Tap
Tap
Tap.
Suara high heels yang beradu dengan lantai memenuhi ruangan kerja Dava. Dava mengernyit heran mengawasi setiap pergerakan wanita yang dengan lancang dan tidak sopannya masuk ke dalam ruangannya.
Tunggu dulu, kenapa wanita ini bisa masuk ke dalam kantor yang memilki keamanan ketat.
"Siapa kau!" tanya Dava ketus.
Wanita seksi itu tersenyum genit ke arahnya tanpa rasa takut sedikitpun, padahal jika melihat raut wajah Dava saat ini sangatlah mengerikan.
Tanpa ragu dan berjalan sensual perlahan wanita itu melangkah mendekati Dava yang tetap mengawasi dengan siaga. Pakaian seksi yang dikenakan wanita itu terasa sangat sesak sekali di tubuhnya.
Reaksi yang Dava tunjukkan tetap sama, ia sama sekali tak terlihat tertarik akan pesona yang disuguhkan wanita itu.
"Berhenti di sana!" titah Dava menggeram marah.
Wanita itu tetap tak mempedulikan peringatan Dava, dengan menulikan telinganya wanita itu kini berdiri
"Haikal!!!" teriak Airaa nyaring saat melihat sosok yang dulu begitu dekat dengannya kini berdiri di depan pintu ruangannya.Dengan semangat dan mata yang berbinar bahagia Airaa bangkit berdiri, sedikit berlari ke arah Haikal dan langsung memeluk pria itu.Pria yang bernama Haikal itu pun balas memeluk pelukan Airaa, keduanya tersenyum lebar melepas rasa rindu.Airaa melepaskan pelukannya. "Kapan kamu pulang ke sini?" tanya Airaa antusias."Dua hari yang lalu, dan aku baru bisa menemui hari ini. Oh Airaa, aku sangat merindukanmu."Airaa terkikik mendengarnya. "Ayo masuk," ajak Airaa mempersilakan Haikal masuk ke dalam ruangannya.Airaa dan Haikal memilih duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu, dulu saat Haikal masih menetap tinggal di negara ini, maka Haikal sering bermain ke butik Airaa begitu juga Airaa yang sering berkunjung ke kantor milik keluarga Haikal.Tak hanya itu, mereka berdua sedari kecil selalu bersama, bermain ber
"Minggir sana!" Haikal mendorong tubuh Dava.Hampir saja Dava jatuh tersungkur ke bawah, tapi berhasil ia tahan sehingga tak jatuh sepenuhnya. Haikal duduk merapat mendekati Airaa, dengan usil tangan Haikal merangkul pundak Airaa, Airaa tersentak dan menoleh ke arah Haikal. Pria itu dengan iseng mengedipkan sebelah matanya.Melihat itu wajah Dava menggeram marah, rahangnya mengeras menonjolkan urat-urat yang terlihat di wajahnya. Kentara sekali jika Dava sedang menahan amarah agar tidak langsung menyerang Haikal."Lepaskan tanganmu dari pundak Airaa!" Dava memperingati.Haikal menyeringai. "Memangnya kenapa?""Karena dia calon istriku."Haikal tertawa, tawa mengejek yang sengaja ia tujukan pada Dava untuk menambah menaikkan emosinya."Hanya masih calon istri, kan? Bukan istri sah yang sudah Anda nikahi?" sindir Haikal dengan formal memanggil Dava dengan Anda.Airaa menggigit bibirnya, ia bingung dengan situasi sekarang ini. Dava
Kecemburuan dan kemarahan Dava semakin jadi melihat kedekatan Airaa dan Haikal. Mereka berdua kini tampak leket dan mesra.Dava merasa tersaingi dengan hadirnya Haikal, apalagi Airaa mengatakan jika hubungan di antara mereka adalah dulunya sepasang kekasih, alias sekarang menjadi mantan kekasih.Tentu saja mendengar itu Dava menjadi was-was, bisa saja kehadiran Haikal karena pria itu memang sengaja ingin dekat kembali dengan Airaa, istilahnya seperti CLBK.Oh nooo! Dava tak akan membiarkan hal itu terjadi!Tapi semakin dicegah kedua orang itu malah semakin menjadi, Airaa tak peka dengan kecemburuan yang Dava tunjukkan.Seperti sekarang ini, Dava ingin mengajaknya bermalam mingguan seperti sepasang kekasih lainnya. Tapi, Airaa menolak dengan mengatakan jika ia sudah punya janji pada Haikal.Dava menyuruhnya untuk membatalkan janji itu dengan ancaman Airaa lebih memilih Dava kekasihnya atau Haikal mantan kekasihnya? Dan dengan ente
