Beranda / Fantasi / Datang Untuk Mereka / Bab 5 Aku Di Sini

Share

Bab 5 Aku Di Sini

Penulis: Azled
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-23 18:04:59

3 bulan kemudian.

"Zenia, masuklah. Kenapa kau di luar? Dokter sudah menunggu."

Zenia menepis kasar tangan Yoshi. "Tidak! Aku berubah pikiran. Aku mau pergi!"

"Ini akan membuat hidupmu kembali normal. Kau relakan itu demi karirmu. Semua akan baik-baik saja, Zenia."

"Kau salah. Setelah menggugurkan anak ini aku akan lebih menderita. Aku akan hidup sebagai pembunuh nyawa yang tidak berdosa!"

Zenia meninggalkan Yoshi yang tampak syok. Dia tidak peduli dengan karirnya. Dalam hati Zenia mengutuk dirinya karena sebelumnya mau saja dibawa Yoshi ke rumah sakit untuk menggugurkan janinnya.

Tiga bulan lalu adalah awal dari kehancuran hidupnya. Entah bagaimana dan siapa yang memberitahu media tentang kehamilannya. Semuanya menjadi berantakan saat itu. 

Perut Zenia kian membesar. Usia kehamilannya sudah memasuki tujuh bulan. Seiring dengan itu namanya semakin hangat diperbincangkan di berbagai stasiun televisi maupun media sosial. Malu, marah, dan takut, semuanya menjadi satu. Dia tidak pernah terlihat di dunia nyata ataupun dunia maya lagi.

Zenia melajukan mobilnya di jalan raya Washington. Dia akan kembali mengurung dirinya di apartemen yang baru saja dia beli sebulan lalu. Wanita hamil ini harus meninggalkan rumah yang selama ini dia tinggali karena paksaan orang tua.

Zenia bahkan masih dapat merasakan tamparan yang dilayangkan ayahnya ketika mengetahui kehamilannya. 

•••

Zenia memarkirkan mobilnya di bagasi bawah tanah apartemen. Kemudian dia menaiki lift yang langsung membawanya ke lantai paling atas, yaitu lantai 11. Zenia sengaja memilih tempat ini karena jauh dari perkotaan ... dan yang terpenting orang-orang tidak akan mengenali dirinya, sebab rata-rata penghuni apartemen ini adalah lansia.

Satu yang membuat Zenia penasaran.

Sekeranjang buah lengkap dengan vitamin dan obat-obatan selalu bertengger di depan pintunya setiap pagi. Siapa yang mengirim? Zenia tidak tahu. Meskipun begitu, dia tetap menerimanya dengan senang hati.

Zenia merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang langsung menghadap jendela. Dari sini, dia dapat melihat langsung pemandangan pantai.

 Dia meraih ponselnya di saku celana. Meskipun sedikit sulit tapi dia berhasil mengambilnya. Maklum, perutnya yang kian membesar membuat gerakannya terbatas.

Hal pertama yang dilihat pada layar ponselnya adalah jam yang sudah menunjukkan pukul 13:09. Ibu jarinya kemudian menekan aplikasi instag*am.  Sudah hampir dua bulan lebih dia tidak membuka aplikasi itu. Alasannya? Terlalu takut.

Rentetan-rentetan pesan membanjiri ponselnya.

"Aku tidak akan membaca semua itu." 

Ada banyak artikel-artikel tentang dirinya yang bertebaran. Hampir semua membahas tentang kehamilannya. Zenia muak. Dengan marah ia menghapus aplikasi I*******m lalu membuang ponselnya ke lantai.

"Aku hampir depresi," lirihnya.

Zenia kemudian menangis tanpa suara.

Setelah merasa baikan, Zenia beranjak ke kamar mandi. Membasuh wajahnya yang sembab dengan air dingin lalu pergi ke kamarnya.

Di kamarnya, dia membuka bajunya. Menatap setengah tubuhnya yang telanjang di depan cermin.

