengenai pernikahan, semuanya akan ibu urus, kau beritahu orang tuamu, bawa mereka ke Jakarta," ucap nyonya Anna.

"Baiklah ibu, sebaik baiknya istri adalah yang menginguti apa yang menjadi kehendak suami, selama itu adalah hal baik," ucap Luna berusaha memahamj setiap situasi.

"Baiklah, kita setuju," ucap nyonya Anna.

Sejak siang itu, mereka semua mulai sibuk menyipkan pernikahan. Mungkin semua orang berfikir jika ini adalah awal yang baik bagi Luna, nenjadi menantu seorang milyarder kaya raya, hidup nyaman dengan gelimang harta, tidak perlu bekerja keras dan hanya menjadi seorang istri yang memiliki seutuhnya waktu untuk mengurus suaminya.

"Ibu, lima juta itu terlalu sedikit, perawat nenek saja mendapat gaji delapan juta perbulan, dan pembantu kita juga mendapat lebih dari lima juta," ucap Jihan pada ibunya ketika mereka berdiri bersebelahan mengantar Luna dan Vero meninggalkan kediaman mereka.

"Kau samakan Luna dengan perawat dan pembantu?" ucap nyonya Anna dengan mata terbuka penuh.

"Ah ibu tidak perlu berlagak seperti itu, memang itu tujuan kita bukan?" ucap Jihan sinis.

"Tapi dia istri kakakmu, dia mendapat lebih dari itu," ucap nyonya besar Anna.

"Ibu menyukai Luna?" tanya Jihan menelisik.

"Kita lihat saja nanti," ucap nyonya besar Anna seraya tersenyum sinir terhadap Jihan.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Herpina Hasibuan Fina
cerita ulang nya terlalu panjang,,jadi males untuk ngikutin cerita nya
goodnovel comment avatar
Lie Miang
buka buku murah bener
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 7 Restu Penuh Kekhawatiran

    Kedua orang tua Luna sampai di Jakarta, menggunakan pesawat Elang Indonesia. Semua sudah disiapkan oleh keluarga Vero, Luna hanya tinggal menjalankan semuanya. Luna terlihat menunggu kedatangan orang tuanya di lobby bandara, lobby kedatangan penerbangan domestik.Luna melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya, segera mendekat, mencium tangan kedua orang tuanya dan memeluk mereka erat."Ayah ibu, bagaimana perjalannya?" tanya Luna setelah bertemu dengan kedua orang tuanya. "Nduk, sekaya apa calon suamimu ini, ibu sampai bingung dijemput orang orang berdasi tadi pagi," ucap ibu Luna dengan logat bahasa daerah yang cukup kental, mendengar itu Luna hanya tersenyum. "Biasa saja ibu, orang biasa seperti pada umumnya," ucap Luna."Bapak juga sampai deg degan, ini pertama kalinya bapak naik pesawat, enak ternyata, satu jam sampai," ucap ayah Luna seraya tersenyum. "Iya pak, setelah ini bapak bisa sering sering mengunjungi Luna di Jakarata," ucap Luna pada bapaknya yang masih takjub den

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 8 Menjelang Pertemuan Penting

    Menjelang Pertemuan PentingIbu dan ayah Luna kelur dari butik Rudy Hun, di belakang langkah mereka sudah ada Rury dan satu kariawan lain, mereka membawa kotak besar di tangan, kotak besar berwarna merah tua, berisi gaun yang baru saja dibeli dengan harg seratus juta."Gaun dan jas sudah kami masukkan ke dalam bagasi nona, semoga acara nona dan keluarga berjalan dengan lancar," ucap Rury seraya membungkukkan badan."Terimakasih," ucap Luna, juga membalas bungkukan badan Rury sebagai tanda penghormatan dan ucapan terimakasih.Ibu dan ayah Luna masuk ke dalam mobil, duduk dengan perasaan bingung dan heran."Luna, apa benar gaun itu seratus juta? di kampung bapak bisa membeli lima ekor sapi Luna, lima ekor," ucap ibu Luna seraya menggoyangkan lima jari tangan kanannya di depan wajah Luna."Tidak apa apa ibu, sesekali membeli pakaian yang berharga untuk ibu dan ayah, bukan menjadi masalah besar," ucap Luna."Itu menggunakan uangmu atau uang calon suamimu?" tanya ibu Luna menelisik."Calon

