Beranda / Romansa / Daster Buat Istriku / Bab 17. Kedatangan  Mantan Istri di Rumah Kumuhku

Share

Bab 17. Kedatangan  Mantan Istri di Rumah Kumuhku

Penulis: Helminawati Pandia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

****

“Karena pilihan saya adalah kamu! Semoga saya tidak salah pilih.”

“Pi – pilihan untuk apa?”

“Tak perlu kamu tahu itu! Yang jelas, aku mau kau dampingi aku, pelajari cara memimpin perusahaan ini!”

“A-apa?”

“Kamu masih muda? Meskipun kamu duda, tak masalah bagiku. Maaf, sejujurnya, anak buahku sudah menyelidiki siapa kau sebenarnya. Aku memerintahkan orangku untuk mencari tahu siapa kau sebenarnya. Dalam tempo setengah jam aku dapat semua info itu hingga yang sekecil-kecilnya. Dan, jujur, kau memenuhi standart yang aku inginkan. Tolong jangan tolak permintaanku!”

“Sa-saya belum paham!”

“Ya, tak perlu kau paham smeuanya sekarang!”

“Oh.”

“Kamu pulang, istirahatlah! Besok pagi, jam setengah delapan kita bertemu di sini!”

“Ta-tapi?”

“Pekerjaanku masih sangat banyak! Kita bertemu besok!”

Aku tercekat. Kalimat terakhir sang Dirut adalah perintah agar aku segera keluar.

**

“Abang, ada perempuan di luar nyarii Abang! Bangun!”

Aku tersentak. Asri masuk ke dalam bilik kar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Daster Buat Istriku   Bab 18. Kupatahkan Kelicikan  Mantan Istriku

    **** “Bang!” Perempuan itu terperangah. Mungkin dia tak menduga kalimat-kalimat yang keluar dari bibirku. Begitu datar, dingin, namun menikam. “Begitu menderitakah anak kita? Aku sedih mendengarnya. Andai saja aku tak meninggalkannya bersama Abang.” “Tidak ada hubungannya denganmu!” “Abang yang salah!” Perempuan itu tiba-tiba menyergah. Spontan kutoleh aku menatap tepat di manik matanya. Bahkan setelah semua kejadian ini dia masih menganggap aku yang bersalah. Dia benar-benar tak punya otk untuk berfikir. “Kenapa Abang menukar dia dengan perpisahan kita, coba?” ucapnya dengan ekspresi penuh penyesalan. “Apa maksudmu?” tanyaku menatapnya mkin tajam. “Iya, waktu itu Abang, kan yang menukar Bima dengan perpisahan kita? Abang mau talak aku asal aku meninggalkan dia bersama Abang! Padahal Abang tak mampu merawatnya! Abang malah meninggalkannya dengan orang lain selama Abang di penjara. Aku bahkan bisa menunutut Abang karena menelantarkan anak aku!” cicitnya semakin memojokkanku.

  • Daster Buat Istriku   Bab 19. Asri Menghajar Mantan Istriku

    ***** “Tante, Stev udah sembuh?” Suara putraku kembali terdengar. “Maafkan Bima, ya, Tante, Bima gak sengaja bikin Stev berdarah. Stev tadi ludahin bekal siang Bima, katanya itu makanan gong-gong. Bima, kan, lapar. Makanya Bima pukul dia, kena hidungnya. Stev gak mau minta maaf, dia malah pukul Bima lagi. Makanya Bima pukul lagi. Maaf, ya, Tante,” tuturnya sambil menunduk di depan perempuan itu. Hatiku terasa perih. Bima kembali menceritakan peristiwa tadi siang di sekolahnya. Sudut mataku menghangat. Tak bisa kubayangkan seperti apa sakitnya hati anakku saat temannya mengatakan kalau bekal makan siangnya adalah makanan anjing. Aku bahkan tak bisa memberi dia bekal yang lebih layak. Aku salah. Papa berjanji Bima, esok pagi akan papa berikan kau bekal makan siang yang lebih layak, Nak. Aku membatin, pikirnku berkecamuk. Suasana hening, bahkan Ninda tak berkata apa-apa. Mungkin hatinya juga terenyuh mendengar penuturan darah dagingnya. “Jangan marahin papa juga, ya, Tante! P

