Share

Bab 4 Bayi

Author: Azled
last update Last Updated: 2021-07-22 10:02:14

"Zenia Mecca!"

"Zenia Mecca!"

"Zenia! Kami mencintaimu!"

Sorak-sorakan para Zeirs, sebutan untuk penggemar Zenia, memenuhi seluruh studio ketika pembawa acara mengungumkan jika gadis cantik itu mendapat penghargaan Billboard Chart.

Malam ini adalah momen membanggakan yang tidak akan pernah hengkang dari ingatannya. Begitu banyak kesulitan dilewati gadis berusia 18 tahun itu. Wajah cantik bak dewi merupakan salah satu alasan dirinya banyak mendapat kebencian. Mereka berpendapat kalau Zenia hanya mengandalkan parasnya, perihal bakat, dia tidak punya sama sekali.

'Paras Menutupi Segalanya'

Itulah judul artikel mengenai Zenia ketika awal-awal debut. Stress? Sudah pasti, tapi dia berhasil bertahan dan terus berjalan.

"Selamat, ya. Aku juga adalah penggemarmu," kata salah satu pembawa acara.

Zenia tersenyum. Dia kembali mengenang masa-masa sulitnya. Jika sekarang penggemarnya hampir ada diseluruh dunia, maka dulu berbeda. Dahulu, penggemarnya tak sampai 500 orang. Yah, jika dihitung-hitung.

Zenia menerima piala penghargaan dari salah satu pembawa acara yang lain. Dia mengambilnya dengan hati-hati.

"Halo!" Gadis dengan gaun sepanjang mata kaki itu memulai pidato singkatnya.

"Aku tidak mampu mengatakan apa pun. Aku hanya ingin menangis. Teruntuk kalian yang mencintai aku, aku berterima kasih." 

Dylan, satu satu penyanyi pendatang yang juga hadir pada acara malam itu melihat Zenia di layar besar dengan sinis. 

Zenia mengakhiri ucapannya dengan ucapan terima kasih. Namun, belum juga menuruni panggung, sesuatu terjadi padanya. 

"Huek!" Zenia membekap mulutnya cepat. Sial! Bahkan mikrofon panjang itu masih di depan bibirnya. Semua orang mendengar. 

Zenia menuruni panggung dengan rasa malu.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Yoshi khawatir.

Zenia tak menghiraukan Yoshi. Dia segera memasuki toilet lalu memuntahkan isi perutnya ke dalam kloset. Tubuhnya lemas setelah itu.

"Kenapa aku--" Zenia kembali berhadapan dengan lubang kloset. Kali ini, hanya air yang keluar. 

Setelah dirasa baik-baik saja, Zenia membasahi wajahnya menggunakan air dari keran wastafel. Dia menatap wajah pucatnya di kaca.

"Kau hamil?" Di pintu masuk, Dylan berdiri dengan bersilang tangan.

Zenia melihat sebentar Dylan dari cermin kemudian kembali lagi menatap wajahnya di cermin. "Tutup mulutmu sebelum aku menutupnya dengan tisu toilet."

"Kau seharusnya tidak perlu marah jika ini salah."

"Tutup mulutmu, Dylan! Kenapa kau selalu mencampuri urusanku?" 

Zenia menepis tangan kiri Dylan ketika gadis menyebalkan itu hendak menyentuh buah dadanya. Kurang ajar.

"Lihatlah wajah dan seluruh tubuhmu. Mereka membengkak. Apa kau yakin tidak hamil?

Zenia semakin panas. Dia ingin sekali menampar lalu membenturkan wajah gadis bergaun putih sepaha itu ke tembok. Andai dia bisa. Beruntunglah karena Zenia hampir tidak bertenaga.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan tubuhmu? Apa kau tidak sadar kalau tubuhmu ini sudah seperti orang yang baru saja melahirkan? Longgar." 

Dylan tampak kalut. Gadis berambut pendek itu memegang perutnya. 

"Ibuku seorang dokter spesialis kandungan. Aku tahu tentang kehamilan, walaupun sedikit." kata Dylan. Suaranya tidak selantang tadi.

"Kegugupanmu menjelaskan semuanya."

"Aku tidak gugup!"

"Sudahlah. Aku tidak peduli dengan hidupmu, jadi berhentilah mengurus hidupku juga!",

Zenia pergi setelah membuat Dylan bungkam dalam emosi. Tidak lupa juga dia membawa serta trofi penghargaannya.

