Beranda / Romansa / Daster Buat Istriku / Bab 33. Menjemput Pak Bara

Share

Bab 33. Menjemput Pak Bara

Penulis: Helminawati Pandia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

***

Buru-buru kututup telepon, karena Viona sudah berlari duluan.

“Tunggu, Vi!” seruku memburunya.

“Vi mau jemput Mas Bara, Kak!” teriaknya tak menghiraukanku.

“Ada apa, Mbak Asya?” Seorang petugas Polisi yang berjaga di luar menghentikanku. Pengawal Papa langsung mendekat.

“Kami baru saja mendapat info tentang keberadaan Pak Bara, kita ke sana, Pak! Bang, tolong hentikan Viona!” jelasku, lalu langsung memberi perintah kepada pengawal Papa.

Semua bergerak cepat. Kuminta salah seorang anggota papa yang menyetir mobilku agar lebih cepat. Mereka juga berhasil menghentikan Viona. Namun, Viona berteriak membabi buta. Itu sebab aku turun lagi dari mobilku dan ikut masuk ke mobilnya.

“Biar Bang Karmin yang nyetir, kalau tidak, kakak telpon Pak Syahrul untuk menyembunyikan Pak Bara ke tempat lain, kau mau?” ancamku menatapnya tajam.

Dengan terpaksa dia mengalah. Mobil yang kami kendarai melaju kemudian. Polisi juga sudah bergerak setelah aku memberi tahu mereka alamat Pak Syahru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Daster Buat Istriku   Bab 34. Siapa Perempuan Penculik Bara

    ****Kasihan Viona. Sepertinya Pak Bara sama sekali tak tertarik padanya. Tak ada juga rasa. Bahkan mungkin dia merasa risih dengan sikap agresif Viona.“Bagaimana dengan Pak Dirut?” tanya Pak Bara dengan ekspresi penuh penyesalan.“Papa baik, dia di rumah sakit Matern* Tenang saja, Papa akan baik-baik saja. Yang perlu dikhawatirkan itu justru Mas Bara. Mas Bara hilang tanpa jejak,” kata Viona lalu duduk di atas dipan, tepat di samping Pak Bara.“Syukurlah, Pak Dirut baik-baik saja. Bu Guru …. Maaf, bagaimana Ibu bisa bersama Mbak Viona? Ibu kenal?” tanya Pak Bara menatapku lagi.Belum sempat kujawab, petugas polisi dan dua orang pengawal Papa memasuki kamar.“Selamat malam, Pak Bara, maaf, boleh kami minta keterangannya sedikit saja sebagai bahan laporan awal? Kami harus mengirim laporan ke pusat. Setelah itu kita pulang ke Medan, Bapak bersedia?” Salah seorang petugas bertanya.“Bisa, Pak!” Pak Bara menegakkan tubuhnya, berusaha bersender di dinding kamar. Viona membantunya. Syuku

  • Daster Buat Istriku   Bab 35. Bara Diberi Kuasa Sebagai  Pengganti Dirut

    **** Entah terbuat dari apa hati wanita itu. Begitu sabar menghadapai Mbak Viona. Entah kenapa pula dia bisa mengenal Mbak Viona, oh, aku lupa. Mungkin karena Mbak Viona adalah putri pemilik sekolah di mana Bu Asya mengajar. Itu sebab Bu Asya harus menghormati dan menghargai Mbak Viona. Kasihan dia. “Aku lapar!” Tiba-tibaperempuan itu berteriak. Sepertinya dia akan membuat ulah lagi. “Tahan dulu, dong, Vi! Satu jam perjalanan lagi kita udah sampai di Medan!” Kembali Bu Asya yang sabar membujuknya. “Enggak bisa, aku lapar banget! Cepat cari restoran pinggir jalan yang udah buka. Ini udj jam setengah enam pagi, pasti sudah ada restoran yang buka!” paksanya. Jelas semua orang jengkel mendengarnya. “Vi, kita semua capek banget. Pengennya cepat-cepat sampai di rumah lalu istirahat sebentar. Kakak aja harus masuk sekolah lagi. Tolonglah kamu paham! Kita sarapan di rumah aja, ya!” Bu Asya tak lelah membujuk. “Tidak! Aku mau sarapan sekarang! Perutku minta makan! Bang Karmin, berhenti

