Dava meradang ketika orang tuanya mengatakan jika orang tua Airaa membatalkan perjodohan di antara mereka. Awalnya orang tua Dava mengira itu karena kemarahan sesaat saat waktu pertama kali pertemuan antara kedua belah pihak tempo hari, dimana saat itu Dava tak kunjung datang padahal papanya sudah memaksa Dava untuk pulang ke rumah.
Pak Wira menatap sengit putranya yang kini dengan se-enaknya pulang ke rumah dan merengek padanya serta sang istri. Dava semakin merengek ketika pak Wira mengatakan pembatalan perjodohan antara putranya dan putri sahabat sekaligus rekan bisnisnya."Pa, Dava tidak mau di batalkan, pokoknya Dava gak terima. Titik!" ucapnya menolak tegas yang entah sudah ke berapa kalinya.Pak Wira tak ambil pusing, dengan santai ia mengendikkan bahunya acuh. Sesekali hanya di liriknya Dava yang kini tengah merengek pada Hanum istrinya."Kenapa kamu gak mau, dan gak terima perjodohannya di batalkan?" tanya pak Wira mengangkat sebelah alisnya."Hari ini Airaa ingat ada janji pertemuan dengan pelanggan setianya, pria yang bernama Shaka Permana adalah tamu penting yang akan datang ke butiknya. Shaka sendiri adalah sahabatnya dari SMA, bisa di bilang jika saat itu hubungan di antara Airaa dan Shaka sebagai Abang kelas dan adik kelas, namun Airaa tak pernah sekalipun mau memanggilnya kakak maupun Abang.Airaa sangat penasaran dengan wanita yang akan menikah dengan Shaka, setahu Airaa, Shaka adalah pria dingin yang nyaris tak pernah menjalin hubungan yang serius dengan wanita.Tapi bukan berarti Shaka gay, dia pria normal dan juga termasuk salah satu Playboy. Hanya saja Shaka masih di lever dasar jika di cap sebagai playboy.Dering ponsel Airaa kembali berdering, ia melirik sekilas ponselnya yang ada di meja. Nama Dava yang tertera di layar ponselnya, Airaa mendengkus sebal.Sampai kapan pria itu akan terus menghubunginya? Apakah Dava tidak lelah? Daripada membuang waktu, lebih baik Dava datang saja ke
Dava menunggu tamu penganggu momen kebersamaannya bersama Airaa pulang, Shaka dan Dasta terlihat keluar dari ruangan Airaa setelah Dava menunggu cukup lama selama dua jam. Entah hal apa yang mereka bahas bertiga, yang pastinya menurut Dava hanya seputar soal urusan pakaian.Dengan santai Dava kembali berjalan ke arah ruangan Airaa, wanita itu tampak fokus pada layar laptopnya. "Apa yang sedang kau kerjakan?" tanya Dava menghempaskan bokongnya ke sofa."Bukan urusanmu!" jawab Airaa ketus tanpa mau repot-repot melihat ke arah Dava.Dava kesal dengan reaksi yang Airaa tunjukkan, ia pikir dengan ciuman maut yang ia berikan tadi mampu menjinakkan sikap keras dan jutek Airaa."Kau sendiri, kenapa masih disini? Apa kau tidak bekerja?" tanya Airaa kini mengalihkan perhatiannya pada Dava.Dava tersenyum, setidaknya kali ini Airaa bicara sambil melihat ke arahnya."Kerja," "Terus kenapa masih disini?""Ya karena aku ingin." jawaban santai Dava m