Paman Zacky dan Nando terkekeh geli melihat Haikal yang marah, marah pada dirinya sendiri yang dengan mudahnya dibohongi oleh seorang Dava."Kenapa dari awal kalian tidak mengatakannya?" tanya Haikal kesal."Lalu, kenapa kau dengan mudahnya percaya pada Dava?""Ya, itu karena aku kira memang benar. Melihat betapa cinta dan nafsunya Dava pada Airaa." Paman Zacky geleng-geleng kepala melihatnya.Nando masih betah ketawa cekikikan, membuat Haikal semakin kesal."Sebaiknya kita hentikan saja permainan sandiwara ini. Kita mau membuktikan apalagi? Toh, semuanya sudah jelas jika Dava sangat dalam mencintai Airaa, lagipula kesetiaan Dava sudah cukup membuktikan. Aku yakin Dava memang sudah bertobat," jelas Haikal merasa kalau rencana mereka hanyalah membuang-buang waktu saja."Terserah kau saja," kata Nando di sisa tawanya.Paman Zacky mengelus-elus pelan dagunya yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus dengan tangannya. Ia sedang be
"Yo bro!" sapa Haikal tersenyum geli ke arah Dava.Dava memandang tajam ke arahnya yang kini cengengesan. Haikal menggaruk sedikit tengkuk belakangnya yang tak terasa gatal sama sekali. Entah kenapa rasanya ia sangat canggung sekali berhadapan dengan Dava, terlebih lagi setelah Haikal ingin mengatakan sejujurnya mengenai rencana konyol antara ia, paman Zacky, dan Nando.Bagaimana pun juga, ia harus meminta maaf karena sudah mempermainkan Dava."Ada apa?" tanya Dava berusaha galak."Soal anu."Dava menyipitkan matanya mendengar perkataan tak jelas Haikal. "Anu? Anu apa?""Soal rencana kami?""Aku tidak mengerti," kata Dava pura-pura bego."Serius kau tidak tahu, bro?" Dava menggeleng."Nando dan paman Zacky juga bahkan tak memberitahu dirimu?" Dava menggeleng lagi.Haikal meradang, apa-apaan ini? Nando bilang ia sudah menjelaskan semuanya pada Dava, hanya tinggal meminta maaf saja padanya. Tapi ini?D
Dava memeluk Airaa, menenangkan wanita itu yang terisak. Barusan saja pesawat yang ditumpangi Haikal lepas landas, Airaa menangisi kepergian Haikal."Sssssst, Haikal hanya pergi ke Turki. Bukan mati!" sentak Dava kesal, Airaa kenapa jadi cengeng gini sih?Airaa mencubit lengan kekar Dava. "Kau mendoakan sahabatku mati ya?" Dava menggeleng."Dulu, waktu kalian berpisah untuk yang pertama kalinya. Bagaimana reaksimu? Apakah menangis lebay seperti ini?" tanya Dava penasaran.Airaa melepaskan pelukannya di tubuh Dava, menghapus sisa air matanya yang menempel di kedua pipinya."Biasa saja," jawabnya enteng."Lhaa, kenapa sekarang nangis bombay gini?"Airaa mengedikkan bahu tanda tak tahu. "Entahlah, kali ini aku memang tak ingin Haikal kembali ke Turki.""Alasannya?""Sudah kubilang, aku tidak tahu mengapa begitu. Yang jelas, aku menginginkan Haikal tetap berada di Indonesia."Mata Dava menyipit curiga. "Jangan bilan