Dikarenakan tubuh yang lemas dan nyeri kepala, Zenia memutuskan untuk pulang tanpa menunggu usainya acara penghargaan bergengsi di Amerika Serikat itu. Dia diantar oleh Yoshi, manajernya.

Dalam perjalanan pulang, Zenia sempat singgah di apotek untuk membeli obat. Awalnya, Yoshi menawarkan diri untuk membelikannya, tapi di tolak.

Zenia memasuki apotek. Dia memakai jaket hitam besar untuk menutupi setengah gaunnya. Tidak lupa juga dengan sebuah kacamata dan masker. 

Seperti biasa, apotek itu tidak terlalu ramai. Hanya ada tujuh sampai 10 orang, termasuk dua orang perawat dan seorang dokter.

"Halo! Apa kau perlu sesuatu?" salah satu perawat menghampiri Zenia.

"Ah, iya. Aku butuh obat untuk meredakan sakit kepala."

Perawat itu mengangguk lalu mengajak Zenia ke depan meja kasir.

Sebuah benda persegi panjang berwarna biru menarik perhatian Zenia. 

"Apa ini alat tes kehamilan?" tanya Zenia.

"Iya benar."

Terlintas perkataan Dylan sewaktu di toilet. Hamil? Zenia tidak tahu dan dia takut. Benarkah dia hamil? Tapi dengan siapa? Dia tidak dekat dia pria manapun, jadi bagaimana bisa hal itu terjadi kepadanya. Namun ... sudah beberapa bulan ini dia tidak menstruasi.

Brak!

Tidak sengaja Zenia menjatuhkan botol obat. Dia segera mengambil benda panjang itu lalu meminta maaf.

"Tidak apa-apa. Ini obatmu."

Zenia menerima obat pereda nyeri kepala yang sudah terbungkus dalam kantong plastik. Dia lalu membayar senilai 5 dolar kepada perawat berambut pirang.

Zenia tidak langsung pergi setelah membayar. Alat tes kehamilan itu ... apa dia harus membelinya juga?

"Apa ada yang kau butuh, Nona?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari sebuah ruangan yang entah ruangan apa.

"Ti-tidak." Zenia segera meninggalkan apotek dan kembali ke mobil. Namun, sebelum memasuki kendaraan berwarna hitam itu, dia kembali melihat gedung apotek yang baru saja ditinggalkannya. Takut, ragu, bingung dan entah perasaan apa lagi yang ada dalam hatinya. 

"Cepat masuk. Udara di luar sangat dingin." kata Yoshi.

"Aku segera kembali." 

Zenia berlari dan memasuki apotek kembali. Dengan satu helaan, dia langsung mengambil alat kehamilan yang membuat hatinya gundah. 

"Aku beli ini," kata Zeni mantap.

Awalnya dokter sempat kebingungan, tapi akhirnya dia membungkus alat tes    kehamilan itu lalu memberikannya kepada Zenia.

"Berapa usiamu? Kau sepertinya masih muda," tanya dokter yang sudah berusia setengah abad.

"Sebentar lagi usiaku 19 tahun."

Tidak ingin terlalu lama, Zenia segera pergi sebelum dokter tua itu bertanya lagi.

•••

Sesampainya di rumah, Zenia segera memasuki toilet kamarnya. Dia bahkan tidak peduli lagi dengan nyeri kepalanya. Saat ini, dia ingin segera membuktikan kalau dia tidak hamil. Lagipula dia tidak pernah sekalipun berhubungan badan.

Pertama-tama, Zenia membaca petunjuk penggunaan pada kemasan, setelah itu dia memulai tesnya.

10 menit berlalu ....

Dua garis merah.

Tanpa sadar Zenia menjatuhkan alat tes kehamilan itu ke lantai. Dia menutup mulutnya yang gemetar. Matanya memerah. Apa yang baru saja dilihatnya tidak dapat dipercaya. 

Zenia mengambil kembali benda kecil itu. Melihat kembali dua garis merah di sana. 

Prak!

Alat itu jatuh untuk kedua kalinya. Zenia ketakutan dan tubuhnya semakin melemas. Untuk menopang tubuhnya saja tidak mampu. Dia akhirnya terduduk di atas lantai toilet yang dingin. 