  • Daster Buat Istriku   Bab 36. Kuterima Tugas Baru Itu Demi Bu Alya

    **** Perasaanku makin tak enak. Ingin kutinggalkan ruangan ini sekarang juga. Gayanya persis seperti Ninda yang tergila gila pada selingkuhannya. Itu membuatku makin merasa muak. Baik, aku pergi sekarang saja. Terserah apapun yang akan terjadi dengan keluarga aneh ini. Segera aku membalikkan badan dan melangkahkan kaki. “Pak Bara, tolong kami!” Langkahku terhenti. Suara lembut itu kembali membuat hatiku membuncah akan sesuatu yang tak kupaham. Kutoleh ke sumber suara. Bu Asya menatapku dengan begitu sendunya. Aku terhenyak saat mata kami seling berserobot. Aku tank sanggup, segera aku menunduk. “Vi, tolong jangan ganggu Pak Bara dulu, biarkan dia beradaptasi dulu dengan kehidupn kantor! Pak Bara butuh waktu untuk meyesuaikan diri. Jangan kamu tambah bebannya dengan sikap kolokan dan suka memaksakan kehendakmu! Itu kalau kau mau Pak Bara mau menolong kita!” lanjutnya mengalihkan tatapan kepada kepada Mbak Viona. “Tapi aku ….” Gadis itu kembali membantah. “Dengar kakak! Kamu tah

  • Daster Buat Istriku   Bab 37. Kenapa Aku Berharap Bu Asya Cemburu?

    **** “Iya, Sayang, bentar Ibu panggilin susternya, ya!” Bu Asya keluar dari ruangan melewati kami. “Biar saya yang panggil susternya, Bu Guru!” Asri langsung bergerak mendahului Bu Asya. “Oh, iya, terima kasih Mbak.” Wanita anggun itu berbalik. Tetap tak mau menoleh padaku sedikitpun. Aku semakin kikuk dibuatnya. Selanjutnya dia bercengkrama dengan Bima. Kekompakan mereka persis seperti seorang ibu dengan anak kandungnya. Bima bahkan sempat menghapalkan bunyi lima sila Panca Sila dengan begitu lancar. Bu Asya memuji dan menghadiahinya kembali dengan kecupan. Putra dekilku seolah pangeran tampan baginya. Tuhan, kenapa perempuan ini membuat hatiku makin tak karuan. Tolong bilang padanya agar jangan sampai dia membuatku jatuh cinta! “Selamat pagi semua! Selamat pagi jagoan tampan!” sapa seorang Dokter yang masuk bersama seorang perawat. Asri mengiring di belakangnya. Dokter ramah itu memeriksa keadaan Bima sekali lagi sambil mengajak berbincang. Perawat lalu melepas selang infus

  • Daster Buat Istriku   Bab 38. Suami Baru Mantan Istriku Mulai Berulah

    **** “Mas …?” lirih Asri menatapku sendu. Kulihat mendung menghitm di wajahnya. Tapi, aku tak boleh merasa kasihan. Tak ingin memberinya harapan. “Bukankah selama ini antara kita tak ada hubungan apa-apa? sejak kapan aku peduli dengan pekerjaan yang kau geluti? Apakah aku pernah protes saat kau kerja malam dan pulang pagi diantar oleh berganti ganti laki-laki? Tidak, bukan? Jadi, bila kau mau berganti profesi, itu tidak ada hubungannya denganku. Berterima kasihlah pada Bu Asya karena dia telah memberimu pekerjaan. Dan aku sangat mendukung jika kau kembali ke jalan yang benar. Aku pergi duluan, permisi!” ucapku lalu membalikan badan. Aku tahu Asri masih menatapku begitu nanar. Aku tahu dia sangat kecewa, tapi aku tak akan memberinya ruang untuk berfikir yang lebih, apalagi memberinya harapan akan sesuatu yang bagiku itu sangat mustahil. Aku harus bersikap tegas padanya. Kalau tentang balas jasa atas kebaikannya selama ini, itu akan aku pikirkan nanti. Aku bukan kacang yang lupa