  • Daster Buat Istriku   Bab 20. Viona Putri Sang Direktur Utama

    **** “Kalau begitu, bersiaplah untuk kehilangan anakmu! Juga kehilangan pekerjaan barumu di kantor! Aku tak akan pernah membiarkan kau hidup tenang. Tidak level sama sekali bagiku, jika harus sekantor dengan seorang mantan nara pidana sepertimu. Bekas suami pertama istriku lagi. Aku akan mengeluarkanmu dari kantor besar itu dengan caraku, hem?” ancamnya disertai kekeh kecil. “Begitu?” sergahku dengan tak kalah sinis. Sebuah garis tak kalah angkuh kutarik dari salah satu sudut bibir. Senyum sinis penuh kengkuhan. “Bukankah hal itu juga berlaku padaku? Aku juga bisa mengeluarkanmu dari kantor besar itu dengan caraku, hem?” sergahku mengembalikan tantangannya. Tentu saja kalimatku sangat mengagetkannya. “Kau?” Sepasang suami istri mesum itu saling tatap, lalu mereka tertawa sumbang. Sepertinya Ninda sudah lupa rasa sakit dan perih di sleutuh wajah dan tubuhnya. “Kenapa? Kau tak menyangka?” sinisku tersenyum kecut, kembali menatap Reno. “Tidak, aku hanya tak bisa pikir, bagaima

  • Daster Buat Istriku   Bab 21. Karena Statusku Mantan Narapidana

    **** “Lho, Mbak Viona enggak lihat apa gimana penampilan dia! Liat juga dengan seksama rumah kumuh yang dia sewa ini, Mbak! Lantai tanah, kamar dari bilik kardus, letaknya juga di areal rawa-rawa gini, kan? Ini lumayan, karena enggak ada hujan, Mbak! Kalau hujan dikit aja, tempat ini terendam air. Bayangin deh, gimana mereka tidur di atas genangan air! Trus, liat deh, penampilan dia, Mbak! Dekil, kotor, jorok, kumis dan jambang tak terawat, bauk lagi. Persis kayak pemulung di kolong jembatan. Mbak Viona enggak malu jalan bareng dia ke pusat perbelanjaan?” Viona mengeryitkan dahi, kedua alisnya saling menaut. Aku hanya mampu menghela nafas panjang. Hinaan Ninda sudah kelewatan. Rasanya aku sudah tak sabar. Ingin kuremas saja mulut lemasnya itu. Tetapi, aku tak mau mencari perkara. Jika itu kulakukan, maka dia dan suaminya bisa saja mengirim aku kembali ke penjara seperti waktu itu. Sudahlah, aku harus memaksa diri untuk tetap bersabar. “Saran saya, sih, Mbak Vi, Mbak usul aja s

  • Daster Buat Istriku   Bab 22. Karma Buat Sang Pezinah

    *** “Mas Reno, ya? Ok, akan saya pertimbangkan, ya,” ucap Viona memberi harapan. Gadis itu melebarkan senyum kepada Reno. Sang pria membalas dengan tak kalah hangat. Tatapan mereka beradu, saling mengunci untuk sekian waktu. Kutangkap sesuatu di antara mereka semakin jelas. Seperti ada … ah, sudahlah, itu bukan urusanku. “Terima kasih, Mbak Vi!” ucap Reno diiringi tatapan teramat teduh. Ninda melebarkan senyum yang merekah di bibirnya. Dasar perempuan bodoh. Sedikitpun dia tak paham, kalau apa yang pernah dia lakukan dulu padaku, saat ini tengah dilakukan oleh Viona dan Reno pula padanya. Sepertinya karma atas perselingkuhannya dulu, telah terpampang di depan mataya. Namun, dia telah dibutakan oleh harta. Kasihan kamu, Ninda! Tolong panjang umurlah! Aku ingin menyaksikan kau lebih menderita saat kau melihat Bima, anakku, yang akan membalas semua perbuatanmu! “Aku pulang duluan, ya! Aku akan paksa Papa buat batalin rencananya pada pria itu, lalu usulin Mas Reno saja yang naik