"Nona Zenia, apakah perlu saya menyiapkan makan malam untuk anda?" tanya salah satu pelayan yang sudah berdiri di luar kamar mandi.

Zenia segera membuang alat tes kehamilannya ke dalam tong sampah. Panik.

"Iya. Bawa ke kamarku jika sudah."

Seusai pelayan itu pergi, Zenia berganti pakaian tanpa mandi terlebih dahulu. Dia menggantung gaun putihnya lalu memakai kaos lengan panjang dan celana sepanjang mata kaki. Zenia juga memakai kaos kaki mengingat udara yang semakin dingin, apalagi ini sudah malam.

Setelah semua selesai, Zenia menaiki tempat tidurnya yang hangat. Dia kembali memikirkan hasil positif yang tertera dia alat tes kehamilan tadi. Mungkin alatnya rusak, pikir Zenia.

Dia meraih ponselnya di atas meja. Membuka aplikasi g****e lalu mengetik 'Tanda-tanda kehamilan' pada pencarian.

Hampir semua yang tertera pada g****e pernah dialaminya dalam beberapa bulan ini, seperti mual dan muntah yang baru saja dirasakannya, buang air kecil lebih sering, dan masih ada lagi. Walaupun demikian, dia masih tidak bisa percaya jika dirinya hamil.

Untuk memastikan, dia berencana pergi ke rumah sakit esok hari.

Lamunan Zenia buyar ketika terdengar ketukan pada pintu kamarnya. Seorang pelayan masuk dengan membawa beberapa makanan, salah satunya adalah sup favoritnya.

"Makanlah, Nona. Anda tampak tidak sehat."

Zenia mengangguk. Ya ... tubuhnya memang masih lemas dan dia akan meminum obat setelah makan.

•••

Gadis berhoodie hijau tua dengan masker dan kacamata di wajahnya itu baru saja sampai di rumah sakit. Dia sudah membuat janji dengan seorang dokter kandungan hari ini. 

Setelah menunggu beberapa menit, Zenia diarahkan oleh seorang perawat untuk langsung menemui dokter kandungan di lantai dua.

"Hai! Selamat siang." sapa Yasmin si dokter spesialis kandungan.

"Selamat siang." Zenia membuka kacamata beserta maskernya. Di ruangan ini dia tidak perlu menyembunyikan identitasnya.

"Zenia Mecca, silahkan duduk."

"Terima kasih."

"Apa sebelumnya kau sudah memeriksa dengan alat tes kehamilan?" 

Zenia mengangguk. "Iya. Aku sudah memeriksanya kemarin malam dan hasilnya positif, tapi kurasa alat itu rusak. Aku tidak pernah berhubungan badan dengan siapapun. Ini tidak masuk akal."

"Benarkah? Bagaimana dengan menstruasimu? Lancar?"

Zenia terdiam. Dia mengingat-ingat kapan terakhir kali menstruasinya.

"Aku rasa ... empat bulan yang lalu, tapi itu disebabkan karena stress."

"Baiklah. Apa kau merasakan mual?"

"Kemarin malam. Bahkan pagi ini juga." Zenia kembali mengingat kejadian pagi ini dimana dia merasakan mual hebat ketika menghirup aroma parfumnya sendiri.

"Untuk lebih memastikan ... aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Dokter Yasmin kemudian menusukkan sebuah jarum pada jari telunjuk Zenia. Mengambil setetes darah untuk melakukan tes kehamilan. 

Zenia dengan kecemasannya menunggu hasil yang akan diberitahukan oleh dokter Yasmin. Sepuluh menit berlalu namun dokter  Yasmin belum juga mengatakan apa-apa. Zenia hanya bisa berharap ketakutannya tidak menjadi nyata. 

"Zenia ..." panggil dokter Yasmin. 

"Bagaiaman hasilnya? Negatif?"

"Positif."

"A-apa?" 

"Kau positif hamil, Zenia Mecca. Kandunganmu sudah berusia empat bulan dan sebentar lagi akan memasuki lima bulan."

"Kau bohong! Aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun sehingga aku mengandung seperti ini!"

"Maafkan aku ... tapi itu memang hasilnya."

Zenia tidak tahu lagi harus mengeluarkan kata apa. Dia begitu syok dan tidak berkedip sekalipun. Perasaan, masa depan, dan kehormatannya sudah hancur. Dan tidak lama lagi karirnya juga akan hancur. 