  • Daster Buat Istriku   Bab 39. Reno Kalah Telak

    **** Aku memang hanya lulusan SMA. Tapi aku paham apa makna surat resmi seperti itu. Aku diberi kuasa untuk bertindak layaknya seorang Direktur Utama. “Hey, kau bicara apa, Gelandangan! Kau mau mengusirku?” Reno bangkit dari duduknya, lau berdiri menantangku. Aku hanya tersenyum, senyum penuh kharisma, eh, semoga, betul berkharisma. Aku hanya meniru gaya Pak Alatas saja. Juga, gaya para CEO-CEO di TV yang pernah kutonton saat aku masih SMA dulu. “Maaf, Pak Reno! Pak Bara harus siap-siap. sebentar lagi ada client penting yang datang. Mereka katanya mau protes tentang pengiriman barang yang mengecewakan dan sangat merugikan mereka. Sebaiknya Pak Reno ke ruangan Bapak saja. Nanti akan saya panggil bila dibutuhkan, tolong ya, Pak!” Risma membujuk Reno. “Kau, Risma …, jaga sopan santunmu! Yang perlu kau hormati saat ini adalah aku! Bukan gembel yang barusan ganti baju ini! Beraninya kau mengatur-atur aku! Aku bisa saja memecatmu sekarang juga!” Reno meneriaki Risma. “Maaf, Pak! Say

  • Daster Buat Istriku   Bab 40. Sekretaris Seksi Membuat Risih

    ***** “Jangan nekat, Pak Manager! Atau Anda saya pecat sekarang juga, ha?” “Viona! kau tak bisa melakukan ini sama aku! Kau sudah berjanji akan memberiku jabatan itu, Viona …! Vi …. Sial! Dia putus lagi!” Reno meremas ponselnya. Wajah menghitam itu terlihat ditekuk dan semakin tegang. Aku tersenyum miring. “Sekarang, aku perintahkan kau keluar! Kembali ke ruangan kerjamu! Ingat, saat ini, aku adalah atasanmu!” perintahku mengagetkannya. “Kau …!” sergahnya tak percaya. “Ya, aku. Aku adalah BOS mu, ingat, BOS mu, Tuan RENO yang terhormat! Patuh pada perintahku, atau kau kupecat!” ancamku lagi. “Kau bukan BOS! Kau hanya PECUNDANG!” Reno mengejarku. Kulihat tangannya mengepal dan siap mendarat di rahangku. Secepatnya aku menghindar. Daripada kulawan dan aku berakhir di penjara lagi seperti dulu. Kurogoh dan kutekan intercom di dalam saku jasku. Hitungan detik, beberapa anak buah Pak Dirut yang kini menjadi anak buahku sudah menerobos masuk ke dalam ruangan itu. “Seret dia keluar!

  • Daster Buat Istriku   Bab 41. Kukirim Reno Ke Penjara

    **** “Ya, aku akan mengikuti saran kamu! Sekarang ambilkan untukku semua dokumen itu!” ucapku pura-pura menyetujui rencananya. “Baik, sebentar saya ambilkan.” Kuhela nafas panjang. Otakku tak henti berpikir. Bahkan pikiran ini semakin berkecamuk. Kini aku sadar, apa yang dikeluhkan oleh Pak Alatas kemarin itu benar adanya. Bahwa dia dikelilingi oleh orang-orang yang hendak menghancurkan dirinya, karena punya maksud dan tujuan tak benar. Bahkan pria paruh baya itu tak beda membedakan yang mana musuh dan yang mana teman. LIhatlah, bahkan seorang sekretaris saja bisa begini mencurigakan bagiku. “Ini, Pak. Berkas-berkasnya.” Risma masuk lagi dengan beberapa map berwarna merah dan biru di tangannya. “Ini proposal awal yang kita ajukan. Ini surat perjanjian kerja sama kedua belah pihak. Dan yang ini surat orderan tahap pertama. Semua sudah lengkap,” paparnya seraya menyerahkan map itu satu persatu kepadaku. “Hem,” sahutku bergumam, seraya mengamati isi map pertama. Kucoba memaham

