“H-halo, kak..”
“Eh iya, bagus loh tadi dramanya.”“Makasih kak. Yuuki kayanya udah keluar barusan kak, paling dia-“Belum selesai Kyohei menyelesaikan kalimatnya, Hikaru menyela.“Iya, udah tahu kita.”Aimi tertawa canggung memukul lengan Hikaru. Shin menatap Usa bingung, sedangkan Usa, ia hanya mengangkat dua bahunya.“Oh iya, kenalin ini temennya Yuuki. Dia pernah ke kos kita.” Ujar Aimi mengenalkan Kyohei pada dua teman lainnya.“Hai, aku Shin.”“Aku Usa.”“Halo kak Shin, kak Usa. Namaku Kyohei.”Usa dan Kyohei berpura-pura tak saling tahu rupanya. Padahal mereka pernah debat di depan kos.Setelahnya, Minami menghampiri Kyohei. Gadis licik ini meletakkan tangannya di lengan Kyohei dan menarik Kyohei dari sana sambil tersenyum ceria.Hikaru menatap tajam punggung pasangan itu.“Ngapain liatnya gitu amat, Ru?” Tanya Shin polos. Pertanyaannya hanya dijawab dengan lirikan oleh H“Maaf Michio, tapi semua tentangmu, aku menyukainya. Aku.. Aku suka sama kamu! Aku mau jadi pacarmu..”“Makasih kak, tapi maaf.. Aku suka or-““Gitu ya, sebenernya aku juga tahu.” Imada terlihat jelas menahan air matanya, “gapapa, makasih udah dengerin ungkapan perasaanku. Aku harap kamu bisa bahagia sama orang itu.”“Kak,” Michio mendekat, ragu tangannya seperti ingin mengusap air mata sahabatnya sejak kecil itu. Imada menyimpulkan senyumnya dan pergi dari sana. Ia bahkan masih bisa melambaikan tangannya untuk orang yang dikasihinya sejak beberapa tahun lalu.Penangung jawab kembang api memulai hitung mundurnya. Siswa dan guru menonton bersama. Berbeda dengan Yuuki yang duduk santai bersama teman-temannya, Hikaru sedang terburu dengan pekerjaannya.Ia sibuk memeriksa not lagu bersama produser baru bandnya. Baru saja gabung di agensi yang sekarang, sudah bekerja dengan giatnya mereka ini. Tidak seperti agensinya yang lama, jelas sekali sekarang kalau dulu mereka diperlakukan seenakn
“Apa kak? Barusan bilang apa??” Tanyaku memastikan ucapan kak Hikaru. Aku tak ingin malu karena salah dengar..Ia jalan menghampiriku, “aku bilang, aku bakal bantu kamu lepasin dia.” Tanganku bergerak menutup mulutku sendiri. Aku tak percaya kalimat seperti itu keluar darinya.“Kyohei. Anak laki-laki itu, kamu menyukainya bukan?”“Gak gak kak, kita cuma temen dari kecil.. Gak gitu kok gak.” Jawabku menyangkalnya.Kuabaikan perkataannya dan lanjut berjalan. Padahal seharian ini mood jelekku sudah terobati oleh penampilan band tadi sore. Apa-apaan ini kenapa aku seperti menahan amarah yang besar??…“Pagi, Yuuki.”“Pagi kak,” tersenyum singkat, aku sedikit malas merespon. Karena terlalu ketara, Kak Shin bertanya ada apa. “Pagi-pagi udah cemberut aja,” katanya.Tak sengaja, mataku langsung melihat ke Kak Hikaru yang duduk manis menyantap makanannya. Ia bahkan tak melihatku.“Gapapa, biasa kak mood cewek.” Ucapku dengan senyum masam. Karena katanya produser sedang ada urusan, mereka ta
Dua botol minuman baru saja dibeli Imada. Gadis itu mengajak Yuuki untuk mengobrol di kursi dekat lapangan sekolah mereka. Tempat yang tak jauh dari ruang OSIS. “Nih,” ucapnya memberi minuman tadi untuk Yuuki. Yuuki yang tegang sejak tadi membuat Imada terlihat canggung. Dia duduk disebelah adik kelasnya itu, menggaruk rambutnya lembut sambil berdehem. “Kemaren aku baru aja ngajak Michio pacaran.” Kata Imada. Hal ini membuat Yuuki sedikit tersedak karena ia sedang minum. Wajar sih, orang biasanya basa-basi dulu bukan? Imada menepuk lembut punggung Yuuki yang masih batuk, kemudian ia lanjut bercerita setelah pendengarnya siap kembali. “Dulu aku bukan murid yang seaktif ini. Waktu aku masih di sekolah dasar, aku ini termasuk anak yang pendiam... Juga pemalu. Bahkan hampir jadi bahan bully teman kelas.” Dia terus bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan Michio sebagai adik kelas sekaligus tetangganya. Katanya, kesehariannya jadi lebih berwarna setelah Michio hadir di hidup
Kriukk kriukk..Suara stik kentang yang digoreng kering begitu renyah didengar. Tawa lepas juga mengisi di sela-sela obrolan.“Bisa-bisanya kan, berandalan kaya dia ni jadi pemusik yang rapi.” Celetuk kak Aimi. Karena penasaran, aku bertanya bagaimana mereka semua bisa kenal. Namun karena terlalu asik, pembahasan mengalir begitu saja sampai kemana-mana.Kak Hikaru sering mengerutkan dahinya karena sejak tadi ia yang dibully habis-habisan. Katanya waktu sekolah, dia jadi ketua geng-geng gitu. Wah gak kebayang sih......Sekolah begitu sepi saat ini, sepertinya banyak dari mereka yang sudah pulang.Terlihat seorang siswa mondar-mandir bergumam. Tergambar jelas kebimbangan itu.“Michio!!” Namanya terpanggil, dengan senyum hangat, Michio membalas sapaannya.Dua siswa itu memulai sesi obrolan mereka dengan tenang. Bukan tenang karena sangat lancar tapi tenang karena Michio banyak basa-basi dulu di awal.Ia tarik nafas dengan panjangnya.“Ada sesuatu yang harus aku omongin sama kam