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 9 Pertemuan Keluarga

    "Luna bagaimana penampilan ayah?" tanya ayah Luna yang sudah berbalut jas mewah dan sisiran rambut rapi bergel. "Ayah, tampan sekali," ucap Luna memuji penampilan ayahnya. "Luna bagaimana dengan penampilan ibu?" tanya ibu Luna yang sudah terlihat begitu cantik dengan dress mahal buah karya desainer ternama Rudy Hun. Wajahnya terlihat segar atau bahkan lebih muda dari usianya, berkat keajaiban tangan Oci, make up artist ternama di Jakarta. "Ibu, wow, ibu seperti bidadari," ucap Luna. "Iya Luna, seumur hidup ayah baru kali ini melihat ibumu secantik itu," ucap ayah Luna memuji. "Ayah," ucap Ibu Luna kesal seraya mencubit perut ayah Luna dengan manja. "Ibu tidak cantik gitu maksudnya," lanjut ibu Luna. "Tidak ibu bukan begitu, ibu cantik dan ini lebih cantik," ucap ayah Luna meluruskan ucapannya. "Bagaimana, ayah dan ibu sudah siap?" tanya Luna. "Iya Luna, kita sudah siap," ucap ibu Luna. "Acara sebentar lagi akan dimulai, kita segera ke Hotel Graha," ucap Luna. "Luna, perias t

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 10 Malam Pertama

    Malam PertamaAyah dan ibu Luna kembali ke hotel lama mereka untuk mengambil beberapa barang, mereka akan tinggal selama dua hari ke depan di hotel Graha, lalu pulang ke kampung halaman. "Bu, saya kok heran ya, apa benar besan kita sekaya itu, lalu kenapa tidak ada ritual sebelum pernikahan, tidak ada lamaran atau setidaknya minta izin secara resmi untuk menikah," ucap ayah Luna di dalam kamar hotel di hotel Graha."Pak, jangan mikir yang aneh aneh, lihat, besan kita saja menyediakan kamar hotel semewah ini, mereka orang yang baik," ucap ibu Luna."Mungkin mereka orang orang sibuk, tidak punya waktu untuk hal begitu, kita berdoa saja untuk anak kita, dan satu lagi, bapak tahu uang bahar itu diberikan untuk kita semuanya, tiga ratus juta, bayangkan pak, bekerja seumur hidup saja belum tentu menghasilkan uang sebanyak itu," ucap ibu Luna."Lastri, aku khawatir," ucap pak Junaidi."Pak, sudahlah, kalau bapak khawatir terus, Luna tidak akan tenang," ucap ibu Luna."Bu, kau masih ingat pe

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 11 Tugas di Hari Pertama

    Tugas di Hari Pertama"Ting tong," suara bel pintu kamar berbunyi, Luna segera berdiri dan membuka pintu kamarnya."Jihan," bisik Luna lirih setelah mengetahu orang yang baru saja memencet bel pintu kamar adalah Jihan yang merupakan adik iparnya."Kakak memintaku menjemputmu," ucap Jihan, lalu dia masuk ke dalam kamar hotel Luna.Jiha terlihat melirik ke arah tempat tidur, hiasan bunga dan angsa putih masih terlihat rapi, dia mulai mengulaskan senyum sedikit sinis, lalu dia duduk di atas tempat tidur itu. Luna membuat kasur itu berantakan."Setidaknya tidak akan ada yang berpikir ke mana mana, ya, walaupun memang tidak terjadi apa apa di malam pertama kalian," ucap Jihan. Setelah mengatakan itu, Jihan melihat ada raut kesedihan di wajah Luna."Ah sudahlah, tidak perlu memikirkannya. Meluluhkan hati kakak memang cukup sulit tapi bukan berarti tidak mungkin, suatu saat kau akan mendapatkan hatinya, tenang saja," ucap Jihan berusaha menenangkan hati Luna."Kau bisa mengemasi barang, oh m