Bab terbaru

  • Daster Buat Istriku   Bab 95. Kukirim Video Mesum Itu ke nomor Kekasih Viona

    *****[Kenapa belum datang, Pak Bara? Cepat, saya butuh Bapak sekarang?]Pesan dan Mbak Viona masuk lagi. Ini tak bisa dibiarkan. Kuscroll daftar nomor di kontakku. Kutekan nomor Bang Karmin.“Hallo, Pak Bara, selamat malam! Ada apa malam-malam begini nelpon saya? Ada masalah kah?” Terdengar nada panik dari suaranya. Bang Karmin langsung mengangkat telponku.“Abang segera datang, cepat! Mbak Viona sedang kumat! Jangan pakai lama! Sepuluh menit, lekas!” perintahku.“Viona kumat? Astaga! Bukankah penyakitnya sudah lama sekali tidak kumat? Gimana kumatnya, Pak? Apakah dia menjerit-jerit, pingsan, atau gimana?”“Tak bisa kujelaskan, pokoknya Abang cepat datang kalau tak mau kehilangan dia, cepat!”“Ok, baik! Sepuluh menit aku sudah sampai di situ!”“Hem. Tapi Abang jangan bilang kalau aku yang nelpon Abang! Mbak Viona katanya tak mau diganggu oleh siapapun. Dari tadi dia teriak-teriak enggak jelas. Dia mengunci diri di dalam kamar. Kami takut dia kenapa napa di dalam kamarnya. Sepert

  • Daster Buat Istriku   Bab 94.  Adik Iparku Gilai Suami Orang

    ****[Kutunggu di kamarku malam ini, atau videonya kukirim ke nomor Kak Asya!]Kubaca sekali lagi pesan yang dikirim Mbak Viona lewat aplikasi WA. Perempuan ini benar-benar sudah tidak waras. Dia berusaha agar akupun bertindak tidak waras seperti dia. Tidak, Viona! Kau tak bisa mengancam aku!“Bima, udah makannya? Kalau udah, yuk, belajar sebentar, lalu bobok!” kataku tak menghiraukan pesan perempuan itu.“Udah, Pa! Eeem, Bima mau belajar sama Mama, ya? Bobok juga sama Mama,” ujarnya memohon. Sontak aku dan Asya saling tatap.“Enggak bisa, dong! Bima, kan udah disediakan kamar sendiri!” Mbak Viona yang langsung menjawab. “Mama Asya sama Papa, masih pengantin baru, mereka enggak boleh diganggu. Bima boboknya sendiri aja, ya!” imbuhnya lagi. Bima terdiam dengan wajah murung. Sepertinya dia kecewa dengan jawaban Mbak Viona.“Enggak apa-apa, kok, Bima bobok bareng Mama aja! Yuk, sekarang ita belajar dulu!” kata Asya membuat Bimaku langsung semringah. “Hore … terima kasih, Ma! Bima

  • Daster Buat Istriku   Bab 93. Rencanaku Melawan Viona

    *****“Hallo … halllo Mbak Viona … Hallo …!” Tak sadar aku berteriak di ponselku.Perempuan sakit itu sudah memutusnya. Rasanya tak percaya dengan apa yang aku dengar. Bagaiamna bisa aku tidur dengan Viona tadi pagi. Astaga! Ini kiamat! Bagaimana ini? Bagaimana kalau sampai Asya tahu hal ini. Gawat gawat! Kok bisa sih, aku meniduri perempuan itu?Tapi tidak mungkin. Tidak mungkin itu terjadi. Sama sekali aku tak pernah tertarik pada gadis itu selama ini. Dekat saja dengannya aku ogah. Apalagi kalau sampai menidurinya. Dia pasti ngarang! Perempuan itu sakit jiwa. Apapun bisa saja dia bilang, padahal hanya khayalan gilanya.Kebingunganku belum lagi hilang ketika sebuah notif pesan masuk terdengar di gawaiku. Cepat-cepat kuusap layar. Sebuah kiriman video. Dari perempuan sinting itu lagi. Tak selera aku melihat video kirimannya. Tetapi sontak aku tersadar, bukankah barusan dia bilang akan mengirim ke nomorku video rekaman kami tadi pagi? Astaga! Kalau videonya ada, berarti kej