CEKREK!! Begitu halus suara kamera dari ponsel itu, sampai Kyohei tak menyadarinya. Wanita itu juga langsung bersembunyi setelah memotret Kyohei dan Minami. Dia sibuk dengan rencananya selanjutnya, yaitu mengirimkan foto itu pada Yuuki. Beberapa saat setelahnya, Minami pergi lebih dulu, ia meninggalkan Kyohei yang masih bengong. Tak terduga, arahnya semakin mendekat pada wanita tadi. Dua orang itu tampak melakukan high five disana. “Gimana gimana? Udah kamu kirim kak?” Tanya Minami. Rupanya mereka bersekongkol untuk menyakiti Yuuki. Betapa dangkalnya pola mikir yang dimilikinya. Saat di sekolahan, Yuuki banyak menghindari tatapan dari Kyohei. Mungkin ia masih merasakan rasa sakit yang dimilikinya akan sahabatnya. Bahkan hari ini, sudah berkali-kali tatapan Kyohei diputus oleh Yuuki. Sebagai teman sejak kecil, Kyohei menyadari hal ini. Karena itulah ia sengaja menatap Yuuki terus-menerus. Karena salah tingkah, Yuuki sampai keluar kelas saat tak ada guru disana. Tapi karena terbur
“Kamu kenapa loh?” tanya Hiromi pada sahabatnya yang terlihat lesu seakan tak nafsu makan. Yuuki kali ini, walaupun ia terlihat jelas mengerutkan dahinya, dia belum mampu untuk mencurahkan perasaannya.Gadis itu hanya bisa menenangkan sahabatnya dengan senyum tipis.Di sisi lain, Kyohei sepertinya sudah menyelesaikan urusan dengan pacarnya. Dua alis itu semakin berdekatan jenuh, saat ia menjauh dari Minami. Entah karena rasa sedih atau tak senang akan sesuatu.“Gila,” lirih Yuuki yang membuat Michio menoleh padanya. Yuuki tak menyadari bahwa keluhan singkatnya itu terdengar oleh Michio. Anak itu malah tersenyum polos dalam wajahnya.“Oke. Dengan ini kelompok sudah terbentuk ya, kalian bisa mulai bahas tugasnya dari sekarang,” ucap Pak Yoshida memegang satu buah buku di tangannya.Yuuki mengangkat tangan kanannya kemudian. Hal ini disadari oleh sang guru.“Iya, gimana Yuuki?”“Sa-saya boleh g-ganti kelompok gak pak?” tanyanya dengan sedikit terbata.Sangat disayangkan, kelompok lain
“Oh, ya. Pakai aja.” Jawab Hikaru cuek saat Kyohei ijin memakai gitarnya. Dengan langkah yang ragu, Hikaru akhirnya pergi dari kos meninggalkan Yuuki dan Kyohei. Nama Yuuki terpanggil. Akhirnya, teman-temannya yang lain datang juga. Mereka bertiga datang bersama. Kata Hiromi ia bertemu dengan Raul dan Michio di dekat sini. Gadis itu menaruh beberapa kantong plastik yang sejak tadi ia bawa. Menggelinding, ada banyak buah diletakkan di atas meja. Mereka pun memulai kerja kelompoknya. Karena Kyohei terus bermain gitar, akhirnya kelompok ini memutuskan untuk memakai gitar saat penilaian musik. “Aku boleh ajak kamu keliling sekitar sini sebentar nanti?” tanya Michio pada Yuuki saat mereka sedang mencuci piring tempat mereka makan tadi. Mengangguk penasaran, Yuuki setuju atas ajakan itu. Hampir saja usahanya digagalkan oleh Kyohei yang bersikeras ingin ikut. Untung saja ada pesan dari Minami yang menyuruhnya untuk bertemu. Kalau tidak saat ini Kyohei akan tetap bersama Yuuki dan Mich
“Mari saya antar. Silakan,” kata salah satu pegawai di sebuah perusahaan yang bertuliskan Daiki di depan gedungnya. Perusahaan itu adalah tempat papa Yuuki bekerja.Akhirnya, anak itu memutuskan untuk menemui papanya. Tetapi ia datang tanpa pemberitahuan, membuatnya menunggu sekitar satu setengah jam di tempat tunggu. Papanya merupakan wakil presiden di perusahaan Daiki ini. Karena itu tak bisa sembarang waktu untuk menemuinya.Pegawai yang mengantarkan Yuuki tadi mengetuk satu ruangan besar, mungkin salah satu ruang rapat perusahaan. "Masuk saja," jawab seseorang dari dalam.Yuuki berterima kasih pada pegawai tadi dan ia langsung masuk menghampiri papanya yang masih berdiri melihat beberapa dokumen di atas meja. Kedatangan anak satu-satunya, bukannya disambut dengan kehangatan, ia malah menoleh Yuuki sebentar dan menyuruhnya untuk menunggu lagi.Walaupun menurut, Yuuki mengerutkan keningnya."Ada apa, tumben banget kamu datang ke sini? Apalagi semenjak kamu pergi dari rumah." Yuuki m