"Ini tidak mungkin ..." lirihnya.

"Cobalah untuk berbahagia. Stress akan membuat kau dan janinmu dalam bahaya." 

Setidaknya itulah kata-kata terakhir sang dokter yang masih jelas terdengar di telinga Zenia ketika dia meninggalkan ruangan spesialis kandungan.

Zenia bahkan melupakan kacamata dan maskernya di ruangan itu.

Sedangkan di sisi lain rumah sakit, Dylan tak sengaja melihat Zenia yang keluar dari ruangan ibunya. Dia menyipitkan matanya curiga. Untuk mengetahui lebih dalam, dia memutuskan untuk menemui ibunya. Namun, lagi-lagi terhenti ketika seorang wanita tua memasuki ruangan ibunya.

"Jika apa yang aku pikirkan benar, aku akan benar-benar menjatuhkan gadis sombong itu ke jurang yang paling dalam."

Related chapters

  • Datang Untuk Mereka   Bab 5 Aku Di Sini

    3 bulan kemudian."Zenia, masuklah. Kenapa kau di luar? Dokter sudah menunggu."Zenia menepis kasar tangan Yoshi. "Tidak! Aku berubah pikiran. Aku mau pergi!""Ini akan membuat hidupmu kembali normal. Kau relakan itu demi karirmu. Semua akan baik-baik saja, Zenia.""Kau salah. Setelah menggugurkan anak ini aku akan lebih menderita. Aku akan hidup sebagai pembunuh nyawa yang tidak berdosa!"Zenia meninggalkan Yoshi yang tampak syok. Dia tidak peduli dengan karirnya. Dalam hati Zenia mengutuk dirinya karena sebelumnya mau saja dibawa Yoshi ke rumah sakit untuk menggugurkan janinnya.Tiga bulan lalu adalah awal dari kehancuran hidupnya. Entah bagaimana dan siapa yang memberitahu media tentang kehamilannya. Semuanya menjadi berantakan saat itu.Perut Zenia kian membesar. Usia kehamilannya sudah memasuki tujuh bulan. Seiring dengan itu namanya semakin hangat diperbincangkan di berbagai stasiun televisi maupun medi

    Last Updated : 2021-07-23
  • Datang Untuk Mereka   Bab 6 Persalinan

    "Perayaan esok sore?" tanya Zenia. Dia dan nenek Shim berjalan menuju apartemen. Mereka baru saja berkeliling pantai."Bergabunglah bersama kami besok. Aku hampir tidak pernah melihat seorang pun datang mengunjungimu. Jadi aku berfikir kau mungkin kesepian."Zenia miris. Memang benar bahwa dia tidak pernah kedatangan seseorang. Orang tua maupun teman-temanya tidak pernah sekalipun menanyakan kabarnya. Itu membuat hatinya sakit, tapi juga bersyukur."Kehamilanmu sudah memasuki sembilan bulan, bukan?"Zeni mengangguk."Datanglah besok dan bergabunglah bersama kami para lansia. Aku jamin kau akan banyak tertawa." Nenek Shim tertawa kecil."Tertawa bisa membuat perasaanmu bagus dan itu sangat baik untuk anakmu." kata nenek Shim lagi.Zenia menyutujui ajakan nenek Shim. Dia mengelus perutnya yang tertutupi jaket tebal berbulu. Udara sore ini sangat dingin.•••Matahari mulai terbenam dan bulan dengan pelan menu

    Last Updated : 2021-07-25
  • Datang Untuk Mereka   Bab 7 Kehilangan

    Seorang wanita berdress hijau ambruk di atas lantai keramik. Dia tidak lagi memiliki tenaga untuk menopang tubuh lemasnya. Berita putri tunggalnya yang mengalami kecelakaan membuatnya terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa, selain mengeluarkan buliran bening."Frank!" teriaknya memanggil suaminya yang berada di dapur."Kenapa kau berteriak-teriak di malam hari, huh?" Frank yang dari dapur dengan membawa dua gelas kopi."Anakku ... anak kita ...." Wanita yang hampir berumur 50 tahun itu tak dapat lagi melanjutkan perkataannya. Dia menangis sesenggukan hingga membuat suaminya kebingungan."Bicaralah yang jelas, Maudi, aku tidak bisa mengerti jika kau terus menangis." Frank mendekati Maudi dan mengelus punggungnya."Aku baru saja menonton sebuah berita yang memberitakan kalau Zenia mengalami kecelakaan tadi siang." Maudi kembali menangis, tapi masih berusaha melanjutkan kalimatnya, "Zenia juga menghilang bersama ambulans yang seh

    Last Updated : 2021-07-25
  • Datang Untuk Mereka   Bab 8 Siapa Yang Menjadi Korban?

