Hal yang pertama kali kucari adalah sumber air. Penyihir itu memang membawakanku air dalam botol, tetapi tidak banyak. Aku sebagai makhluk hidup menyadari air adalah kebutuhan pokok. Mungkin saja nanti saat aku mencari sumber air, akan menemukan tempat sebagai bernaung juga.
Mengandalkan indera pendengar, aku mencoba mencari. Begitu lama berjalan hingga tak tahu tujuan. Apalagi, aku sama sekali tidak mengenal tempat ini. Mana tahu aku ini wilayah werewolf, atau vampire. Bagus jika penghuninya tidak memusuhi werewolf sepertiku. Jika tidak, bisa habis usiaku di tangan mereka.
“Diam di tempatmu!”
Tubuhku reflek membeku kala mendengar suara itu. Suara wanita, tetapi terdengar lebih berat. Di leherku, terasa ada logam yang didekatkan tepat di urat nadi. Kuduga ini adalah pisau yang sekejap bisa membunuhku. Ah, lagi-lagi aku kena sial. Belum melihat matahari terbit saja sudah bertemu dengan makhluk yang memburu hidupku.
siapa wanita itu, ya?
“Ha?” Di keremangan malam, wanita itu menunjuk wajahnya sendiri dengan heran. Memang, apa yang salah dari ucapanku?“Kau ... mesum!” pekiknya sambil menutupi dada dengan kedua tangannya.Aku, mesum? Bagian mana dariku yang bisa dikatakan seperti itu? Lama kupandangi wajahnya dengan kebingungan.“Kau aninjing gagap yang mesum! Apa yang kau tunjuk di dadaku, hah!?”Ya ampun! Aku berpikir, apa wanita itu mengira aku menunjuk dadanya? Padahal, maksudku adalah kalung yang melingkar di lehernya. Sekarang, siapa yang berpikir kotor?“Ka ... lung,” ucapku.Seperti tersadar, wanita itu langsung membolakan matanya. Tangan yang tadinya menutupi dada sudah tak ada. Kini, tangan kanannya malah meraba kalungnya. Kalung itu adalah kalung yang kukenal. Meski tak bisa kulihat secara langsung, tetapi setiap aku berkaca selalu melihatnya. Han
“Kau tidak memiliki banyak pengetahuan tentang wilayah ini, kan? Jadi, akan lebih baik untukmu ikut denganku. Selain mendapatkan tempat tinggal, kau juga mendapatkan perlindungan. Juga, kau tak perlu memikirkan banyak hal tentang kebutuhan hidup,” tambahnya lagi.Apakah semua wanita memang seperti ini? Baru dua kali dalam kurun waktu yang berdekatan, aku dekat dengan dua wanita. Dekat dalam arti bukan yang sebenarnya. Maksudku, dekat dan berbinang seperti ini saja, bukan dekat dalam artian menjalin hubungan.Meski dingin, penyihir yang mengusirku itu juga banya bicara. Kurasa hanya kedoknya saja dia galak pada kami. Pun dengan vampire ini. Awalnya saja dia menggertak dan menakutiku. Begitu tahu satu hal, dia berubah cerewet dan banyak bicara.Hidup lama dengan paman membuatku tidak terbiasa bicara banyak. Sebaliknya, aku lebih banyak berpikir tentang semua hal. Jadi. Aku merasa nyaman saja saat
“Sayang sekali kau tak memiliki kemampuan itu, ya! Lalu, kemampuan apa yang kau punya?” tanya Daphne, lagi.Awalnya aku kagum akan paras wanita ini. Akan tetapi, semakin lama aku semakin tidak suka. Dia terlalu banyak bertanya dan terkesan cerewet. Kalau saja aku bisa, ingin sekali membungkam mulutnya yang tidak berhenti berbicara itu. Namun, aku masih menyadari, bahwa kehadirannya masih kubutuhkan.“Tidak ... tahu,” balasku. Sengaja kuketuskan nada bicaraku agar dia mengerti, jika aku tidak begitu suka kecerewetannya.“Andai tak ada kalung itu bersamamu, sudah pasti aku akan meragukan kau itu saudaraku, Dav. Kau begitu menjengkelkan! Entah dari siapa kau mengambil sifat ini!”Masa bodo aku mengambil sikap ini dari siapa. Aku tak mau peduli. Akan lebih baik jika dia memang bukan saudaraku, karena aku mulai muak dengan ocehannya. Kalau saja bisa, aku sudah pergi sen
Nah, kan. Firasatku tak akan salah soal ini. Dasar wanita iblis!Begitu aku menyetujui permintaannya, dia langsung menyeretku begitu saja. Seperti binatang ternak yang harus bekerja tanpa kenal lelah. Sebagai seorang werewolf, harga diriku dihancurkannya. Dia berlari begitu cepat, hingga aku harus beberapa kali menegurnya. Aku memang werewolf, tetapi untuk mencapai kecepatan ini, aku tak sanggup.“Ber ... ber ... henti!” pekikku. Saking cepatnya, mataku sampai berair. Rasanya panas, dan tubuhku sampai terasa remuk karenanya. Sial! Kalau bisa, aku ingin menjitak kepalanya itu.“Ini menyenangkan, Dav! Kita harus melakukannya lagi kapan-kapan, ya?”Gila! Wanita ini ingin membunuhku secara perlahan, ya? Tanganku yang ditarik mungkin bisa saja putus, jika aku melakukan apa yang dikatakannya. Apa dia tidak tahu jika tubuhku tidak sekuat dia? Dasar! Awas saja nanti. Aku akan melakuka