Wajah Nando memerah akibat godaan yang diberikan Dava dan Airaa, Kia istrinya hanya tertawa cekikikan melihat suaminya diolok-olok begitu.Tawa Dava dan Airaa semakin pecah kala melihat penampilan Nando saat pertama kali muncul masuk ke dalam kamar. Pria itu memakai celemek, kentara sekali jika Nando habis memasak. Bau asap yang menempel di bajunya pun semakin menambah kuat dugaan Dava dan Airaa."Lu habis darimana bro?" tanya Dava di sela tawanya yang belum reda."Memasak," jawab Nando tersenyum lembut ke arah Kia.Ah patutlah, sebab itu dari tadi Nando tak kelihatan batang hidungnya."Aku yang menyuruh mas Nando memasak," kata Kia senang."Wow, rekor baru sepanjang masa. Ternyata selain menjadi badut yang terkenal lucu, kau juga bisa menjadi koki dadakan bro," ejek Dava.Nando menggertakkan giginya, namun sebisa mungkin tetap menahan senyumnya."Kau nanti juga akan merasakan apa yang kualami saat ini Dav," doa Nando semoga Dava
Airaa memeluk erat punggung kokoh Dava yang masih berbalut kemejanya, saat ini mereka tengah di dalam mobil Dava yang berhenti di depan rumah milik pria itu.Penampilan Dava masih rapih, sementara ia sendiri sudah acak-acakan dan hampir nyaris telanjang."Dava ...," rengek Airaa karena pria itu asik mencumbu bagian atas sensitif tubuhnya.Dava melepaskan mulutnya dari puting Airaa. "Kita lanjutkan di dalam kamarku?" tawar Dava.Airaa menganggukkan kepalanya sayu, Dava langsung membereskan kekacauan yang terjadi pada Airaa. Diturunkannya kembali bra Airaa ke bawah agar menutupi kedua payudara montoknya, merapihkan seluruh pakaian Airaa."Selesai, ayo turun!" ajak Dava tergesa-gesa.Sedari awal saat mereka berpamitan dari rumah Nando dan Kia tadi, Airaa tahu kalau Dava sudah berhasrat padanya. Sepanjang perjalanan tadi mereka hanya diam dan Dava melajukan kencang mobilnya bak kesetanan.Setelah sampai di depan rumahnya Dava langsung melancarka
Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi, setelah tadi berulang kali Dava mengetuk pintu kamar mandi serta memanggil namanya. Kini gedoran pintu sudah tak terdengar, suara menjadi sangat senyap. Karena rasa penasaran itulah Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi."Apakah Dava sudah keluar dari kamar?" gumamnya bertanya-tanya.Rasa penasaran Airaa begitu tinggi hingga ia pun membuka perlahan pintu kamar mandi. Airaa mengintip di balik celah pintu yang terbuka sedikit. Pelan-pelan namun pasti pintu terbuka sepenuhnya, Airaa melangkahkan kakinya dengan sangat perlahan sekali.Celingak-celinguk mencari keberadaan Dava yang sama sekali tak terlihat di dalam kamar. Benar dugaannya jika Dava pergi keluar dari kamar. Hhhh, bukankah itu bagus? Jadi Airaa tak perlu repot-repot untuk mengusir pria itu agar keluar sebentar dari kamar selama ia memakai pakaiannya.Airaa bernafas lega, dengan c
"Aaaaa!" jerit Airaa karena kaget melihat Dava yang menendang pintu kamar."Kenapa menjerit sayangku?" tanya Dava heran sembari melangkah masuk ke dalam kamar."Kau gila! Kenapa kau menendang pintu kamar kita Dav? Bagaimana jika rusak?" kata Airaa gemas."Itu tidak masalah." dengan entengnya Dava berkata seraya meletakkan dengan lembut tubuh Airaa di atas ranjang yang bertabur bunga mawar.Karena asyik berdebat masalah soal pintu kamar yang rusak atau tidak. Airaa dan Dava tak menyadari bagaimana romantisnya nuansa suasana kamar mereka.Setelah meletakkan Airaa di ranjang, Dava berjalan ke arah pintu dan menutupnya. Syukurlah pintu tak rusak seperti yang di takuti Airaa, Dava mengunci pintu kamar itu serapat-rapatnya.Setelah memastikan pintu terkunci dengan aman tanpa ada celah orang dapat mengintipnya. Dava berbalik badan menghadap ke arah ranjang, Airaa berbaring telentang me