    Pria tua yang merupakan seorang dokter baru saja keluar dari ruangan Zenia setelah mengatakan kalau kondisi Zenia sudah sepenuhnya pulih dan sudah dibolehkan pulang.Zenia meletakkan pakaian rumah sakitnya di atas kasur putih yang empuk. Dia akhirnya akan meninggalkan ruangan berbau obat itu setelah empat hari menjalani perawatan."Ayo, sayang." Maudi merangkul pundak Zenia."Di mana ayah?""Dia ada di kantor. Rapat mendadak membuatnya tidak bisa menjemputmu.""Benarkah?"Zenia tidak yakin apakah ayahnya benar-benar sibuk dengan rapat atau sibuk dengan selingkuhannya. Zenia menggenggam tangan ibunya lembut, menyandarkan kepalanya di pundak rapuh itu.Zenia dan Maudi memasuki sebuah mobil hitam yang sudah menunggu mereka sejak tadi bersama seorang supir. Mereka berdua duduk berdampingan di kursi belakang.Diperjalanan, Zenia tidak sengaja melihat dirinya di papan reklame gedung besar.

    Last Updated : 2021-07-27
  • Datang Untuk Mereka   Bab 9 Bukan Bayi Zenia

    Sebuah langkah memasuki gedung Universitas yang terkenal di Amerika, Universitas Of Music namanya.Hoodie panjang selutut berwarna kuning, ditambah dengan sepatu kets bernilai ribuan dollar sangat pas di tubuh wanita cantik itu.Decakan-decakan kagum dari para mahasiswa mahasiswi membanjiri suasana pagi itu seakan telah melupakan skandal heboh Zenia beberapa bulan ini."Dia selalu bisa membuatku tidak bisa berkata apa-apa saat melihat wajahnya.""Cantik seperti dewi."Yah, itulah dua kekaguman di antara banyak pujian yang didengar Zenia.Awalnya perjalanan Zenia menuju ruang kelasnya baik-baik saja dengan pujian-pujian itu, tapi semuanya mulai memburuk ketika sebuah celaan terdengar, padahal tinggal beberapa langkah lagi di akan memasuki kelasnya.Dylan, Cherly, dan Vina menghampiri Zenia dengan tatapan jijik.&nb

    Last Updated : 2021-07-28
  • Datang Untuk Mereka   Bab 10 Yang Aku Inginkan Hanya Anakku.

    Gesekan pedang yang saling beradu dari kakak beradik itu menerima banyak desiran kagum dari para prajurit dan beberapa pelayan yang kebetulan lewat.Teriknya matahari tak melunturkan tekad mereka yang berapi-api. Emilia, si putri mahkota yang arogan dengan lihainya mengayunkan pedang ke arah leher Zein hingga empunya sendiri tak dapat melakukan perlawanan lagi.Zein mengangkat kedua tangan polosnya ke udara, tanda menyerah."Kau selalu kalah olehku yang hanya seorang wanita? Memalukan sekali." Emilia berdecih lalu menurunkan kembali pedangnya."Aku harus kalah, bukan? Aku harus memberimu kekahalanku agar kau tidak malu di depan orang-orang kita." Zein mengambil pedangnya yang sebelumnya terjatuh di atas lapangan berpasir itu."Pembohong! Akui saja kekalahanmu. Sedari dulu kau memang selalu kalah olehku. Kau hanya bisa mengeluarkan kekuatan dari kedua tanganmu, t