Dava memandangi ponselnya setiap saat dengan seksama. Menanti kabar terbaru dari Nando mengenai tuan Zacky, papa Airaa.Sekarang Nando menjadi detektif dadakan, memantau setiap pergerakan pak Zacky dari santai sampai serius. Berkat hubungan kekeluargaan yang terjalin dari Kia, istrinya. membuat Nando lebih mudah menggali dan mengorek segala info tentang paman Zacky.Dan dari situlah Dava mendapatkan banyak informasi, Dava puas dengan kinerja Nando yang ternyata sangat berguna. Dava pikir, pria kaku minim ekspresi itu tak bisa di andalkan saat keadaan urgent. Nyatanya, Nando termasuk kategori terbaik untuk hal seperti ini.Bunyi dering ponsel Dava menandakan satu notifikasi pesan masuk. Nama Nando yang tertera di layar, dengan semangat Dava mulai membuka pesan dan siap membacanya.Nando : setiap weekend selalu di habiskan paman Zacky memancing. Selebihnya mungkin istirahat. :)"Memancing?" gumam Dava bertanya pada diri sendiri.M
"H—hai Om," sapa Dava pada paman Zacky, tanpa canggung Dava memeluk tubuh pria tua itu dengan debaran jantung berdebar.Takut-takut Nando mengawasi reaksi dari paman Zacky yang masih dipeluk Dava. Sebuah pelukan hangat seperti pelukan seorang anak pada ayahnya.Dengan cepat Dava melepaskan pelukannya dari tubuh paman Zacky, kembali Dava harus menelan ludahnya sendiri melihat tatapan paman Zacky yang masih sama tajamnya seperti tadi.Paman Zacky tak mengenakan senyuman Dava, pria paruh baya itu membalikkan tubuhnya menghadap Nando."Itu teman kamu, Nando?" tanya paman Zacky yang diangguki Nando sedikit meringis.Berat rasanya memang mengakui Dava sahabatnya saat mode sableng gini."Paman gak nyangka, kamu berteman sama pria dengan model seperti ini." Paman Zacky melirik sekilas lagi ke arah Dava.Berdecih melihat Dava dari atas kepala ke ujung kaki, dari ujung kaki sampai ke kepala. Dava yang ditatap seperti itu pun memperhatikan penampilanny
"Sekarang apalagi?" tanya Dava bingung melihat tatapan Nando padanya."Hancur," kata Nando lemah."Eh, apanya yang hancur?""Semuanya."Nando mengusap wajahnya kasar, susah payah Nando berusaha mencari waktu ketemuan antara Dava dan paman Zacky agar mereka saling mengenal. Naasnya, semua harapan itu hancur, kesan pertama Dava sudah membuat citra buruk di hadapan sang camer."Ndo, lu tenang aja," kata Dava santai, Nando melirik tajam ke arahnya."Udah dong bro, jangan ngambek kayak anak cewek gini. Pokoknya lu santai aja, tuh bokap Airaa nanti juga luluh." Dava mengedipkan sebelah matanya.Nando mendengkus, segitu entengnya Dava mengatakan hal itu. Ini taruhannya gak main-main, jika Dava tak berhasil membuat luluh paman Zacky maka resikonya ia harus kehilangan Airaa."Sekarang, kita harus pikirin untuk rencana selanjutnya," kata Dava serius."Pikir sajalah sendiri," sahut Nando sewot.Dava bukannya marah malah tertawa,
"Jadi, ini alasan kenapa kamu mual-mual beberapa hari ini?" ucap paman Zacky menyipit curiga.Airaa langsung menggeleng panik, tentulah hal itu tidak benar. Mulut Dava saja yang kurang ajar mengatakan kata-kata laknat itu.Dava mendelik mendengar kata mual yang paman Zacky ucapkan, apakah itu maksudnya Airaa beneran hamil? Bingung Dava merasa heran, hamil anak siapa? Eh!Dan Nando? Jangan tanya lagi bagaimana perubahan ekspresi wajah pria itu yang dari bingung menjadi syok berkepanjangan."Kamu!" tunjuk paman Zacky sudah berbalik badan menatap tajam Dava."Nikahi putriku secepatnya!" titah paman Zacky yang langsung membuat mata Dava berbinar bahagia.Segampang itu? Batin Dava kegirangan. Eh, tapi bagaimana jika Airaa memang sedang hamil beneran? Dava memang cinta sama Airaa, tapi ia juga pasti kecewa jika kenyatannya Airaa sedang mengandung benih dari pria lain, kan."Pa, Airaa gak mau!" tolak Airaa tegas setelah ia bungkam cukup lama.