  • Daster Buat Istriku   Bab 92. Kejutan Maksiat Viona

    *****“Aawww … sakit ….” Sontak kuhentikan gerakanku. Jerit kecil yang terdengar dari bibir Asya adalah keanehan paling parah yang kuarasakan. Benar, sejak awal aku merasakan ada yang berbeda dengan yang kami alkukan tadi malam.Tadi malam, semua berjalan lancar. Kami menyatu dengan begitu gampang. Tapi pagi ini, kurasakan milik Asya sangat berubah. Begitu sulit untuk kemasuki, terasa begitu sempit dan puncaknya adalah jerit kesakitannya barusan.Apa sebenarnya ini? Aku kebingungan.“Sudah, lanjutkan!” bisiknya setelah beberapa detik kami berdiam diri. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya. Kusaksikan tangannya mencengkram akin seprei tempat tidur ini. Ini bukan sandiwara, Asyaku sepertinya benar benar kesakitan.Kenapa sakitnya sekarang? Bukankah harusnya tadi malam?“Sayang … sakit banget, ya?” tanyaku kebingungan.“Enggak, kok. Aku bisa nahan. Abang teruskan saja!” jawabnya pelan.“Tapi, kamu ….” sergahku masih belum paham.“Aku enggak apa-apa. Menurut beberapa referensi yang k

  • Daster Buat Istriku   Bab 91. Asya Meminta Duluan

    POV Bara****“Bang … Abang ….”Samar kudengar suara merdu itu memanggil namaku. Kurasakan belaian halus di lenganku. Entah aku masih berada di alam mimpi, atau alam nyata. Yang kurasakan adalah lega dan bahagia yang membuncah di dalam dada.“Bangun, dong! Udah siang banget! Sekarang udah hampir jam sepuluh, loh! Masa kita bobok gak bangun-bangun, sih?” Suara merdu itu kudengar mulai mengoceh. Kupaksa memori otakku untuk bekerja maksimal. Kucoba mengumpulkan nyawa yang belum kembali sepenuhnya. Siluet siluet kejadian kemarin melintas seketika. Saat aku mengucapkan kalimat sakral, lalu disambut dengan teriakan ‘SAH’ dari para hadirin. Menyalam para tamu undangan, lalu tadi malam ….“Sya …?” sontak kubuka kedua netra lebar-lebar. Sekarng aku sudah ingat semuanya, aku sudah menikah kemarin, aku sudah sah menjadi seorang suami lagi. Asya, gadis yang begitu kudamba telah sah menjadi milikku. Dan tadi malam ….Kami sudah melewati malam pertama yang begitu melenakan.“Iya, Abang? Kok,

  • Daster Buat Istriku   Bab 90. Kupinjam Suamimu, Kak Asya

    ****“Jangan takut, Pak Bara …,” bisikku pelan. Kurasakan hentakan nafasnya semakin tak normal. Kadang memburu kadang lemas seolah tak berdaya. Kuintenskan sentuhan jemariku di titik kelemahannya. Wajahnya kian memarah, mata sayunya mulai terpejam. Dia mulai terhanyut, dan hilang dalam gelisah yang kian menyiksa.Pak Baraku mulai dicekik hasrat, aku tau pasti bagaimana sistem kerja pil yang telah dia teguk melalui kopi susu hangat itu. Saat ini, yang dibutuhkan olehnya hanyalah pelampiasan. Sama seperti yang dialami oleh Bang Karmin dulu, saat pertama kali aku harus memaksanya melakukan itu. Jika aku tidak nekat menjeratnya dengan pil itu, tentu hingga detik ini dia tak akan pernah menyentuhku.Dan kali ini adalah giliran Pak Baraku. Pria tampan super dingin yang selalu menolakku. Pria miskin tapi begitu sombong, yang tega menyakiti hatiku lalu menikahi kakakku! Tapi, maaf, pak Bara. Aku Viona, aku tak akan pernah mau kalah. Aku punya seribu cara untuk menaklukkanmu!“Sya … As

  • Daster Buat Istriku   Bab 89. Tolong Keluar, Mbak Vi!