    Last Updated : 2021-08-02
  • Datang Untuk Mereka   Bab 11 Pengakuan Nenek Shim

    Washington, pukul 23:06.Jalan raya malam itu perlahan mulai sepi. Hanya ada 8-10 kendaraan yang masih berlalu lalang, termasuk Zenia.Setelah meninggalkan rumah Melisa, Zenia yang sudah bertekad memecahkan misteri menyedihkan yang di alaminya harus berjalan pada tengah malam untuk menemui nenek Shim.Ada banyak pertanyaan di benaknya. Siapa sebenarnya pria yang bernama Zein ini? Ke mana hilangnya anaknya? Apa alasan nenek Shim membocorkan kehamilannya kepada seluruh media?Apartemen lama Zenia yang terletak di kota kecil Seattle harus menempuh jarak 89 km, dan lama perjalanan sekitar 1 jam lebih menggunakan mobil.Di perjalanan, Zenia sempat mengisi bahan bakar dan membeli beberapa cemilan sebelum kembali memulai perjalanannya.Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi ketika Zenia telah sampai di depan gedung bernuansa cokelat muda itu. Dia terlebih dahulu memakirkan mobilnya di garasi apartemen sebelum menaiki lift untuk sampai lan

    Last Updated : 2021-08-03
  • Datang Untuk Mereka   Bab 12 Empat Pemburu

    Pagi, 08:00. Zenia yang sudah tiba di rumahnya pada pukul 3 pagi itu masih terdiam di atas tempat tidur sambil memeluk bantal. Dia masih berpikir keras mencari kebohongan dalam cerita yang nenek Shim ceritakan beberapa waktu lalu. Jika dipikir secara logika, mana mungkin itu semua benar, tidak masuk akal. 'Pergilah segera. Anak-anakmu sudah ada dalam bahaya semenjak mereka lahir.' Itulah kata-kata terakhir nenek Shim sebelum Zenia pulang. Dilema. Apakah Zenia harus mempercayai semua cerita nenek Shim? Zenia meraih kantong jaketnya, mengambil selembar kain dari dalam sana. Bibirnya perlahan bergerak membaca tulisan yang tampak amburadul di atas kain. Hatinya berdegup kencang seiring kalimat-kalimat yang dibacanya. Namun, ketika tinggal satu kalimat lagi, sebuah ketukan tiba-tiba terdengar. Zenia dengan cepat menaruh kain itu di bawah bantal. "Hai! Senang melihatmu lagi." Pria bersurai cokelat muncul di balik pintu, itu a

    Last Updated : 2021-08-06

Latest chapter

  • Datang Untuk Mereka   Bab 25 Tumbal Batu Lingkaran

    "Zenia!" "ZENIA!" "BANGUN!" Taurus mengguncang keras tubuh Zenia yang terkapar di lanta dingin. Namun, apa yang dia lakukan bahkan sama sekali tidak membuat mata wanita di depannya terbuka. Kemudian, Taurus mencari-cari sesuatu, melihat sekeliling penjara yang sempit. Ada air atau tidak. Byur! Taurus membuang gelas kayu yang sudah kosong ke arah penjaga yang tidak sadarkan diri. Kemudian, memanggil-manggil Zenia yang akhirnya telah sadarkan diri. Zenia melap air di wajah dan lehernya sebelum berdiri di balik sel menghampiri Taurus. Raut wajahnya terkejut, tapi juga senang ketika melihat Taurus. Dia melihat harapan untuk keluar. "Keluarkan aku dari sini," kata Zenia. Taurus segera meraba kantung bajunya, mengambil kunci yang sudah ia rebut susah paya dari penjaga. "Terima kasih!" Walau tubuh yang masih sedikit linglung, Zenia tetap berlari menuju kamar di mana bayi-bayinya di

  • Datang Untuk Mereka   Bab 24 Akhir Dari Felicia

    Ribuan mata melotot tak percaya sekaligus kagum ketika dengan beraninya singa berbentuk aneh itu menembus dinding neraka hingga membakar tubuhnya sampai hangus. Sesaat mereka cukup bersimpati, tapi ketika melihat dinding neraka itu sudah lenyap, mereka langsung bergegas memasuki hutan tanpa memperdulikan tubuh si singa yang kesakitan.Tinggallah Hunak sendiri bersama singa itu. Nenek tua bungkuk itu menghampiri tubuh sekarat itu secara perlahan dan tertatih."Aku tidak tahu mahkluk apa kau sebenarnya ... dan aku tidak tahu bagaimana caramu menghilangkan dinding itu. Namun, yang jelas, kau adalah pahlawan yang akan selamanya kami ingat," ucap Hunak. Selanjutnya, ia berjalan kembali ke istana meninggalkan singa bertubuh elang yang tengah mengeluarkan sisa-sisa nafasnya. Hewan itu juga mengalami kejang-kejang berulang.Baru juga beberapa langkah, Hunak membalikkan tubuh bungkuknya. Ia menatap singa hangus yang sudah tak bernyawa di atas tanah. Perlaha

