"Baiklah. Besok pagi segera urus administrasi perijinan langsung di kantor," ucap Ramdan.
"Terima kasih banyak, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang ya, mau packing," ujarnya girang. Sementara Ramdan yang belum beranjak dari duduknya nampak termangu. Melihat antusiasnya gadis itu pergi meninggalkan dirinya. Ia mendengar percakapan Akira dengan sang kakak. Gadis itu begitu peduli kepada keluarganya khususnya sang ibu. Itulah sebabnya tanpa berpikir panjang ia langsung memberinya ijin cuti. Namun jauh di lubuk hati, ada perasaan tak rela bila gadis itu pergi. Sepertinya Ia akan merasa kehilangan sosok ceria yang kini mulai akrab dengan dirinya. "Semoga ibunya cepat sembuh agar Akira bisa kembali ke kantor lagi," harapny"Mama ... Ira sudah datang, Mak ,,,!" teriak Akira sambil berlari memeluk ibunya yang masih terbaring di ranjang pasien. "Aduh jangan kencang-kencang peluknya, Ra. Mama kan masih sakit," tegur Sari yang melihat ibunya meringis saat Akira dengan sekonyong-konyong memeluk ibunya. "Eh maaf, Ma. Ira lupa hehe," ucapnya cengengesan. Ia begitu sedih melihat ibunya yang terbaring lemah. Tak terlihat sosok yang selalu menceramahinya dengan cerewet. Akan tetapi ia tak ingin menunjukan kesedihannya di depan ibu. Ia justru harus tetap ceria agar ibunya pun semangat untuk sembuh. "Mama cepat sembuh yah. Ayok kita pulang ke rumah. Ira jauh-jauh ke sini kan nggak mau lama-lama di rumah sakit. Maunya di rumah saja sama
Part 18. Ketemu Calon Pov Akrom Ibu menelpon meminta aku untuk menjemput Akira di bandara. Wah Akira akan datang? apakah aku harus senang? entahlah belum ada perasaan apapun untuknya. Akira adalah gadis yang dijodohkan denganku. Ia adalah putri bungsu dari Om Baharuddin, sahabat karib ayahku. Hari itu, saat aku sedang berada di Makassar, baru saja selesai mengontrol toko kain kami yang letaknya tak jauh dari bandara. Langsung saja aku datang ke bandara untuk menjemput Akira. Bagaimana wajahnya, yah? seingatku saat kecil dulu, tubuhnya lumayan gendut sehingga tak jarang dirinya menjadi bahan ejekan anak-anak nakal di sekolah. Akan tetapi, walaupun anak itu bertubuh gempal gerakannya lumayan gesit. Ia bahkan kuat berlari mengejar anak-anak yang berani mengejek dirinya dengan sebutan 'Ira gendut'. Entah apa yang dia lakukan kepada mereka yang
Kupacu mobil dengan kecepatan tinggi, sepintas dapat dilihat beberapa pria yang berada di sisi mobil terlihat kesal. Mungkin karena kami tak berhenti. Sudah menjadi rahasia umum bila berada di terowongan ini tak boleh berhenti, hal itu demi keamanan pengendara. Pasalnya, sering terjadi perampokan dengan modus minta bantuan karena mobil mogok. Ternyata mereka adalah orang orang jahat yang ingin merampok mobil yang berhenti. "Bagaimana jika orang-orang itu betul butuh bantuan?" tanya Akira. "Tidak. Mereka hanya mencari korban pengendara baru. Biasanya setelah kendaraan berhenti, mereka akan membagi tugas mengelabui pengendara, lalu mengambil barang-barang berharga korban," tutur Akrom. "Oh begitu yah. Untung saja kita tidak berhenti," sahut Akira. &nb
Part 20. Tambah Cuti Rencana Akrom mengajak Akira berjalan-jalan ke Pantai Pallette disambut gembira oleh keluarga Akira. Terutama Halimah, walau kondisi fisiknya belum begitu sehat, akan tetapi ia sangat bersemangat untuk ikut dalam acara bersama keluarga Akrom itu. Mereka berangkat bersama kedua orangtua Akrom yaitu Wibisono dan Maryam. Akrom mengendarai mobilnya dengan membawa Akira dan keluarganya. Sementara Ayah dan ibu Akrom membawa kendaraan sendiri. "Sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini, yah?" ucap Halimah kepada Maryam saat mereka baru saja tiba di lokasi yang dituju. "Iya. Semoga saja anak-anak kita mau menyatukan keluarga kita yah, Mah," sahut Maryam senang.