"Siapa ayahmu, hm?" Zenia bahkan sudah berbicara pada janin di dalam perutnya. "bagaimana bisa ayahmu meniduriku? Aku harap kau tidak sekeji ayahmu dan juga tidak sebodoh ibumu nanti." 

Zenia menghela nafas sebelum kembali berbicara. "Semua orang meninggalkan aku. Tapi aku baik-baik saja karena kau masih bersamaku. Maafkan aku karena sudah hampir membunuhmu."

Sementara itu ....

Kerajaan Axton 1255.

Di kamar Raja Theodor.

Zein masih setia menemani ayahnya yang terbaring di atas kasur besar. Dia tidak tahu kapan ayahnya dapat kembali seperti dulu, sehat dan perkasa. Zein terlalu bosan kepada tabib yang selalu bilang kalau ayahnya akan segera sembuh, tapi buktinya, sudah tiga tahun ayahnya masih terbaring lemah. 

"Bagaimana keadaan ayah?" Emilia memasuki kamar Raja Theodor.

"Kepedulianmu tidak berguna. Pergi saja kau dari sini. Jangan pernah menanyakan keadaan ayah hanya untuk terlihat baik di depan semua orang." Dengan cepat Zein menarik tangan kurus Emilia dan membawanya keluar.

"Jangan masuk menemui ayah tanpa seizinku lagi. Aku tidak akan membiarkanmu," kata Zein dingin.

"Seluruh sudut kerajaan ini adalah milikku, aku berhak masuk diruangan manapun." 

Emilia mendorong bahu Zein.

Zein mencengkram kuat pergelangan tangan Emilia yang hendak meraih gagang pintu yang panjang. Emilia berteriak ketika adiknya itu menghempaskan tangannya begitu keras.

"Kau belum!" teriak Zein keras.

Tiba-tiba langkah kaki seseorang menggema di lorong besar istana hingg membuat dua insan itu terlaksana menoleh.

"Zein?" seorang gadis bergaun hijau tua muncul di tengah-tengah pertengkaran kakak beradik.

"Naomi? Kenapa kau ada di sini?"

"Kenapa? Perlukah aku meminta izinmu untuk datang ke sini?" 

"Aku memerintahkanmu untuk mengawasi Zenia, bukan? Lalu kenapa kau berada di kerajaan Axton?"

"Kau tidak memerintahku, Zein, tapi memohon padaku." Naomi membuang mukanya ketika menyadari tatapan Zein yang mulai menajam. "Hari ini adalah hari peringatan kematian adikku."

Zein mengangguk. Hari ini memang peringatan kematian Felicia, adik kandung Naomi.

Naomi pun pergi setelah Zein mengatakan kalau dia harus secepatnya kembali lagi untuk mengawasi Zenia.

"Emilia Brylee ... pergilah dari sini. Temui ayah jika dia sudah pulih, dengan begitu kau tidak bisa lagi menyakiti raja kerajaan ini."

Emilia menghela nafasnya pelan. Kesalahan pahaman ini lagi, pikirnya. "Harus bagaimana lagi aku menjelaskannya padamu kalau aku tidak ada hubungannya dengan kejadian malam itu!"

"Aku melihat semuanya. Kau seperti anjing liar malam itu."

Tangan Emilia mengepal sebagai bentuk kemarahannya. Dia berjalan mendekati Zein.

"Jangan menyimpulkan akhir sebuah cerita jika kau sendiri tidak pernah membacanya," Cecar Emilia lalu pergi.

Zein yang masih berdiri di depan pintu kamar ayahnya hanya menatap kepergian Emilia dengan penuh kegundahan. Muncullah keraguan dalam hatinya.

•••

Washington, jam 09:00 malam.

Zenia membuka pintu lemari kayunya, mengambil sebuah dompet hitam di antara sela-sela lipatan baju. 

Uangnya hanya tersisa 450 dollar ketika dia membuka dompet. Tidak apa-apa, dia masih bisa mengambil uangnya yang lain di bank.