  • Datang Untuk Mereka   Bab 23 Pertarungan Felicia

    Sudah sebulan semenjak kejadian di sungai itu terjadi. Malam itu, Felicia dengan rasa sakit di hatinya memutuskan untuk langsung kembali ke kerajaannya. Namun, Zein malah menghentikannya dan meminta maaf. Cinta mengalahkan segalanya. Hati Felicia yang mudah luluh pada akhirnya kembali menerima Zein, tapi Felicia ingin tetap kembali. Untuk saat itu, dia tidak ingin bertemu kakaknya.Untuk Naomi, gadis itu tetap di Axton. Dia tak juga kembali walau ayah dan ibunya meminta dia pulang ke Maxton."Kenapa anak perempuan jalan di tengah malam, huh?" Seorang lelaki dengan kurang ajarnya mendekati lalu mengelus pipi Felicia.Plak!Felicia yang risih tentu saja menampar lelaki tersebut.Berani sekali. Dia 'tak tahu siapa sebenarnya gadis yang diganggunya."Enyah kau," desis Felicia.Namun, rupanya satu tamparan tak cukup membuatnya jera. Pria itu malah mendekati Felicia lagi."Kau siapa mati?"Nyali pria itu menciut ketika Felicia

  • Datang Untuk Mereka   Bab 22 Masa Lalu Felicia

    Malam hari tiba.Felicia bersama keempat temannya pergi berburu untuk makan malam. Gadis itu tidak ingin ke istana walau Taurus terus memaksanya. Begitulah, Felicia masih sakit hati kepada Naomi, terutama Zein."Wah ... kemampuanmu berburu sudah lebih hebat dari kami. Tanganmu lihai sekali memainkan pedang," kata Nancy kagum.Malam ini, dua ekor rusa sudah ada di tangan mereka. Semua itu adalah hasil tangkapan dari Felicia."Terima kasih.""Aku akan ke sebelah sana," kata Felicia lagi.Felicia pun berjalan ke arah barat dengan obor dan pedang panjang di tangannya. Gadis itu juga sudah mengganti bajunya dengan baju hitam panjangnya yang lain.Felicia terus berjalan, memperhatikan setiap kawasan hutan yang dilewatinya, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau kini dia sudah sampai di tempat dia bertemu dengan singa tadi siang.Felicia berhenti sejenak untuk membersihkan sisa darah dari pedangnya di sungai yang tampak tenang.

  • Datang Untuk Mereka   Bab 21 Kisah Felicia

    “Aku Putri Felicia. Biarkan aku masuk.”Kedua prajurit penjaga gerbang itu lalu membuka gerbang besar istana yang terbuat dari besi. Mereka menunduk sebagai tanda hormat ketika Felicia melewati mereka.Pagi-pagi sekali Felicia meninggalkan rumah pohon serta keempat temannya yang masih terlelap. Kemarin malam mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling dan membeli banyak makanan di pasar malam, walaupun ia juga sedikit kesal karena dia tidak sempat bertemu dengan Zein.“Zein!”Baru saja memasuki istana, Felicia sudah mendapati Zein yang sedang berbincang bersama ... Naomi kakaknya. Felicia merasa seperti ‘kenapa aku harus bertemu Naomi sekarang?’“Hai! Kenapa kau baru tiba? Sejak malam kemarin aku menunggumu.”Felicia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Karena tidak enak, ia tidak berani menatap mata Zein dan malah menatap sepatu kulitnya yang lusuh. “Itu ...