Part 22. Benih Cinta Setelah memberi penjelasan kepada ibunya bahwa dirinya harus kembali bekerja karena tak mendapatkan ijin tambahan. Akhirnya dengan berat hati Akira dibolehkan kembali oleh ibunya. Dengan catatan segera kembali 3 bulan kemudian untuk menikah dengan Akrom. Bila tidak, maka harus ada pria yang datang melamar dan itu jauh lebih baik dari Akrom. Akira hanya mengelus dada mendengar pernyataan ibunya. Hal itu bukanlah perkara yang mudah. "Baiklah, Mak ... akan kubawakan pria pesanan mama itu. Tunggu saja yah," ucapnya tertawa sambil memeluk ibunya dengan erat. "Ira pergi, Mak ... jaga kesehatan ya," ucapnya sambil mengecup wajah sang Ibu. "Iya, kamu juga jangan lupa kembali 3 bu
Ucapan Ramdan seketika membuat wajah gadis itu bersemu merah, tak disangka pria itu memperhatikan dirinya yang diam- diam mencuri pandang ke arahnya. "Ah aku terciduk, deh ... dasar mata nakal!" umpatnya pelan menahan malu. Sementara Ramdan hanya tersenyum. Perlahan dalam hatinya merasakan debar kehangatan. Suasana seketika berubah menjadi canggung. Tak banyak yang mereka bicarakan, tangan gadis itu sibuk menyetel nasyid. Lalu terdengar alunan merdu milik grup nasyid asal negeri jiran, Raihan. "Senyumlah ... ah ... ah ... senyum tanda senang, senyum tanda syukur, senyum sedekah yang paling mulia ...," Akira terlihat fokus pada jalan beraspal yang mulai padat kendaraan. Mobil terus bergerak menuju utara Kota Bontang, setela
Part 24. Gadis Penggoda Hari mulai beranjak gelap, Akira termenung di sudut ruangan. Matanya nanar menatap lurus ke arah jendela yang menampakan hilir-mudik kendaraan yang berseliweran di sekitar bangunan berlantai 3 itu. Pikirannya melayang memikirkan sosok Edy yang begitu mengharapkan dirinya. Sejak pertemuan kemarin, pria itu tak pernah lagi menyapa atau sekedar tersenyum saat berpapasan dengannya. Sikapnya tampak begitu dingin saat menatapnya. Ia sadar telah menyebabkan pria itu marah dengan keputusannya. Padahal dirinya sungguh tak ingin menyakiti hati orang lain. Apalagi seseorang yang pernah dekat dengannya. Akan tetapi dirinya harus apa? menerima permintaan pria itu untuk menjadi kekasih? itu tidak mungkin. Karena yang menjadi kekasih baginya adalah orang yang betul-betul serius untuk menikahinya. &n
Part 23. Rencana Gila Rasa ini sungguh gila hingga membuatku ingin terus bertanya apa yang kau rasa terhadapku, Akira? apa mungkin kita bisa bersama menjalin kisah indah dalam takdir hidup yang digariskan Tuhan? pikirku percaya diri. Atau kita hanya akan terus bercerita sambil makan tanpa mengungkap rasa? Akira adalah wanita muslim yang taat. Sangat jauh berbeda dengan aku bukan? yang sedari kecil tak pernah mengenal Tuhan. Kehidupanku hanya berkisar pada harta dan wanita, kulakukan semua yang ingin kulakukan tanpa ada yang melarang. Kurasa melibatkan Tuhan dalam urusan hati bukanlah sesuatu yang penting. Jadi apa salahnya aku mencoba? Rasa ini menggangguku siang dan malam, tak pernah dalam hidup aku ditolak dan berharap hari ini gadis itu berubah pikiran dan mau menerimaku. Sudah berkali-kali aku memintanya menjadi kekas