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 12 Makanan Yang Nikmat

    Makanan yang nikmatLuna bersiap untuk menyiapkan makan malam. Dia membuka lemari pendingin, ada cukup banyak sayur dan lauk beku, ini sangat lebih dari cukup untuk menyiapkan makanan enak dan sehat."Ok, bahan bahannya cukup banyak, aku akan membuat ini," ucap Luna seraya memgambil udang yang berukuran besar."Lalu ini," ucap Luna seraya mengambil sayuran, juga rumput laut."Ini juga," ucap Luna seraya mengambil sekotak telur, tahu juga tempe.Luna membawa semua bahan itu ke meja, menyiapkan bahannya, mengupas, mencuci lalu memotong. Memasak bukan menjadi masalah besar untuknya, karna dia cukuppandai memasak. Setelah satu jam, semua makanan siap. Soup rumput laut dengan wijen, telur gulung isi sayur, tempura udang, tahu dan tempe goreng."Semua siap, semoga mereka suka," ucap Luna, Luna jga menyiapkan untuk tukang kebun dan dua orang satpam."Makan malam selesei, aku akan membersihkan lantai dan menyiapkan meja," ucap Luna, lalu dia segera menuju ke arah kamar mandi, menyiapkan ala

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 13 Di Dalam Kamar

    Di dalam kamarLuna membereskan meja makan, mengangkat seluruh piring kotor, meletakkan di tempat mencuci piring. Dia memakai sarung tangan khusus supaya tangannya tidak kasar karna terlalu sering terpapar sabun cuci piring, dia mencuci semua piring kotor dengan teliti dan hati hati.Dari jauh terlihat nyonya Anna dan Jihan saling berbisik."Ibu, ayah tidak salah memilih menantu, dia benar benar bisa mengerjakan semuanya dengan sempurna, dia mengurus nenek dengan sangat baik," bisik Jihan."Iya, ibu sudah lihat sendiri, rumah ini menjadi sangat bersih dan wangi, tidak sia sia kita mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk pesta pernikahan dan mahar, dia akan menjadi penolong kita," ucap nyonya Anna."Ibu, ibu harus memberinya asisten rumah tangga, apa ibu mau dia sakit karna terlalu banyak pekerjaan? aku lihat kamarku juga rapi dan bersih, dia juga membersihkan semua kamar," ucap Jihan."Baiklah, tidak masalah, karna ada dia yang mengawasi jadi pembantu tidak akan macam macam, tidak a

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   Bab 14 Semua Orang Sibuk

    Semua orang sibukNyonya Anna terlihat menikmati makanannya, dia sungguh telah jatuh hati dengan masakan Luna. Sungguh terasa nikmat di lidahnya, membuatnya tidak berhenti mengunyah."Luna, kau benar benar jago memasak, bagaimana kau bisa membuat nasi goreng menjadi seenak ini?" tanya nyonya Anna."Entahlah ibu, aku hanya mengikuti resep yang ada di internet," ucap Luna."Kakak benar benar hebat, ini enak sekali, bahkan nasi goreng di hotel ayah kalah, ini lebih enak," ucap Jihan."Terimakasih Jihan, kau suka makan apa? kakak akan membuatkannya untukmu," ucap Luna."Hmmm, apa ya, aku suka steak, dimsum, sea food, itu kira kira, kakak tidak tanya makanan yang kak Vero suka, dia sangat suka sekali soup daging sapi, kakak harus sehebat membuat nasi goreng ini kalau mau menaklukkan hatinya," ucap Luna seraya melirik ke arah Vero yang masih sibuk makan dengan lahap tanpa peduli dengan apa yang orang sekitarnya ucapkan."Kalau ayah suka sekali dengan rawon, dia bisa sampai makan dua piring

Latest chapter

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 130 Semua Telah Berakhir

    Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 129 Memperlihatkan Wajah Asli

    Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 128 Kepergian

    KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 127 Tuan Besar Dipo

    Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 126 Kelegaan Laura

    Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 125 Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga Hermansyah

    Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 124 Kabar Mengerikan

    Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 123 Laura Begitu Marah

    Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I

  • Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu   BAB 122 Bukti Video Yang Menyesakkan

    Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la

DMCA.com Protection Status