Shima berdiri menunduk dengan dua kaleng jus jeruk di tangannya. Punggungnya yang melekat di tembok putih terlepas setelah melihatku. Kulambaikan tangan ini padanya, “gimana?” Tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepalaku sebelum kuangkat dua bahu ini.“Dasar, anak gak jelas emang. Ah ya ini,” salah satu kaleng itu diberikan untukku.Setelah latihan untuk festival budaya selesai, kami istirahat sejenak sebelum lanjut untuk latihan lomba, niatnya sejenak.."Yosshaaaa!! Aku menang lagi huahaha!!" Teriak Hiromi yang mengagetkanku. Baru kali ini aku melihatnya seperti orang yang berbeda.Ia tiba-tiba masuk saat kami masih berkutat dengan kertas musik. Mengintip kami latihan, katanya."Oke, tinggal Kenta sama Shima ya." Tegas kak Masao, Souta terlihat cemberut tanda tak suka. Secara, di permainan sebelumnya ia yang kalah. Kalau sampai Shima kalah, ia dan Shimalah yang akan kami hukum.Terdengar teriakan bahagia dari kak Kenta, Shima benar-benar kalah. Dia berguling-guling di lantai, tanganku
Tersentak, aku sedikit terjatuh di tangan kak Hikaru saat beberapa siswa berlarian menyenggolku. Mata ini terkedip berkali-kali menatapnya canggung. “Gapapa?” Tanyanya. Aku mengangguk kembali berjalan. Harusnya aku berterima kasih, tapi terlanjur bahaya ini jantung. Setelah selesai mengelilingi kedai, kak Aimi dan lainnya tak kunjung datang. Kini aku duduk bersama kak Hikaru di dekat lorong kelas dua. Di luar dugaan, kami jadi asik mengobrol membahas musik. “Oiiiii!!” Suara kak Aimi terdengar, kutemukan raut wajah cerianya di kejauhan sana. Dan anehnya, aku malah menggeser dudukku untuknya. Lihat, memang hal yang benar untuk pindah. Dua manusia ini memang terlihat serasi. Seusai makan, kuajak mereka berkeliling kelas. Karena kami di dekat deretan kelas dua, aku memberanikan diri untuk menemani mereka ke setiap kelas. Di ruang terakhir, kami disambut oleh kak Kenta dan kak Masao. Waahh.. Aku sampai terpesona melihat mereka karena tak terbiasa dengan penampilan yang sep
“H-halo, kak..”“Eh iya, bagus loh tadi dramanya.”“Makasih kak. Yuuki kayanya udah keluar barusan kak, paling dia-“Belum selesai Kyohei menyelesaikan kalimatnya, Hikaru menyela.“Iya, udah tahu kita.”Aimi tertawa canggung memukul lengan Hikaru. Shin menatap Usa bingung, sedangkan Usa, ia hanya mengangkat dua bahunya.“Oh iya, kenalin ini temennya Yuuki. Dia pernah ke kos kita.” Ujar Aimi mengenalkan Kyohei pada dua teman lainnya.“Hai, aku Shin.”“Aku Usa.”“Halo kak Shin, kak Usa. Namaku Kyohei.”Usa dan Kyohei berpura-pura tak saling tahu rupanya. Padahal mereka pernah debat di depan kos.Setelahnya, Minami menghampiri Kyohei. Gadis licik ini meletakkan tangannya di lengan Kyohei dan menarik Kyohei dari sana sambil tersenyum ceria.Hikaru menatap tajam punggung pasangan itu.“Ngapain liatnya gitu amat, Ru?” Tanya Shin polos. Pertanyaannya hanya dijawab dengan lirikan oleh H
“Maaf Michio, tapi semua tentangmu, aku menyukainya. Aku.. Aku suka sama kamu! Aku mau jadi pacarmu..”“Makasih kak, tapi maaf.. Aku suka or-““Gitu ya, sebenernya aku juga tahu.” Imada terlihat jelas menahan air matanya, “gapapa, makasih udah dengerin ungkapan perasaanku. Aku harap kamu bisa bahagia sama orang itu.”“Kak,” Michio mendekat, ragu tangannya seperti ingin mengusap air mata sahabatnya sejak kecil itu. Imada menyimpulkan senyumnya dan pergi dari sana. Ia bahkan masih bisa melambaikan tangannya untuk orang yang dikasihinya sejak beberapa tahun lalu.Penangung jawab kembang api memulai hitung mundurnya. Siswa dan guru menonton bersama. Berbeda dengan Yuuki yang duduk santai bersama teman-temannya, Hikaru sedang terburu dengan pekerjaannya.Ia sibuk memeriksa not lagu bersama produser baru bandnya. Baru saja gabung di agensi yang sekarang, sudah bekerja dengan giatnya mereka ini. Tidak seperti agensinya yang lama, jelas sekali sekarang kalau dulu mereka diperlakukan seenakn