  • Daster Buat Istriku   Bab 23. Viona Tiba-tiba Tak Mengenalku

    ***** “Bu Guru bilang kalau papa sebenarnya keren?” tanyaku mengulang kalimatnya barusan. Hey, kenapa aku begitu bersemangat saat dia menyebut nama bu gurunya? Eh, kenapa pula aku penasaran. Bukankah biasa saja kalaupun seorang guru memuji orang tua siswanya? Bukankah itu salah satu cara para guru untuk menanamkan rasa cinta seorang anak kepada orang tuanya? Dasar aku ini. “Iya, Pa. Bu guru pernah bilang begitu. Kata Bu guru… kata Bu guru ….” Kalimat Bima tersendat. Wajahnya bahkan kian menunduk. “Apa kata Bu gurumu?” tanyaku makin penasaran. “Maaf, Pa. Sebetulnya Bu guru meminta Bima agar menyuruh Papa pangkas rambut, cukur kumis dan jambang Papa. Katanya biar bersih. Papa sebenarnya tampan, katanya, kalau mau lebih bersih sedikit. Jadi, teman-teman Bima di sekolah, enggak akan ngejek Bima lagi, karena punya papa dekil, kotor, dan brewokan kayak gelandangan. Maafin Bu guru, Pa! Maafin Bima juga karena gak berani menyampaikan pesan Bu guru sama Papa.” Aku tercekat. Benar yang

  • Daster Buat Istriku   Bab 24. Masa lalu Viona

    ***** “Kita berangkat sekarang, ayo, masuk mobil!” perintah Pak Alatas lalu berjalan menuju sebuah Alphard hitam, mobil miliknya. Aku menuruti perintah. Berjalan menjejeri langkah sang direktur utama. “Kamu … kamu, beneran Mas Bara yang tadi malam? Atau, tadi malam sebenarnya aku salah orang? Yang aku datangi tadi malam bukan Mas Bara yang ini, ya? Maaf, apakah tadi malam kita ada bertemu?” cecar Viona masih tak percaya. Gadis itu berjalan di sampingku. Sesekali kulirik dia karena aku juga ikut bingung dengan sikapnya. Kedua netra cantiknya tak lekang menatap wajahku. “Sebelah sini, Pak Bara!” perintah Karmin membukakan pintu samping sebelah kiri mobil mewah Pak Alatas untukku. Di kabin tengah. Sementara Pak Alatas sudah masuk dari pintu samping sebelah kanan. “Lho, saya duduk di belakang saja,” tukasku menolak. Sungguh aku merasa sangat sungkan duduk sebangku dan berada di dalam kabin yang sama dengan sang Big Bos. Jangankan untuk duduk, bernafas saja aku sangat takut b

  • Daster Buat Istriku   Bab 25. Viona  Yang Labil

    **** “Putri Bapak?” “Ya, mereka sebaya. Awalnya juga Viona tak merespon, tapi dengan kegigihan, putriku barhasil membujuk dan mengembalikan semangat hidup Viona. Mungkin Viona merasa punya teman yang cocok, ada orang yang paham dia. Ada teman yang bisa dia jadikan sandaran. Seminggu kemudian Viona sudah mau keluar kamar, seminggu lagi mau ke sekolah dan mau kembali berinteraksi seperti biasa.” “Kasihan Mbak Viona.” “Ya, itu sebab, aku memintamu agar bisa sabar menghadapi dia. Jiwanya agak labil. Tidak seperti kita. Butuh selalu bimbingan dan arahan. Trauma yang dia alami dulu, kata psikiaternya bersifat permanen. Tidak bisa sepenuhnya hilang.” “Ya, Pak.” “Karena dia juga akhirnya aku menikahi Maya. Viona yang memaksa. Padahal Maya sebenarnya tak mau menikah lagi setelah pengalaman pernikahan keduanya. Tetapi Viona mengamuk dan kembali tidak normal bila Maya menolak. Jelas aku juga merasa tidak enak. Seorang supir, diangkat menjadi Direktur. Bagaimana perasaanmu sekarang, beg