"Haruskan aku memesan makanan dari luar?" gumam Zenia berfikir.

Selama masa kehamilan, kebiasaan Zenia benar-benar menyimpang. Dia hanya mandi sekali sehari dan tidak pernah memasak. Dia terlalu malas. Kehamilannya juga mengubah hidupnya. Pagi begitu mengantuk dan malam siap terjaga.

Ketukan pintu membuat tangan Zenia yang ingin meraih ponsel terhenti.

Zenia buru-buru membuka pintu. Senyumnya melebar ketika dilihatnya seorang nenek dengan dua mangkuk makanan serta sekantong buah.

"Nenek Shim?" Zenia mempersilahkan nenek Shim masuk ke dalam.

"Kali ini perayaan apalagi?" tanya Zenia bermaksud bercanda.

Nona Shim tertawa. Wanita tua renta itu meletakkan makanan dan sekantong buah di atas meja lalu berkata, "Tidak, tidak. Makanan ini terlalu banyak untuk seorang nenek yang hanya tinggal sendiri."

Mereka berdua berbincang sebentar mengenai kondisi Zenia. Nenek Shim juga memberi dia semangat dan berjanji akan ada di saat Zenia membutuhkannya. 

Zenia menutup pintu ketika nenek Shim sudah keluar.

Zenia langsung saja menyantap semua makanan di atas meja. Jambalaya dan fajitas  buatan nenek Shim benar-benar enak.

•••

10:00 malam. 

Setelah menghabiskan semua makanan pemberian nenek Sim, awalnya Zenia ingin menonton sebuah film di televisi, tapi belum juga menonton, sebuah berita tiba-tiba muncul. Lagi-lagi mengenai dirinya. Emosi, Zenia segera mematikan televisi dan memutuskan untuk tidur.

Di tengah malam ombak-ombak besar membasahi pasir pantai. Zenia terbangun karena perutnya yang sakit. Dia berguling-guling di atas tempat tidur. Air matanya mengalir. Dia menyentuh perutnya yang besar, berharap anaknya baik-baik saja di dalam sana.

Teriakannya yang keras membuat nenek Shim terbangun. Namun nenek tua itu kembali menjelajahi mimpinya seakan tidak mendengar apa-apa.

Badai kencang dengan hujan deras menutupi suara Zenia. Wanita hamil itu tak dapat menahan rasa sakit lagi dan akhirnya pingsan.

Di tengah situasi entah bagaimana Zein sudah berdiri di sisi kiri ranjang. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Lantas dia mendekati Zenia, membasuh keringat di kening gadis itu dengan pelan.

Zein meletakkan telapak tangan kanannya di atas permukaan perut Zenia. Laki-laki bersurai hitam itu dapat merasakan gerakan-gerakan kecil di dalam sana. Ia tersenyum.

Namun senyum itu hilang dalam sekejap. Zein mengelus perut Zenia dengan gerakan memutar. Lalu cahaya kuning muncul dengan samar. Dan dengan itu rasa sakit Zenia berangsur hilang.

"Kalian tidak akan merasakan sakit lagi karena aku sudah di sini. Aku melindungi kalian."

Perlahan Zein menaiki tempat tidur. Dia bergerak pelan agar tidak menimbulkan suara. Ditariknya selimut tebal ke tubuh Zenia. Diluar hujan deras dan cuaca semakin dingin. Dia menarik kepala Zenia dan menaruhnya di atas lengan kekarnya. Memeluk gadis itu untuk menyalurkan sedikit kehangatan di malam yang dingin.