    ****“Mbak Viona?” Pak Bara tergagap, dia kucek berulang-ulang kedua netranya. Terlihat jelas kalau dia masih dilanda kantuk yang teramat berat. Astaga, pria ini tetap saja terlihat sangat tampan meski dia baru bangun tidur. Bahkan kelopak matanya belum terbuka sempurna. Dia tampak masih begitu lesu karena nyawanya belum berkumpul sepenuhnya. Tetapi pesonanya …. Aaaahk, Pak Bara … kau membuatku semakin mabuk kepayang saja.“Mbak Vi!” panggilnya lagi menyebut namaku.“I-iya, saya, Pak.” Tersadar aku dari lamunanku. Namun hanya sesaat. Selanjutnya aku sudah bisa menguasai diri kembali. Akting hebatku akan segera kumulai lagi.“Baru bangun, nih, ceritanya? Tadi malam pasti melelahkan sekali, ya, sampai sampai gak bisa bangun padahal udah lewat subuh,” godaku membuat pria itu salah tingkah.“Ti-tidak juga. Ini, udah pagi, ya? Mbak Vi, ngapain ke sini?” tanyanya keheranan.“Ssst! Jangan berisik, nanti Kak Asya terbangun, kasihan dia, sepertinya capek banget ngikutin resepsi semalam, di

  • Daster Buat Istriku   Bab 88. Kujerat Sang  Pengantin Pria

    *****“Selamat menikmati malam pertamanya, ya! Semoga suka kamarnya!” ucapku menyalam dan memeluk Kak Asya. Aku yang memilih hotel ini untuk tempat ijab kabul dan resepsi pernikahan istimewanya. Aku juga yang memilihkan kamar ini untuk tempat mereka melewati malam pertama. Usai resepsi, mereka akan melangsungkan bulan madu. Kupersiapkan semaksimal mungkin. Termasuk rencana cantik di balik semuanya.Kulihat kedua matanya berkaca-kaca. Bibirnya mengucapkan kalimat terima kasih yang tiada terkira. Kakakku yang sangat baik. Kakakku yang selalu beruntung dalam hidupnya. Tidak tahukah kau aku sangat iri padamu?“Terima kasih, Vi! Kamu baik banget. Kakak janji, nanti, kalau kamu nikah, kakak akan melakukan hal yang sama buat kamu! Cepat nyusul, ya!” Dia mengucap doa.Doamu akan segera terkabul, Kak Asya. Kau lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Obat penenang yang kau suruh aku konsumsi setiap hari itu memang sangat berguna. Obat itu mampu menenangkan emosiku. Aku tak lagi meledak

  • Daster Buat Istriku   Bab 87. Malam Pertama Gagal Total

    ****“Sya …!” panggilku dengan suara serak. Aku berusaha menghalau rasa kantuk ini. Kepala ini rasanya berat sekali. Kedua kelopak mata seolah direkatkan dengan lem. Ini aneh sekali. Baru saja kami baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba diserang kantuk berat? “Sayang?” gumamku lagi membelai pipi wanita yang tadi pagi sudah sah sebagai istriku itu. Aku sudah berhak menyentuhnya, harusnya. Mestinya malam ini kami bisa melewati malam ini dengan penuh cinta. Tetapi, tak bisa. Kami tergelatak diserang rasa kantuk yang luar biasa.“Sya ….” gumamku lirih. Tak ada sahutan. Asya seperti sudah benar-benar tertidur. Suara dengkurnya bahkan sudah terdengar halus. Kupikir itu karena kami begitu kelelahan menjani resepsi pernikahan seharian tadi.“Sayang? Kita bobok dulu, nih, ceritanya?” tanyaku melepas pelan gelas dari tangannya. Kuletakkan di atas nakas dengan cara memanjangkan jangkauan tanganku. Hampir saja gelas itu terlepas, karena tenagaku juga benar-benar sudah lenyap. Aku juga sudah diland

DMCA.com Protection Status