Bab terbaru

  • Daster Buat Istriku   Bab 95. Kukirim Video Mesum Itu ke nomor Kekasih Viona

    *****[Kenapa belum datang, Pak Bara? Cepat, saya butuh Bapak sekarang?]Pesan dan Mbak Viona masuk lagi. Ini tak bisa dibiarkan. Kuscroll daftar nomor di kontakku. Kutekan nomor Bang Karmin.“Hallo, Pak Bara, selamat malam! Ada apa malam-malam begini nelpon saya? Ada masalah kah?” Terdengar nada panik dari suaranya. Bang Karmin langsung mengangkat telponku.“Abang segera datang, cepat! Mbak Viona sedang kumat! Jangan pakai lama! Sepuluh menit, lekas!” perintahku.“Viona kumat? Astaga! Bukankah penyakitnya sudah lama sekali tidak kumat? Gimana kumatnya, Pak? Apakah dia menjerit-jerit, pingsan, atau gimana?”“Tak bisa kujelaskan, pokoknya Abang cepat datang kalau tak mau kehilangan dia, cepat!”“Ok, baik! Sepuluh menit aku sudah sampai di situ!”“Hem. Tapi Abang jangan bilang kalau aku yang nelpon Abang! Mbak Viona katanya tak mau diganggu oleh siapapun. Dari tadi dia teriak-teriak enggak jelas. Dia mengunci diri di dalam kamar. Kami takut dia kenapa napa di dalam kamarnya. Sepert

  • Daster Buat Istriku   Bab 94.  Adik Iparku Gilai Suami Orang

    ****[Kutunggu di kamarku malam ini, atau videonya kukirim ke nomor Kak Asya!]Kubaca sekali lagi pesan yang dikirim Mbak Viona lewat aplikasi WA. Perempuan ini benar-benar sudah tidak waras. Dia berusaha agar akupun bertindak tidak waras seperti dia. Tidak, Viona! Kau tak bisa mengancam aku!“Bima, udah makannya? Kalau udah, yuk, belajar sebentar, lalu bobok!” kataku tak menghiraukan pesan perempuan itu.“Udah, Pa! Eeem, Bima mau belajar sama Mama, ya? Bobok juga sama Mama,” ujarnya memohon. Sontak aku dan Asya saling tatap.“Enggak bisa, dong! Bima, kan udah disediakan kamar sendiri!” Mbak Viona yang langsung menjawab. “Mama Asya sama Papa, masih pengantin baru, mereka enggak boleh diganggu. Bima boboknya sendiri aja, ya!” imbuhnya lagi. Bima terdiam dengan wajah murung. Sepertinya dia kecewa dengan jawaban Mbak Viona.“Enggak apa-apa, kok, Bima bobok bareng Mama aja! Yuk, sekarang ita belajar dulu!” kata Asya membuat Bimaku langsung semringah. “Hore … terima kasih, Ma! Bima

  • Daster Buat Istriku   Bab 93. Rencanaku Melawan Viona

    *****“Hallo … halllo Mbak Viona … Hallo …!” Tak sadar aku berteriak di ponselku.Perempuan sakit itu sudah memutusnya. Rasanya tak percaya dengan apa yang aku dengar. Bagaiamna bisa aku tidur dengan Viona tadi pagi. Astaga! Ini kiamat! Bagaimana ini? Bagaimana kalau sampai Asya tahu hal ini. Gawat gawat! Kok bisa sih, aku meniduri perempuan itu?Tapi tidak mungkin. Tidak mungkin itu terjadi. Sama sekali aku tak pernah tertarik pada gadis itu selama ini. Dekat saja dengannya aku ogah. Apalagi kalau sampai menidurinya. Dia pasti ngarang! Perempuan itu sakit jiwa. Apapun bisa saja dia bilang, padahal hanya khayalan gilanya.Kebingunganku belum lagi hilang ketika sebuah notif pesan masuk terdengar di gawaiku. Cepat-cepat kuusap layar. Sebuah kiriman video. Dari perempuan sinting itu lagi. Tak selera aku melihat video kirimannya. Tetapi sontak aku tersadar, bukankah barusan dia bilang akan mengirim ke nomorku video rekaman kami tadi pagi? Astaga! Kalau videonya ada, berarti kej