Paman Zacky dan Nando saling bertatapan bahagia, akhirnya setelah menyusun rencana mereka selama beberapa waktu terakhir ini membuahkan hasil."Akhirnya! Rencana kita berhasil Ndo!" ungkap paman Zacky senang."Ya paman, tapi ....""Tapi kenapa Ndo?" tanya paman Zacky mengernyit bingung."Apakah semudah itu?"Paman Zacky awalnya masih bingung, namun detik berikutnya ia mengerti arah pertanyaan Nando."Tentu tidak, sepertinya kita harus membuat Dava sedikit berusaha keras agar mendapatkan Airaa," kata paman Zacky yang seperti sebuah tantangan.Nando tersenyum melihat rencana paman Zacky yang ternyata takkan mempermudah jalan Dava mendapatkan Airaa. Jadi, mereka akan sedikit menambahkan bagian akhir dari rencana mereka untuk Dava.Keduanya tersenyum licik membayangkan rencana yang akan Dava hadapi nantinya.Suara ponsel berdering yang berasal dari milik paman Zacky, paman Zacky mengambil ponselnya yang ada di saku celana yang
TapTapTap.Suara high heels yang beradu dengan lantai memenuhi ruangan kerja Dava. Dava mengernyit heran mengawasi setiap pergerakan wanita yang dengan lancang dan tidak sopannya masuk ke dalam ruangannya.Tunggu dulu, kenapa wanita ini bisa masuk ke dalam kantor yang memilki keamanan ketat."Siapa kau!" tanya Dava ketus.Wanita seksi itu tersenyum genit ke arahnya tanpa rasa takut sedikitpun, padahal jika melihat raut wajah Dava saat ini sangatlah mengerikan.Tanpa ragu dan berjalan sensual perlahan wanita itu melangkah mendekati Dava yang tetap mengawasi dengan siaga. Pakaian seksi yang dikenakan wanita itu terasa sangat sesak sekali di tubuhnya.Reaksi yang Dava tunjukkan tetap sama, ia sama sekali tak terlihat tertarik akan pesona yang disuguhkan wanita itu."Berhenti di sana!" titah Dava menggeram marah.Wanita itu tetap tak mempedulikan peringatan Dava, dengan menulikan telinganya wanita itu kini berdiri
Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi, setelah tadi berulang kali Dava mengetuk pintu kamar mandi serta memanggil namanya. Kini gedoran pintu sudah tak terdengar, suara menjadi sangat senyap. Karena rasa penasaran itulah Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi."Apakah Dava sudah keluar dari kamar?" gumamnya bertanya-tanya.Rasa penasaran Airaa begitu tinggi hingga ia pun membuka perlahan pintu kamar mandi. Airaa mengintip di balik celah pintu yang terbuka sedikit. Pelan-pelan namun pasti pintu terbuka sepenuhnya, Airaa melangkahkan kakinya dengan sangat perlahan sekali.Celingak-celinguk mencari keberadaan Dava yang sama sekali tak terlihat di dalam kamar. Benar dugaannya jika Dava pergi keluar dari kamar. Hhhh, bukankah itu bagus? Jadi Airaa tak perlu repot-repot untuk mengusir pria itu agar keluar sebentar dari kamar selama ia memakai pakaiannya.Airaa bernafas lega, dengan c
"Aaaaa!" jerit Airaa karena kaget melihat Dava yang menendang pintu kamar."Kenapa menjerit sayangku?" tanya Dava heran sembari melangkah masuk ke dalam kamar."Kau gila! Kenapa kau menendang pintu kamar kita Dav? Bagaimana jika rusak?" kata Airaa gemas."Itu tidak masalah." dengan entengnya Dava berkata seraya meletakkan dengan lembut tubuh Airaa di atas ranjang yang bertabur bunga mawar.Karena asyik berdebat masalah soal pintu kamar yang rusak atau tidak. Airaa dan Dava tak menyadari bagaimana romantisnya nuansa suasana kamar mereka.Setelah meletakkan Airaa di ranjang, Dava berjalan ke arah pintu dan menutupnya. Syukurlah pintu tak rusak seperti yang di takuti Airaa, Dava mengunci pintu kamar itu serapat-rapatnya.Setelah memastikan pintu terkunci dengan aman tanpa ada celah orang dapat mengintipnya. Dava berbalik badan menghadap ke arah ranjang, Airaa berbaring telentang me