Bab terkait

  • Datang Untuk Mereka   Bab 6 Persalinan

    "Perayaan esok sore?" tanya Zenia. Dia dan nenek Shim berjalan menuju apartemen. Mereka baru saja berkeliling pantai."Bergabunglah bersama kami besok. Aku hampir tidak pernah melihat seorang pun datang mengunjungimu. Jadi aku berfikir kau mungkin kesepian."Zenia miris. Memang benar bahwa dia tidak pernah kedatangan seseorang. Orang tua maupun teman-temanya tidak pernah sekalipun menanyakan kabarnya. Itu membuat hatinya sakit, tapi juga bersyukur."Kehamilanmu sudah memasuki sembilan bulan, bukan?"Zeni mengangguk."Datanglah besok dan bergabunglah bersama kami para lansia. Aku jamin kau akan banyak tertawa." Nenek Shim tertawa kecil."Tertawa bisa membuat perasaanmu bagus dan itu sangat baik untuk anakmu." kata nenek Shim lagi.Zenia menyutujui ajakan nenek Shim. Dia mengelus perutnya yang tertutupi jaket tebal berbulu. Udara sore ini sangat dingin.•••Matahari mulai terbenam dan bulan dengan pelan menu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • Datang Untuk Mereka   Bab 7 Kehilangan

    Seorang wanita berdress hijau ambruk di atas lantai keramik. Dia tidak lagi memiliki tenaga untuk menopang tubuh lemasnya. Berita putri tunggalnya yang mengalami kecelakaan membuatnya terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa, selain mengeluarkan buliran bening."Frank!" teriaknya memanggil suaminya yang berada di dapur."Kenapa kau berteriak-teriak di malam hari, huh?" Frank yang dari dapur dengan membawa dua gelas kopi."Anakku ... anak kita ...." Wanita yang hampir berumur 50 tahun itu tak dapat lagi melanjutkan perkataannya. Dia menangis sesenggukan hingga membuat suaminya kebingungan."Bicaralah yang jelas, Maudi, aku tidak bisa mengerti jika kau terus menangis." Frank mendekati Maudi dan mengelus punggungnya."Aku baru saja menonton sebuah berita yang memberitakan kalau Zenia mengalami kecelakaan tadi siang." Maudi kembali menangis, tapi masih berusaha melanjutkan kalimatnya, "Zenia juga menghilang bersama ambulans yang seh

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • Datang Untuk Mereka   Bab 8 Siapa Yang Menjadi Korban?

    Pria tua yang merupakan seorang dokter baru saja keluar dari ruangan Zenia setelah mengatakan kalau kondisi Zenia sudah sepenuhnya pulih dan sudah dibolehkan pulang.Zenia meletakkan pakaian rumah sakitnya di atas kasur putih yang empuk. Dia akhirnya akan meninggalkan ruangan berbau obat itu setelah empat hari menjalani perawatan."Ayo, sayang." Maudi merangkul pundak Zenia."Di mana ayah?""Dia ada di kantor. Rapat mendadak membuatnya tidak bisa menjemputmu.""Benarkah?"Zenia tidak yakin apakah ayahnya benar-benar sibuk dengan rapat atau sibuk dengan selingkuhannya. Zenia menggenggam tangan ibunya lembut, menyandarkan kepalanya di pundak rapuh itu.Zenia dan Maudi memasuki sebuah mobil hitam yang sudah menunggu mereka sejak tadi bersama seorang supir. Mereka berdua duduk berdampingan di kursi belakang.Diperjalanan, Zenia tidak sengaja melihat dirinya di papan reklame gedung besar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Datang Untuk Mereka   Bab 9 Bukan Bayi Zenia

    Sebuah langkah memasuki gedung Universitas yang terkenal di Amerika, Universitas Of Music namanya.Hoodie panjang selutut berwarna kuning, ditambah dengan sepatu kets bernilai ribuan dollar sangat pas di tubuh wanita cantik itu.Decakan-decakan kagum dari para mahasiswa mahasiswi membanjiri suasana pagi itu seakan telah melupakan skandal heboh Zenia beberapa bulan ini."Dia selalu bisa membuatku tidak bisa berkata apa-apa saat melihat wajahnya.""Cantik seperti dewi."Yah, itulah dua kekaguman di antara banyak pujian yang didengar Zenia.Awalnya perjalanan Zenia menuju ruang kelasnya baik-baik saja dengan pujian-pujian itu, tapi semuanya mulai memburuk ketika sebuah celaan terdengar, padahal tinggal beberapa langkah lagi di akan memasuki kelasnya.Dylan, Cherly, dan Vina menghampiri Zenia dengan tatapan jijik.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Datang Untuk Mereka   Bab 10 Yang Aku Inginkan Hanya Anakku.