  • Daster Buat Istriku   Bab 92. Kejutan Maksiat Viona

    *****“Aawww … sakit ….” Sontak kuhentikan gerakanku. Jerit kecil yang terdengar dari bibir Asya adalah keanehan paling parah yang kuarasakan. Benar, sejak awal aku merasakan ada yang berbeda dengan yang kami alkukan tadi malam.Tadi malam, semua berjalan lancar. Kami menyatu dengan begitu gampang. Tapi pagi ini, kurasakan milik Asya sangat berubah. Begitu sulit untuk kemasuki, terasa begitu sempit dan puncaknya adalah jerit kesakitannya barusan.Apa sebenarnya ini? Aku kebingungan.“Sudah, lanjutkan!” bisiknya setelah beberapa detik kami berdiam diri. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya. Kusaksikan tangannya mencengkram akin seprei tempat tidur ini. Ini bukan sandiwara, Asyaku sepertinya benar benar kesakitan.Kenapa sakitnya sekarang? Bukankah harusnya tadi malam?“Sayang … sakit banget, ya?” tanyaku kebingungan.“Enggak, kok. Aku bisa nahan. Abang teruskan saja!” jawabnya pelan.“Tapi, kamu ….” sergahku masih belum paham.“Aku enggak apa-apa. Menurut beberapa referensi yang k

  • Daster Buat Istriku   Bab 91. Asya Meminta Duluan

    POV Bara****“Bang … Abang ….”Samar kudengar suara merdu itu memanggil namaku. Kurasakan belaian halus di lenganku. Entah aku masih berada di alam mimpi, atau alam nyata. Yang kurasakan adalah lega dan bahagia yang membuncah di dalam dada.“Bangun, dong! Udah siang banget! Sekarang udah hampir jam sepuluh, loh! Masa kita bobok gak bangun-bangun, sih?” Suara merdu itu kudengar mulai mengoceh. Kupaksa memori otakku untuk bekerja maksimal. Kucoba mengumpulkan nyawa yang belum kembali sepenuhnya. Siluet siluet kejadian kemarin melintas seketika. Saat aku mengucapkan kalimat sakral, lalu disambut dengan teriakan ‘SAH’ dari para hadirin. Menyalam para tamu undangan, lalu tadi malam ….“Sya …?” sontak kubuka kedua netra lebar-lebar. Sekarng aku sudah ingat semuanya, aku sudah menikah kemarin, aku sudah sah menjadi seorang suami lagi. Asya, gadis yang begitu kudamba telah sah menjadi milikku. Dan tadi malam ….Kami sudah melewati malam pertama yang begitu melenakan.“Iya, Abang? Kok,

  • Daster Buat Istriku   Bab 90. Kupinjam Suamimu, Kak Asya

    ****“Jangan takut, Pak Bara …,” bisikku pelan. Kurasakan hentakan nafasnya semakin tak normal. Kadang memburu kadang lemas seolah tak berdaya. Kuintenskan sentuhan jemariku di titik kelemahannya. Wajahnya kian memarah, mata sayunya mulai terpejam. Dia mulai terhanyut, dan hilang dalam gelisah yang kian menyiksa.Pak Baraku mulai dicekik hasrat, aku tau pasti bagaimana sistem kerja pil yang telah dia teguk melalui kopi susu hangat itu. Saat ini, yang dibutuhkan olehnya hanyalah pelampiasan. Sama seperti yang dialami oleh Bang Karmin dulu, saat pertama kali aku harus memaksanya melakukan itu. Jika aku tidak nekat menjeratnya dengan pil itu, tentu hingga detik ini dia tak akan pernah menyentuhku.Dan kali ini adalah giliran Pak Baraku. Pria tampan super dingin yang selalu menolakku. Pria miskin tapi begitu sombong, yang tega menyakiti hatiku lalu menikahi kakakku! Tapi, maaf, pak Bara. Aku Viona, aku tak akan pernah mau kalah. Aku punya seribu cara untuk menaklukkanmu!“Sya … As

  • Daster Buat Istriku   Bab 89. Tolong Keluar, Mbak Vi!