Airaa menatap tak percaya pada pantulan dirinya di cermin, ia bersemu merah melihat dirinya sendiri yang sangat cantik memakai kebaya pengantin berwarna putih beserta hijab yang menutupi dan melindungi kepalanya sesuai permintaan Airaa sendiri.Pria kemayu yang mendandaninya pun ikut tersanjung melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya. Suara ketukan pintu ruangan khusus pengantin wanita terdengar, si perias pria kemayu tersebut pun dengan cepat membukanya. Wajah Kia yang cantik, anggun dan bersahaja pun dengan ramah tersenyum pada pria kemayu itu. Sang perias membuka pintu lebar memberi jalan agar Kia masuk sementara dirinya keluar. Kia tersenyum menatap Airaa dari kaca cermin, Airaa juga membalas tatapan Airaa dengan tersenyum malu.Hari ini adalah hari yang sangat penting, sangat dinanti. Hari bersejarah bagi setiap pasangan yang ingin menyatukan hubungan mereka dengan di lengkapi kata halal yang setelah di dahului kata sah sebelumnya.Hari ini Airaa da
Airaa menatap sayu sosok Dava yang duduk sendirian dalam diam di bangku taman belakang rumah sakit ini. Perlahan Airaa mendekat dan duduk di samping Dava ikut terdiam.Lama mereka berdiam diri seperti ini hingga Dava membuka suaranya. "Untuk apa kau mengikutiku? Bukankah kau tidak percaya padaku? Apapun yang aku katakan adalah kebohongan bagimu. Iya, kan?"Airaa menggeleng. "Bukan begitu Dav, kumohon mengertilah jika aku hanya sedang bimbang.""Bimbang yang didasari kecurigaan, hal itu timbul karena intinya kau tidak mempercayai orang tersebut. Itu sama saja Airaa!" sentak Dava menggeram marah."Tinggalkan aku!" kata Dava membuat Airaa melongo kaget.Dava merasa sangat cukup lelah, jika ia memang tak mempercayainya ya sudah. Dava pasrah, daripada ia memaksakan Airaa untuk menikah dengannya."Apa kau tuli? Aku bilang pergi Airaa!" titah Dava untuk kedua kalinya, kali ini dengan nada cukup kuat.Airaa menggeleng, pertanda ia tak in
"Sayang, Nando kode kita tuh. Kapan kita menikah?"Itu suara Dava yang mengkode Airaa dengan membawa nama Nando sebagai tersangka yang bertanya.Mendengar itu, Airaa membalikkan badan sepenuhnya menghadap Dava. Tatapan matanya menyipit menatap Dava penuh selidik."Seharusnya jangan tanya aku soal kapan kita menikah. Kau sendiri saja bahkan belum bisa mengatasi wanita-wanita masa lalumu yang setiap hari datang silih berganti," geramnya agar Dava sadar apa yang menjadi pertimbangan Airaa yang hingga kini masih menggantungkan rencana pernikahan mereka.Jika saja dari jauh-jauh hari Airaa bersedia menikah dengan Dava, mungkin status mereka saat ini sudah resmi menjadi suami istri. Tapi apalah daya Airaa ketika rasa bimbang terus menghantuinya, bagaimana bisa dia tenang jika persoalan wanita masa lalu Dava masih gencar berdatangan.Airaa tahu dari sedikit banyaknya wanita itu memiliki tujuan, yaitu meminta pertanggungjawaban bujuk rayu Dava dulu yang s