    Gesekan pedang yang saling beradu dari kakak beradik itu menerima banyak desiran kagum dari para prajurit dan beberapa pelayan yang kebetulan lewat.Teriknya matahari tak melunturkan tekad mereka yang berapi-api. Emilia, si putri mahkota yang arogan dengan lihainya mengayunkan pedang ke arah leher Zein hingga empunya sendiri tak dapat melakukan perlawanan lagi.Zein mengangkat kedua tangan polosnya ke udara, tanda menyerah."Kau selalu kalah olehku yang hanya seorang wanita? Memalukan sekali." Emilia berdecih lalu menurunkan kembali pedangnya."Aku harus kalah, bukan? Aku harus memberimu kekahalanku agar kau tidak malu di depan orang-orang kita." Zein mengambil pedangnya yang sebelumnya terjatuh di atas lapangan berpasir itu."Pembohong! Akui saja kekalahanmu. Sedari dulu kau memang selalu kalah olehku. Kau hanya bisa mengeluarkan kekuatan dari kedua tanganmu, t

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Datang Untuk Mereka   Bab 11 Pengakuan Nenek Shim

    Washington, pukul 23:06.Jalan raya malam itu perlahan mulai sepi. Hanya ada 8-10 kendaraan yang masih berlalu lalang, termasuk Zenia.Setelah meninggalkan rumah Melisa, Zenia yang sudah bertekad memecahkan misteri menyedihkan yang di alaminya harus berjalan pada tengah malam untuk menemui nenek Shim.Ada banyak pertanyaan di benaknya. Siapa sebenarnya pria yang bernama Zein ini? Ke mana hilangnya anaknya? Apa alasan nenek Shim membocorkan kehamilannya kepada seluruh media?Apartemen lama Zenia yang terletak di kota kecil Seattle harus menempuh jarak 89 km, dan lama perjalanan sekitar 1 jam lebih menggunakan mobil.Di perjalanan, Zenia sempat mengisi bahan bakar dan membeli beberapa cemilan sebelum kembali memulai perjalanannya.Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi ketika Zenia telah sampai di depan gedung bernuansa cokelat muda itu. Dia terlebih dahulu memakirkan mobilnya di garasi apartemen sebelum menaiki lift untuk sampai lan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Datang Untuk Mereka   Bab 12 Empat Pemburu

    Pagi, 08:00. Zenia yang sudah tiba di rumahnya pada pukul 3 pagi itu masih terdiam di atas tempat tidur sambil memeluk bantal. Dia masih berpikir keras mencari kebohongan dalam cerita yang nenek Shim ceritakan beberapa waktu lalu. Jika dipikir secara logika, mana mungkin itu semua benar, tidak masuk akal. 'Pergilah segera. Anak-anakmu sudah ada dalam bahaya semenjak mereka lahir.' Itulah kata-kata terakhir nenek Shim sebelum Zenia pulang. Dilema. Apakah Zenia harus mempercayai semua cerita nenek Shim? Zenia meraih kantong jaketnya, mengambil selembar kain dari dalam sana. Bibirnya perlahan bergerak membaca tulisan yang tampak amburadul di atas kain. Hatinya berdegup kencang seiring kalimat-kalimat yang dibacanya. Namun, ketika tinggal satu kalimat lagi, sebuah ketukan tiba-tiba terdengar. Zenia dengan cepat menaruh kain itu di bawah bantal. "Hai! Senang melihatmu lagi." Pria bersurai cokelat muncul di balik pintu, itu a

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Datang Untuk Mereka   Bab 13 Aku Datang Untuk Anakku