“Kau mau berjanji padaku, kan?” desaknya. Kudengar dari nada bicaranya, sepertinya dia benar-benar dalam kesulitan jika aku melakukan apa yang dilarang. Kalau begini, aku jadi penasaran dengan bagaimana sosok ibu yang sebenarnya.“Ibu ... bagai ... mana?” tanyaku. Dengan masih memejamkan mata, aku ingin mendapat jawaban. Biar saja. Aku ingin mengumpulkan tenaga dulu.“Selama aku bersamanya, beliau tidak pernah terlihat berbahaya. Rupanya tak lebih cantik dariku, tentunya karena beliau sudah tua. Tapi, jangan remehkan kekuatannya saat marah. Kursi yang tak bersalah bisa saja hancur dalam sekejap mata. Ah, satu lagi! Jika aku mirip Mom, maka kau adalah duplikat Dad. Hanya saja, mata Dad berwarna merah, sedangkan kau hitam,” jawabnya.Senang rasanya, begitu mendengar sebagian dari diriku mirip orang tuaku. Apalagi, selama ini paman hanya menceritakan bagaimana perlakuan ibu dan ayah
Selama ini, aku sama sekali tak tahu jika ada yang mendoakanku. Aku juga tak pernah berharap lebih banyak. Aku takut, jika harapanku itu hanya harap semu semata. Aku tak pernah ingin berharap terlalu tinggi, jika pada akhirnya hanya kekecewaan yang kudapat. Berharap seadanya saja. Seperti selalu bersama paman, yang berakhir terpisah karena beliau bertemu pasangannya. Atau seperti aku yang ingin lolos ujian kala itu, yang berakhir dengan kekacauan yang buruk. Terkadang, aku meragukan keberuntunganku. Jangan-jangan, ibuku membuangku karena aku ini pembawa sial? Akan tetapi, aku membuang kembali pikiran itu. Daphne pasti tidak tahu jika aku memikirkan hal itu. Tidak mungkin, kan, dia mengatakan jika ibu membicarakanku terus, sedangkan aku di-cap sebagai pembawa sial? Seharusnya jika kenyataan memang begitu, ibuku akan senang aku menghilang dari hidupnya. Pun dengan Daphne yang mencariku, dan senang karena kita telah bertemu.
“Kau yakin untuk mengusirku?” tanya Daphne. Sepertinya dia ingin memastikan apa yang kuucapkan. Bagiku, lebih baik berjalan sendiri ketimbang dengannya—wanita bermulut pedas yang selalu merendahkanku. Bukankah dia sendiri yang mengatakan jika aku ini kakaknya? Kenapa tidak ada sedikit pun rasa hormat padaku?“Ya!” jawabku mantap. Tak peduli lagi dengan apa yang akan kualami, jika dia benar-benar meninggalkanku di tempat ini. Kalaupun aku harus sendiri, tak apa. Mungkin sudah nasibku.“Kau ini bodoh atau bagaimana, Dav!? Wilayah ini bukan wilayah yang kau kenal. Jika kau tetap kerasa kepala, aku tak tahu dengan apa yang akan terjadi nanti. Ingat, Dav! Kau bukan orang yang harus meninggikan harga dirimu di depan adikmu sendiri. Aku bukan orang asing. Aku orang yang telah berbagi kehidupan denganmu, bahkan sejak kita masih belum melihat dunia. Kalaupun aku berkata yang menyakitimu, itu adalah fakta.”
“Tak ... tahu.” Aku berucap lirih. Untuk bagian aku yang bisa mengkonsumsi darah, tak kuragukan. Hanya saja, yang tak kuketahui itu bagaimana menghisap darah langsung? Ah, wanita ini!“Huh!” Daphne mendegus keras. Apa dia sudah mulai bosan menghadapiku?“Dengar, Dav. Kau memiliki gen vampire di dalam darahmu. Jadi, jangan lagi merisaukan apa pun. Kau hanya perlu mengikuti instingmu untuk menyantap mangsamu ini. Juga, aku yakin ini bukan pertama kalinya kau meminum darah, kan?”Aku mengangguk pasrah. Kau benar, Daph! Secara sadar aku mengingat jika ini bukan pertama kali. Akan tetapi, tetap saja untuk pertama kali untuk menghisap langsung itu, terasa sangat menganggu. Apa aku bisa?“Dav. Kau hanya perlu memegangnya, biarkan nalurimu yang mengambil alih dan kau hanya menikmati. Setelah itu, kau bisa merasakannya mengalir di tenggorokanmu. Jangan khawatir!