Satu bulan kemudian...Dava dan Airaa panik setelah mendapatkan kabar dari Nando, jika Kia sudah melahirkan siang tadi. Untuk itu kini mereka sedang bersiap-siap menuju ke rumah sakit tempat Kia melahirkan.Memang awalnya mereka berdua sedikit terkejut dengan kabar itu, pasalnya Kia pernah bercerita dokternya mengatakan jika ia akan melahirkan sekitar seminggu lagi.Namun di luar dugaan semua orang, Kia sudah menunjukkan reaksi tanda-tanda akan melahirkan pagi-pagi sekali tadi. Dan jangan tanyakan bagaimana reaksi kepanikan Nando melihat Kia istrinya meringis kesakitan. Nando sungguh benar-benar sosok calon bapak siaga yang langsung mempersiapkan semuanya di saat kepanikan melanda. Kini kata calon itu hilang dan menjadi kata seorang bapak.Ya, Nando sudah menjadi seorang bapak. Bapak untuk anaknya tercinta.Mobil yang ditumpangi Dava dan Airaa baru saja sampai di area rumah sakit, mereka keluar secara bersamaan. Raut keduanya pun menampilkan aura ke-kha
"Aku membatalkan semuanya!"Jederrrr.Bagaikan suara petir yang menggelegar kuat saat Airaa mengatakan tiga kata itu. Mata Dava melotot horor mendengarnya, dengan cepat kepalanya menggeleng pertanda tak setuju."Enggak, aku gak mau!" tolaknya sangat jelas."Aku tidak butuh persetujuanmu, bagaimanapun juga akulah di sini yang menjadi korban. Korban dari kebohongan dan perilaku burukmu.""Astaga Airaa!" teriak Dava frustasi. Rasanya hilang sudah seluruh kewarasannya."Mau berapa kali harus kukatakan, Jika aku sudah tidak melakukan kegiatan buruk masa laluku!""Lalu, soal jumlah wanita yang kau tiduri hingga tak bisa kau hitung dengan jari tangan serta jari kaki itu. Apakah kau pikir aku akan melupakannya begitu saja?" kata Airaa sengit."I-itu—" Dava tergagap ingin menjawabnya."Bagaimana?"Dava terdiam. Sungguh! Ia tidak tahu lagi harus mengatakannya bagaimana dengan Airaa.Maksud hatinya Dava berusaha ingi
"Sayang, kamu kenapa ketawa?" tanya Dava panik ketika tawa Airaa semakin menggelegar.Sambil masih memegangi pipinya yang bekas di tampar wanita aneh tadi, Dava memperhatikan Airaa dengan seksama.Takut terjadi sesuatu Dava mendekatinya lalu mengguncang tubuh Airaa kuat."Iiihhh, lepas!" sentak Airaa berusaha mendorong dada Dava agar menjauh."Jangan cari kesempatan buat sentuh-sentuh aku!" ancam Airaa sengit."Siapa yang coba-coba buat cari kesempatan sih, Yang? Kan, aku cuma memastikan kamu kenapa tiba-tiba ketawa ngakak gitu. Aku pikir kamu kesurupan.""Ya, aku memang kesurupan. Dan sekarang aku ingin membunuhmu," kata Airaa merubah raut wajahnya menjadi sangar."Eeh!" Dava bergidik ngeri melihatnya."Kok mau dibunuh sih beb? Mendingan dikelonin aja lagi," goda Dava usil."Dalam mimpimu saja sana, dasar pria gatel!""Digaruk dong sayang kalau gatel.""Iya, sini kugaruk pakai cangkul.""Dih, m
"Hei, bajingan tengik bangun kau!" teriak wanita itu mengguncang tubuh kekar Dava."Bangun kau berengsek!"Dava tersentak kaget bangun dari tidur nyenyaknya, rasa pusing dan ngantuk yang masih menderanya membuat ia tak begitu jelas melihat wajah wanita yang bertamu ke rumahnya itu.Demi memastikan penglihatannya agar jelas melihat, Dava mengucek kedua matanya. Dan saat itu ia baru tahu jika wanita yang di depannya ini bukan Airaa."Siapa kau?" sentak Dava panik seraya menatap ke segala arah mencari keberadaan Airaa."Airaa!" teriaknya memanggil nama Airaa."Sayang! Kamu di mana?" Dava terus berteriak memanggil nama Airaa.Merasa tak tenang Dava pun bangkit turun dari ranjang, membiarkan ketelanjangannya di depan wanita yang sepertinya pernah menghabiskan satu malam dengannya.Dava mengambil boksernya yang tergeletak di lantai, memakainya cepat seraya berjalan keluar kamar.Wanita itu pun dengan cepat mencegah kepergian Dava