    ‘Ibu?’‘Ibu .... Temukan kami dan bawa kami bersamamu!’‘Ibu!’‘Ibu!’‘Ibu!!!’Mata bulat itu terbuka lebar. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit biru yang indah. Zenia menghirup dalam-dalam udara sejuk. Sekujur tubuhnya yang basah membuat dia sedikit menggigil.“Ah?” Selembar kain besar tiba-tiba berada di atas tubuhnya.“Apa kau baik-baik saja?”Zenia yang masih terbaring melihat sekeliling. Di samping kanannya ada seorang gadis berambut merah, dan kirinya seorang gadis dengan rambut yang dikepang dua.“Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku,” rintih Zenia.“Perlahan.” Dua gadis itu membangunkan tubuh basah Zenia dan menyandarkannya pada batu besar.“Berikan kulit singa itu. Kita harus menghangatkan tubuhnya dulu,” kata Nancy kepada seorang pria yang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06

Bab terbaru

  • Datang Untuk Mereka   Bab 25 Tumbal Batu Lingkaran

    "Zenia!" "ZENIA!" "BANGUN!" Taurus mengguncang keras tubuh Zenia yang terkapar di lanta dingin. Namun, apa yang dia lakukan bahkan sama sekali tidak membuat mata wanita di depannya terbuka. Kemudian, Taurus mencari-cari sesuatu, melihat sekeliling penjara yang sempit. Ada air atau tidak. Byur! Taurus membuang gelas kayu yang sudah kosong ke arah penjaga yang tidak sadarkan diri. Kemudian, memanggil-manggil Zenia yang akhirnya telah sadarkan diri. Zenia melap air di wajah dan lehernya sebelum berdiri di balik sel menghampiri Taurus. Raut wajahnya terkejut, tapi juga senang ketika melihat Taurus. Dia melihat harapan untuk keluar. "Keluarkan aku dari sini," kata Zenia. Taurus segera meraba kantung bajunya, mengambil kunci yang sudah ia rebut susah paya dari penjaga. "Terima kasih!" Walau tubuh yang masih sedikit linglung, Zenia tetap berlari menuju kamar di mana bayi-bayinya di

  • Datang Untuk Mereka   Bab 24 Akhir Dari Felicia

    Ribuan mata melotot tak percaya sekaligus kagum ketika dengan beraninya singa berbentuk aneh itu menembus dinding neraka hingga membakar tubuhnya sampai hangus. Sesaat mereka cukup bersimpati, tapi ketika melihat dinding neraka itu sudah lenyap, mereka langsung bergegas memasuki hutan tanpa memperdulikan tubuh si singa yang kesakitan.Tinggallah Hunak sendiri bersama singa itu. Nenek tua bungkuk itu menghampiri tubuh sekarat itu secara perlahan dan tertatih."Aku tidak tahu mahkluk apa kau sebenarnya ... dan aku tidak tahu bagaimana caramu menghilangkan dinding itu. Namun, yang jelas, kau adalah pahlawan yang akan selamanya kami ingat," ucap Hunak. Selanjutnya, ia berjalan kembali ke istana meninggalkan singa bertubuh elang yang tengah mengeluarkan sisa-sisa nafasnya. Hewan itu juga mengalami kejang-kejang berulang.Baru juga beberapa langkah, Hunak membalikkan tubuh bungkuknya. Ia menatap singa hangus yang sudah tak bernyawa di atas tanah. Perlaha