    ****“Mbak Viona?” Pak Bara tergagap, dia kucek berulang-ulang kedua netranya. Terlihat jelas kalau dia masih dilanda kantuk yang teramat berat. Astaga, pria ini tetap saja terlihat sangat tampan meski dia baru bangun tidur. Bahkan kelopak matanya belum terbuka sempurna. Dia tampak masih begitu lesu karena nyawanya belum berkumpul sepenuhnya. Tetapi pesonanya …. Aaaahk, Pak Bara … kau membuatku semakin mabuk kepayang saja.“Mbak Vi!” panggilnya lagi menyebut namaku.“I-iya, saya, Pak.” Tersadar aku dari lamunanku. Namun hanya sesaat. Selanjutnya aku sudah bisa menguasai diri kembali. Akting hebatku akan segera kumulai lagi.“Baru bangun, nih, ceritanya? Tadi malam pasti melelahkan sekali, ya, sampai sampai gak bisa bangun padahal udah lewat subuh,” godaku membuat pria itu salah tingkah.“Ti-tidak juga. Ini, udah pagi, ya? Mbak Vi, ngapain ke sini?” tanyanya keheranan.“Ssst! Jangan berisik, nanti Kak Asya terbangun, kasihan dia, sepertinya capek banget ngikutin resepsi semalam, di

  • Daster Buat Istriku   Bab 88. Kujerat Sang  Pengantin Pria

    *****“Selamat menikmati malam pertamanya, ya! Semoga suka kamarnya!” ucapku menyalam dan memeluk Kak Asya. Aku yang memilih hotel ini untuk tempat ijab kabul dan resepsi pernikahan istimewanya. Aku juga yang memilihkan kamar ini untuk tempat mereka melewati malam pertama. Usai resepsi, mereka akan melangsungkan bulan madu. Kupersiapkan semaksimal mungkin. Termasuk rencana cantik di balik semuanya.Kulihat kedua matanya berkaca-kaca. Bibirnya mengucapkan kalimat terima kasih yang tiada terkira. Kakakku yang sangat baik. Kakakku yang selalu beruntung dalam hidupnya. Tidak tahukah kau aku sangat iri padamu?“Terima kasih, Vi! Kamu baik banget. Kakak janji, nanti, kalau kamu nikah, kakak akan melakukan hal yang sama buat kamu! Cepat nyusul, ya!” Dia mengucap doa.Doamu akan segera terkabul, Kak Asya. Kau lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Obat penenang yang kau suruh aku konsumsi setiap hari itu memang sangat berguna. Obat itu mampu menenangkan emosiku. Aku tak lagi meledak

  • Daster Buat Istriku   Bab 87. Malam Pertama Gagal Total

    ****“Sya …!” panggilku dengan suara serak. Aku berusaha menghalau rasa kantuk ini. Kepala ini rasanya berat sekali. Kedua kelopak mata seolah direkatkan dengan lem. Ini aneh sekali. Baru saja kami baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba diserang kantuk berat? “Sayang?” gumamku lagi membelai pipi wanita yang tadi pagi sudah sah sebagai istriku itu. Aku sudah berhak menyentuhnya, harusnya. Mestinya malam ini kami bisa melewati malam ini dengan penuh cinta. Tetapi, tak bisa. Kami tergelatak diserang rasa kantuk yang luar biasa.“Sya ….” gumamku lirih. Tak ada sahutan. Asya seperti sudah benar-benar tertidur. Suara dengkurnya bahkan sudah terdengar halus. Kupikir itu karena kami begitu kelelahan menjani resepsi pernikahan seharian tadi.“Sayang? Kita bobok dulu, nih, ceritanya?” tanyaku melepas pelan gelas dari tangannya. Kuletakkan di atas nakas dengan cara memanjangkan jangkauan tanganku. Hampir saja gelas itu terlepas, karena tenagaku juga benar-benar sudah lenyap. Aku juga sudah diland

DMCA.com Protection Status