“Apa kak? Barusan bilang apa??” Tanyaku memastikan ucapan kak Hikaru. Aku tak ingin malu karena salah dengar..Ia jalan menghampiriku, “aku bilang, aku bakal bantu kamu lepasin dia.” Tanganku bergerak menutup mulutku sendiri. Aku tak percaya kalimat seperti itu keluar darinya.“Kyohei. Anak laki-laki itu, kamu menyukainya bukan?”“Gak gak kak, kita cuma temen dari kecil.. Gak gitu kok gak.” Jawabku menyangkalnya.Kuabaikan perkataannya dan lanjut berjalan. Padahal seharian ini mood jelekku sudah terobati oleh penampilan band tadi sore. Apa-apaan ini kenapa aku seperti menahan amarah yang besar??…“Pagi, Yuuki.”“Pagi kak,” tersenyum singkat, aku sedikit malas merespon. Karena terlalu ketara, Kak Shin bertanya ada apa. “Pagi-pagi udah cemberut aja,” katanya.Tak sengaja, mataku langsung melihat ke Kak Hikaru yang duduk manis menyantap makanannya. Ia bahkan tak melihatku.“Gapapa, biasa kak mood cewek.” Ucapku dengan senyum masam. Karena katanya produser sedang ada urusan, mereka ta
Dua botol minuman baru saja dibeli Imada. Gadis itu mengajak Yuuki untuk mengobrol di kursi dekat lapangan sekolah mereka. Tempat yang tak jauh dari ruang OSIS. “Nih,” ucapnya memberi minuman tadi untuk Yuuki. Yuuki yang tegang sejak tadi membuat Imada terlihat canggung. Dia duduk disebelah adik kelasnya itu, menggaruk rambutnya lembut sambil berdehem. “Kemaren aku baru aja ngajak Michio pacaran.” Kata Imada. Hal ini membuat Yuuki sedikit tersedak karena ia sedang minum. Wajar sih, orang biasanya basa-basi dulu bukan? Imada menepuk lembut punggung Yuuki yang masih batuk, kemudian ia lanjut bercerita setelah pendengarnya siap kembali. “Dulu aku bukan murid yang seaktif ini. Waktu aku masih di sekolah dasar, aku ini termasuk anak yang pendiam... Juga pemalu. Bahkan hampir jadi bahan bully teman kelas.” Dia terus bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan Michio sebagai adik kelas sekaligus tetangganya. Katanya, kesehariannya jadi lebih berwarna setelah Michio hadir di hidup
Kriukk kriukk..Suara stik kentang yang digoreng kering begitu renyah didengar. Tawa lepas juga mengisi di sela-sela obrolan.“Bisa-bisanya kan, berandalan kaya dia ni jadi pemusik yang rapi.” Celetuk kak Aimi. Karena penasaran, aku bertanya bagaimana mereka semua bisa kenal. Namun karena terlalu asik, pembahasan mengalir begitu saja sampai kemana-mana.Kak Hikaru sering mengerutkan dahinya karena sejak tadi ia yang dibully habis-habisan. Katanya waktu sekolah, dia jadi ketua geng-geng gitu. Wah gak kebayang sih......Sekolah begitu sepi saat ini, sepertinya banyak dari mereka yang sudah pulang.Terlihat seorang siswa mondar-mandir bergumam. Tergambar jelas kebimbangan itu.“Michio!!” Namanya terpanggil, dengan senyum hangat, Michio membalas sapaannya.Dua siswa itu memulai sesi obrolan mereka dengan tenang. Bukan tenang karena sangat lancar tapi tenang karena Michio banyak basa-basi dulu di awal.Ia tarik nafas dengan panjangnya.“Ada sesuatu yang harus aku omongin sama kam
CEKREK!! Begitu halus suara kamera dari ponsel itu, sampai Kyohei tak menyadarinya. Wanita itu juga langsung bersembunyi setelah memotret Kyohei dan Minami. Dia sibuk dengan rencananya selanjutnya, yaitu mengirimkan foto itu pada Yuuki. Beberapa saat setelahnya, Minami pergi lebih dulu, ia meninggalkan Kyohei yang masih bengong. Tak terduga, arahnya semakin mendekat pada wanita tadi. Dua orang itu tampak melakukan high five disana. “Gimana gimana? Udah kamu kirim kak?” Tanya Minami. Rupanya mereka bersekongkol untuk menyakiti Yuuki. Betapa dangkalnya pola mikir yang dimilikinya. Saat di sekolahan, Yuuki banyak menghindari tatapan dari Kyohei. Mungkin ia masih merasakan rasa sakit yang dimilikinya akan sahabatnya. Bahkan hari ini, sudah berkali-kali tatapan Kyohei diputus oleh Yuuki. Sebagai teman sejak kecil, Kyohei menyadari hal ini. Karena itulah ia sengaja menatap Yuuki terus-menerus. Karena salah tingkah, Yuuki sampai keluar kelas saat tak ada guru disana. Tapi karena terbur