  • Datang Untuk Mereka   Bab 23 Pertarungan Felicia

    Sudah sebulan semenjak kejadian di sungai itu terjadi. Malam itu, Felicia dengan rasa sakit di hatinya memutuskan untuk langsung kembali ke kerajaannya. Namun, Zein malah menghentikannya dan meminta maaf. Cinta mengalahkan segalanya. Hati Felicia yang mudah luluh pada akhirnya kembali menerima Zein, tapi Felicia ingin tetap kembali. Untuk saat itu, dia tidak ingin bertemu kakaknya.Untuk Naomi, gadis itu tetap di Axton. Dia tak juga kembali walau ayah dan ibunya meminta dia pulang ke Maxton."Kenapa anak perempuan jalan di tengah malam, huh?" Seorang lelaki dengan kurang ajarnya mendekati lalu mengelus pipi Felicia.Plak!Felicia yang risih tentu saja menampar lelaki tersebut.Berani sekali. Dia 'tak tahu siapa sebenarnya gadis yang diganggunya."Enyah kau," desis Felicia.Namun, rupanya satu tamparan tak cukup membuatnya jera. Pria itu malah mendekati Felicia lagi."Kau siapa mati?"Nyali pria itu menciut ketika Felicia

  • Datang Untuk Mereka   Bab 22 Masa Lalu Felicia

    Malam hari tiba.Felicia bersama keempat temannya pergi berburu untuk makan malam. Gadis itu tidak ingin ke istana walau Taurus terus memaksanya. Begitulah, Felicia masih sakit hati kepada Naomi, terutama Zein."Wah ... kemampuanmu berburu sudah lebih hebat dari kami. Tanganmu lihai sekali memainkan pedang," kata Nancy kagum.Malam ini, dua ekor rusa sudah ada di tangan mereka. Semua itu adalah hasil tangkapan dari Felicia."Terima kasih.""Aku akan ke sebelah sana," kata Felicia lagi.Felicia pun berjalan ke arah barat dengan obor dan pedang panjang di tangannya. Gadis itu juga sudah mengganti bajunya dengan baju hitam panjangnya yang lain.Felicia terus berjalan, memperhatikan setiap kawasan hutan yang dilewatinya, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau kini dia sudah sampai di tempat dia bertemu dengan singa tadi siang.Felicia berhenti sejenak untuk membersihkan sisa darah dari pedangnya di sungai yang tampak tenang.

  • Datang Untuk Mereka   Bab 21 Kisah Felicia

    “Aku Putri Felicia. Biarkan aku masuk.”Kedua prajurit penjaga gerbang itu lalu membuka gerbang besar istana yang terbuat dari besi. Mereka menunduk sebagai tanda hormat ketika Felicia melewati mereka.Pagi-pagi sekali Felicia meninggalkan rumah pohon serta keempat temannya yang masih terlelap. Kemarin malam mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling dan membeli banyak makanan di pasar malam, walaupun ia juga sedikit kesal karena dia tidak sempat bertemu dengan Zein.“Zein!”Baru saja memasuki istana, Felicia sudah mendapati Zein yang sedang berbincang bersama ... Naomi kakaknya. Felicia merasa seperti ‘kenapa aku harus bertemu Naomi sekarang?’“Hai! Kenapa kau baru tiba? Sejak malam kemarin aku menunggumu.”Felicia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Karena tidak enak, ia tidak berani menatap mata Zein dan malah menatap sepatu kulitnya yang lusuh. “Itu ...

  • Datang Untuk Mereka   Bab 20 Masa Lalu Felicia

    “Felicia?” “Ibu, aku ingin ke istana Axton bersama kakak Naomi, tapi dia tidak mau membawaku. Aku ingin bertemu Zein.” Wanita bermata sipit dan bergaun putih itu mengelus lembut surai hitam anak keduanya. “Tidak apa-apa. Jangan khawatir. Kau bisa pergi tanpa Naomi. Para prajurit ada untuk membawamu ke sana, bukan?” Seketika senyum lebar yang manis itu terbit. Memperlihatkan gigi seputih susu yang rapi. “Sebenarnya ibu ... aku bisa pergi sendiri tanpa kawalan prajurit istana. Aku sering melakukan itu diam-diam, sebab aku tidak pernah diperbolehkan Naomi untuk bertemu Zein, jadi aku melakukan perjalanan diam-diam. Aku harap ibu tidak marah sampai menghukumku.” Terdengar tawa lembut dari mulut wanita itu. Walaupun hampir memasuki kepala lima, Ratu Nalinks masih terlihat seperti kakak kedua anak gadisnya. “Tidak apa-apa, sayang. Santai saja, asal tidak terluka. Tapi, kenapa kakakmu selalu melarangmu pergi ke istana Axton? Apa karena empat