  • Datang Untuk Mereka   Bab 20 Masa Lalu Felicia

    “Felicia?” “Ibu, aku ingin ke istana Axton bersama kakak Naomi, tapi dia tidak mau membawaku. Aku ingin bertemu Zein.” Wanita bermata sipit dan bergaun putih itu mengelus lembut surai hitam anak keduanya. “Tidak apa-apa. Jangan khawatir. Kau bisa pergi tanpa Naomi. Para prajurit ada untuk membawamu ke sana, bukan?” Seketika senyum lebar yang manis itu terbit. Memperlihatkan gigi seputih susu yang rapi. “Sebenarnya ibu ... aku bisa pergi sendiri tanpa kawalan prajurit istana. Aku sering melakukan itu diam-diam, sebab aku tidak pernah diperbolehkan Naomi untuk bertemu Zein, jadi aku melakukan perjalanan diam-diam. Aku harap ibu tidak marah sampai menghukumku.” Terdengar tawa lembut dari mulut wanita itu. Walaupun hampir memasuki kepala lima, Ratu Nalinks masih terlihat seperti kakak kedua anak gadisnya. “Tidak apa-apa, sayang. Santai saja, asal tidak terluka. Tapi, kenapa kakakmu selalu melarangmu pergi ke istana Axton? Apa karena empat

  • Datang Untuk Mereka   Bab 19 Tertangkap

    Gelap.Ketika membuka mata bulatnya, Zenia hanya melihat kegelapan. Tidak ada cahaya sama sekali, udara di ruangan itu juga panas.“Halo? Ada seseorang di sini?” Zenia memaksakan kakinya yang terasa sakit untuk berdiri, lalu berjalan pelan mencari pintu keluar.Setelah menaiki tangga yang cukup panjang, barulah ia menemukan cahaya. Zenia menengok ke belakang, ternyata tadi dia berada di ruangan bawa tanah, pantas saja gelap dan pengap.“Ramalan itu ternyata benar.” Seorang wanita bergaun merah datang dan mendorong tubuh Zenia hingga tersungkur.Zenia meringis, rasa sakit di sekujur tubuhnya kian menambah karena ulah wanita yang tidak dia ketahui siapa.“Siapa kau?” Kekesalan Zenia begitu terasa.“Ratu Emilia.”Dengan susah payah Zenia berdiri. “Di mana anakku?” geramnya.“Anakmu?” Emilia menghampiri Zenia. Mencengkam dagu gadis lemah itu dengan kuat.

  • Datang Untuk Mereka   Bab 18 Rencana Yang Gagal

    Tubuh Zenia menegang. Nafasnya memburu. Keringat pun mulai membasahi telapak tangannya. Perlahan dia berbalik, tapi seseorang yang berdiri di depannya itu membuatnya dapat bernapas lega."Ayo, kita harus cepat. Pangeran Taurus ada di sekitar sini. Dia mungkin mulai menyadari siapa dirimu." Taurus mengambil tangan Zenia lalu menariknya keluar dari ruangan yang berisi alat-alat perang.Setelah berjalan dalam kewaspadaan, Zenia dan Taurus pun sampai di depan pintu sebuah kamar. Dalam satu hembusan nafas, Zenia dengan gemetar membuka pintu tersebut. Hal pertama yang dilihatnya adalah tiga pengasuh wanita yang tergeletak di lantai. Dia dan Taurus berjalan masuk lebih dalam lagi."Zenia?"Zenia menoleh ke sudut ruangan. Di sana berdiri Nancy bersama Moana, serta ... seorang bayi laki-laki. Zenia segera menghampiri mereka."Bayiku?" tanya Zenia tak percaya. Air mata gadis itu sudah mengalir membasahi kedua pipinya.Nancy dan Moana

  • Datang Untuk Mereka   Bab 17 Penari Yang Menjijikkan

    "Aku akan masuk setelah kau berada di dalam istana. Beri aku sebuah kode perintah saat kau selesai menari. Mengerti?"Zenia mengangguk pelan. "Kodeku adalah 'Z'," kata Zenia.Taurus mengangguk, lalu berlari menuju belakang istana.Zenia menatap bangunan besar istana di depannya. Dia merasa sedikit gugup."Jumlah kita sudah lengkap, ayo kita masuk!"Suara Ibu Moana membuat kegugupan Zenia semakin besar, begitu juga dengan tekadnya. Apa pun bahaya yang nanti menimpanya di dalam sana, Zenia percaya itu tidak akan cukup membuatnya terbunuh, karena dia adalah seorang ibu.Suasana yang awalnya riuh mendadak hening ketika Zenia dan sembilan penari lainnya memasuki aula pesta."Hei, kenapa kalian menutup separuh wajah kalian dengan kain hitam?" Seorang pangeran yang entah dari kerajaan mana bersuara. Tampaknya dia sedang kesal karena tak bisa menikmati wajah cantik para penari seutuhnya.Ibu Moana yang merup

DMCA.com Protection Status