Airaa menatap tak percaya pada pantulan dirinya di cermin, ia bersemu merah melihat dirinya sendiri yang sangat cantik memakai kebaya pengantin berwarna putih beserta hijab yang menutupi dan melindungi kepalanya sesuai permintaan Airaa sendiri.Pria kemayu yang mendandaninya pun ikut tersanjung melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya. Suara ketukan pintu ruangan khusus pengantin wanita terdengar, si perias pria kemayu tersebut pun dengan cepat membukanya. Wajah Kia yang cantik, anggun dan bersahaja pun dengan ramah tersenyum pada pria kemayu itu. Sang perias membuka pintu lebar memberi jalan agar Kia masuk sementara dirinya keluar. Kia tersenyum menatap Airaa dari kaca cermin, Airaa juga membalas tatapan Airaa dengan tersenyum malu.Hari ini adalah hari yang sangat penting, sangat dinanti. Hari bersejarah bagi setiap pasangan yang ingin menyatukan hubungan mereka dengan di lengkapi kata halal yang setelah di dahului kata sah sebelumnya.Hari ini Airaa da
Airaa menatap sayu sosok Dava yang duduk sendirian dalam diam di bangku taman belakang rumah sakit ini. Perlahan Airaa mendekat dan duduk di samping Dava ikut terdiam.Lama mereka berdiam diri seperti ini hingga Dava membuka suaranya. "Untuk apa kau mengikutiku? Bukankah kau tidak percaya padaku? Apapun yang aku katakan adalah kebohongan bagimu. Iya, kan?"Airaa menggeleng. "Bukan begitu Dav, kumohon mengertilah jika aku hanya sedang bimbang.""Bimbang yang didasari kecurigaan, hal itu timbul karena intinya kau tidak mempercayai orang tersebut. Itu sama saja Airaa!" sentak Dava menggeram marah."Tinggalkan aku!" kata Dava membuat Airaa melongo kaget.Dava merasa sangat cukup lelah, jika ia memang tak mempercayainya ya sudah. Dava pasrah, daripada ia memaksakan Airaa untuk menikah dengannya."Apa kau tuli? Aku bilang pergi Airaa!" titah Dava untuk kedua kalinya, kali ini dengan nada cukup kuat.Airaa menggeleng, pertanda ia tak in
"Sayang, Nando kode kita tuh. Kapan kita menikah?"Itu suara Dava yang mengkode Airaa dengan membawa nama Nando sebagai tersangka yang bertanya.Mendengar itu, Airaa membalikkan badan sepenuhnya menghadap Dava. Tatapan matanya menyipit menatap Dava penuh selidik."Seharusnya jangan tanya aku soal kapan kita menikah. Kau sendiri saja bahkan belum bisa mengatasi wanita-wanita masa lalumu yang setiap hari datang silih berganti," geramnya agar Dava sadar apa yang menjadi pertimbangan Airaa yang hingga kini masih menggantungkan rencana pernikahan mereka.Jika saja dari jauh-jauh hari Airaa bersedia menikah dengan Dava, mungkin status mereka saat ini sudah resmi menjadi suami istri. Tapi apalah daya Airaa ketika rasa bimbang terus menghantuinya, bagaimana bisa dia tenang jika persoalan wanita masa lalu Dava masih gencar berdatangan.Airaa tahu dari sedikit banyaknya wanita itu memiliki tujuan, yaitu meminta pertanggungjawaban bujuk rayu Dava dulu yang s