  • Datang Untuk Mereka   Bab 19 Tertangkap

    Gelap.Ketika membuka mata bulatnya, Zenia hanya melihat kegelapan. Tidak ada cahaya sama sekali, udara di ruangan itu juga panas.“Halo? Ada seseorang di sini?” Zenia memaksakan kakinya yang terasa sakit untuk berdiri, lalu berjalan pelan mencari pintu keluar.Setelah menaiki tangga yang cukup panjang, barulah ia menemukan cahaya. Zenia menengok ke belakang, ternyata tadi dia berada di ruangan bawa tanah, pantas saja gelap dan pengap.“Ramalan itu ternyata benar.” Seorang wanita bergaun merah datang dan mendorong tubuh Zenia hingga tersungkur.Zenia meringis, rasa sakit di sekujur tubuhnya kian menambah karena ulah wanita yang tidak dia ketahui siapa.“Siapa kau?” Kekesalan Zenia begitu terasa.“Ratu Emilia.”Dengan susah payah Zenia berdiri. “Di mana anakku?” geramnya.“Anakmu?” Emilia menghampiri Zenia. Mencengkam dagu gadis lemah itu dengan kuat.

  • Datang Untuk Mereka   Bab 18 Rencana Yang Gagal

    Tubuh Zenia menegang. Nafasnya memburu. Keringat pun mulai membasahi telapak tangannya. Perlahan dia berbalik, tapi seseorang yang berdiri di depannya itu membuatnya dapat bernapas lega."Ayo, kita harus cepat. Pangeran Taurus ada di sekitar sini. Dia mungkin mulai menyadari siapa dirimu." Taurus mengambil tangan Zenia lalu menariknya keluar dari ruangan yang berisi alat-alat perang.Setelah berjalan dalam kewaspadaan, Zenia dan Taurus pun sampai di depan pintu sebuah kamar. Dalam satu hembusan nafas, Zenia dengan gemetar membuka pintu tersebut. Hal pertama yang dilihatnya adalah tiga pengasuh wanita yang tergeletak di lantai. Dia dan Taurus berjalan masuk lebih dalam lagi."Zenia?"Zenia menoleh ke sudut ruangan. Di sana berdiri Nancy bersama Moana, serta ... seorang bayi laki-laki. Zenia segera menghampiri mereka."Bayiku?" tanya Zenia tak percaya. Air mata gadis itu sudah mengalir membasahi kedua pipinya.Nancy dan Moana

  • Datang Untuk Mereka   Bab 17 Penari Yang Menjijikkan

    "Aku akan masuk setelah kau berada di dalam istana. Beri aku sebuah kode perintah saat kau selesai menari. Mengerti?"Zenia mengangguk pelan. "Kodeku adalah 'Z'," kata Zenia.Taurus mengangguk, lalu berlari menuju belakang istana.Zenia menatap bangunan besar istana di depannya. Dia merasa sedikit gugup."Jumlah kita sudah lengkap, ayo kita masuk!"Suara Ibu Moana membuat kegugupan Zenia semakin besar, begitu juga dengan tekadnya. Apa pun bahaya yang nanti menimpanya di dalam sana, Zenia percaya itu tidak akan cukup membuatnya terbunuh, karena dia adalah seorang ibu.Suasana yang awalnya riuh mendadak hening ketika Zenia dan sembilan penari lainnya memasuki aula pesta."Hei, kenapa kalian menutup separuh wajah kalian dengan kain hitam?" Seorang pangeran yang entah dari kerajaan mana bersuara. Tampaknya dia sedang kesal karena tak bisa menikmati wajah cantik para penari seutuhnya.Ibu Moana yang merup

DMCA.com Protection Status