Satu bulan kemudian...Dava dan Airaa panik setelah mendapatkan kabar dari Nando, jika Kia sudah melahirkan siang tadi. Untuk itu kini mereka sedang bersiap-siap menuju ke rumah sakit tempat Kia melahirkan.Memang awalnya mereka berdua sedikit terkejut dengan kabar itu, pasalnya Kia pernah bercerita dokternya mengatakan jika ia akan melahirkan sekitar seminggu lagi.Namun di luar dugaan semua orang, Kia sudah menunjukkan reaksi tanda-tanda akan melahirkan pagi-pagi sekali tadi. Dan jangan tanyakan bagaimana reaksi kepanikan Nando melihat Kia istrinya meringis kesakitan. Nando sungguh benar-benar sosok calon bapak siaga yang langsung mempersiapkan semuanya di saat kepanikan melanda. Kini kata calon itu hilang dan menjadi kata seorang bapak.Ya, Nando sudah menjadi seorang bapak. Bapak untuk anaknya tercinta.Mobil yang ditumpangi Dava dan Airaa baru saja sampai di area rumah sakit, mereka keluar secara bersamaan. Raut keduanya pun menampilkan aura ke-kha
"Aku membatalkan semuanya!"Jederrrr.Bagaikan suara petir yang menggelegar kuat saat Airaa mengatakan tiga kata itu. Mata Dava melotot horor mendengarnya, dengan cepat kepalanya menggeleng pertanda tak setuju."Enggak, aku gak mau!" tolaknya sangat jelas."Aku tidak butuh persetujuanmu, bagaimanapun juga akulah di sini yang menjadi korban. Korban dari kebohongan dan perilaku burukmu.""Astaga Airaa!" teriak Dava frustasi. Rasanya hilang sudah seluruh kewarasannya."Mau berapa kali harus kukatakan, Jika aku sudah tidak melakukan kegiatan buruk masa laluku!""Lalu, soal jumlah wanita yang kau tiduri hingga tak bisa kau hitung dengan jari tangan serta jari kaki itu. Apakah kau pikir aku akan melupakannya begitu saja?" kata Airaa sengit."I-itu—" Dava tergagap ingin menjawabnya."Bagaimana?"Dava terdiam. Sungguh! Ia tidak tahu lagi harus mengatakannya bagaimana dengan Airaa.Maksud hatinya Dava berusaha ingi
"Sayang, kamu kenapa ketawa?" tanya Dava panik ketika tawa Airaa semakin menggelegar.Sambil masih memegangi pipinya yang bekas di tampar wanita aneh tadi, Dava memperhatikan Airaa dengan seksama.Takut terjadi sesuatu Dava mendekatinya lalu mengguncang tubuh Airaa kuat."Iiihhh, lepas!" sentak Airaa berusaha mendorong dada Dava agar menjauh."Jangan cari kesempatan buat sentuh-sentuh aku!" ancam Airaa sengit."Siapa yang coba-coba buat cari kesempatan sih, Yang? Kan, aku cuma memastikan kamu kenapa tiba-tiba ketawa ngakak gitu. Aku pikir kamu kesurupan.""Ya, aku memang kesurupan. Dan sekarang aku ingin membunuhmu," kata Airaa merubah raut wajahnya menjadi sangar."Eeh!" Dava bergidik ngeri melihatnya."Kok mau dibunuh sih beb? Mendingan dikelonin aja lagi," goda Dava usil."Dalam mimpimu saja sana, dasar pria gatel!""Digaruk dong sayang kalau gatel.""Iya, sini kugaruk pakai cangkul.""Dih, m
"Hei, bajingan tengik bangun kau!" teriak wanita itu mengguncang tubuh kekar Dava."Bangun kau berengsek!"Dava tersentak kaget bangun dari tidur nyenyaknya, rasa pusing dan ngantuk yang masih menderanya membuat ia tak begitu jelas melihat wajah wanita yang bertamu ke rumahnya itu.Demi memastikan penglihatannya agar jelas melihat, Dava mengucek kedua matanya. Dan saat itu ia baru tahu jika wanita yang di depannya ini bukan Airaa."Siapa kau?" sentak Dava panik seraya menatap ke segala arah mencari keberadaan Airaa."Airaa!" teriaknya memanggil nama Airaa."Sayang! Kamu di mana?" Dava terus berteriak memanggil nama Airaa.Merasa tak tenang Dava pun bangkit turun dari ranjang, membiarkan ketelanjangannya di depan wanita yang sepertinya pernah menghabiskan satu malam dengannya.Dava mengambil boksernya yang tergeletak di lantai, memakainya cepat seraya berjalan keluar kamar.Wanita itu pun dengan cepat mencegah kepergian Dava