Home / Romansa / Dark Circle / Aku Ingin Putus

Share

Dark Circle
Dark Circle
Author: Risma Indah

Aku Ingin Putus

Author: Risma Indah
last update Last Updated: 2021-09-02 19:25:58

"Aku mau kita putus," kata Jingga dengan penuh keyakinan. 

Matanya nanar memandang bayangan dirinya yang terpantul jelas dari cermin kamarnya.

Kalimat yang setiap hari diucapkannya di depan cermin selalu tertelan habis saat berada di hadapan Arga. Lelaki yang sudah 3 tahun ini menjalin hubungan dengannya.  

Baginya, sudah tidak ada kecocokan lagi antara dirinya dan Arga. Apalagi dengan sikap Arga yang selalu bermain wanita di belakang Jingga. 

Jingga diam sesaat memandang cermin besar di hadapannya. 

Matanya terlihat sendu. Jingga memejamkan matanya sejenak dan kembali menghembuskan nafas panjang. Untuk kesekian kalinya, Jingga mengedipkan matanya. Berusaha menahan butir-butir air mata yang meresap melalui celah matanya. 

Perlahan, Ia kembali merapikan bajunya. Berusaha tampil lebih cantik di depan Arga. Setidaknya, jika kali ini dia bisa mengatakannya. Ia ingin semuanya menjadi perpisahan yang manis. 

Sekali lagi, Jingga berkaca, kali ini Ia kembali membenarkan rambutnya. 

Jingga mengambil tas selempang di atas kasurnya dan segera pergi dari kamarnya. Menuju sebuah kafe, tempat Ia bisa bertemu dengan kekasihnya. Arga.

****

Jam terus bergulir. Membiarkan waktu terus berjalan lebih cepat. 

Sesosok gadis dengan rambut terurai indah masih terduduk santai di salah satu meja kafe yang mulai terlihat sepi itu. 

Dia adalah Jingga. Yang sedang menunggu Arga. 

Jingga kembali melirik jam di handphonenya. Pukul 20.00 WIB. Tanda sebentar lagi kafe itu akan ditutup. Sudah 2 jam lebih Jingga menunggu Arga di kafe itu. Tapi, belum ada tanda-tanda kehadiran Arga dari jauh. Pesan dari Jingga 15 menit yang lalu pun belum juga terbaca oleh Arga. 

Sekali lagi, Jingga memandang keluar kafe. Berharap Arga berada disana dan bersembunyi untuk mengejutkannya. Sama seperti apa yang biasa Arga lakukan jika terlambat datang saat ada janji bertemu dengan Jingga. Tapi, itu hanyalah khayalan Jingga. Kenyataannya, Arga belum terlihat sedikitpun batang hidungnya. 

"Mbak," panggil pelayan kafe itu pada Jingga. Jingga memandang pelayan kafe itu dengan tatapan malu. Malu karena sudah cukup lama Ia duduk disana dan belum juga memesan apapun. 

"Jadi, mau pesan apa mbak? 10 menit lagi kita mau tutup mbak," kata pelayan itu mengingatkan Jingga. 

Jingga memandang handphonenya sekali lagi. Dan tersenyum malu pada karyawan itu. 

"Maaf. Lain kali aja ya mas. Pacar saya nggak jadi dateng," kata Jingga malu.

Pelayan itu mengangguk ramah dan segera kembali ke dapur.

Jingga segera mengemasi barang-barangnya dan bangkit dari duduknya. Sebelum pelayan itu menegurnya lagi. 

Malam semakin larut. Rintik gerimis mulai membasahi jalanan di hadapan Jingga. Membuat jalanan makin terlihat lengang. Jingga tetap berdiri di depan kafe yang mulai tutup itu. Kini, kakinya sudah sepenuhnya basah karena rintik gerimis yang mengenainya. 

Tapi, Jingga tetap tak bergeming dari tempatnya. Arga belum memberikan kabar apapun. Bisa saja Arga datang ke tempat itu saat Jingga baru saja pergi. 

Penantiannya selama hampir 3 jam ini akan sia-sia nantinya. 

Jingga kembali memundurkan kakinya. Berteduh lebih jauh agar bajunya tak terkena cipratan air dari langit itu. 

Bip... Bip...

Bunyi handphone Jingga berdering. Sebuah pesan masuk. Jingga membukanya dengan antusias. Dari Arga.

"Sorry. Aku nggak bisa dateng. Disini hujan deres banget. Kamu nggak nunggu lama kan?" 

Kaki Jingga terasa lemas membaca pesan dari Arga itu. 

Berulang kali hal ini terjadi. 

Jika memang tak bisa datang, bukankah seharusnya Arga memberinya kabar sejak awal? Ini sudah berlalu lebih dari 3 jam sejak janji temu mereka. Dan dengan entengnya Arga hanya mengirim pesan singkat untuk meminta maaf pada Jingga.

Setetes air mata keluar dari sudut mata Jingga. Ia tidak tahan lagi. Kesabarannya sudah mencapai puncaknya. Kali ini, semuanya harus berakhir. Jingga harus bisa mengakhiri hubungannya dengan Arga. 

Jingga berlari menerobos gerimis yang mulai deras itu. Bajunya basah. Rambut indahnya sudah tak karuan lagi. Jingga tak peduli.

****

Malam semakin larut. Jingga mengetuk pintu rumah Arga dengan baju yang basah kuyub. Bibirnya membiru, tanda dingin telah merasuk menusuk seluruh tubuhnya. 

Matanya basah. Entah karena hujan atau karena air mata yang terus mengalir dari sudut matanya. Semuanya bercampur begitu saja.

Jingga terus mengetuk pintu rumah Arga. Sebuah rumah yang tak terlalu berdekatan dengan rumah tetangga yang lain. Dengan halaman yang cukup luas. Membuat tetangga Arga tak terganggu dengan ketukan Jingga yang tak kunjung berhenti.

"Ga... Arga. Buka pintunya," teriak Jingga sambil terus menggedor pintu itu. 

Suara Jingga seolah tertelan oleh derai hujan yang makin deras itu. Teriakannya berpacu dengan suara berisik hujan bercampur gemuruh yang sebenarnya hanya terdengar lirih itu. 

Tak ada sahutan sama sekali. Entah karena Arga tak ada di rumah atau karena dia tak ingin menemui Jingga. Tak ada yang tahu. 

Jingga mengambil handphone di dalam tasnya. Berusaha menelepon Arga. Berulang kali. Tapi tak ada sahutan dari Arga. Panggilannya diabaikan begitu saja. 

Jingga menangis melihat pesan singkat Arga tadi. 

Hanya pesan itu yang dikirimkan Arga untuk membatalkan pertemuannya. Hanya itu. Sangat tak berartikah Jingga untuk Arga?

Dengan putus asa Jingga berjalan meninggalkan rumah Arga. Kembali menerobos hujan yang tak kunjung reda. 

Bajunya basah. Tapi lebih basah lagi hatinya karena air mata yang tak bisa dibendungnya lagi. 

Ini adalah batas kesabaran Jingga untuk Arga.

****

Hari telah berganti. Pagi mulai menyambut hari yang baru. Membuang kenangan hari yang lalu. 

Jingga kembali memulai awal yang baru. Kembali pada kesibukannya sendiri. 

Dengan langkah yang pasti Jingga melangkahkan kakinya ke sebuah klinik tempatnya bekerja. Sebuah klinik yang masih belum terlalu ramai dikunjungi. Tapi, setidaknya disinilah mimpi Jingga dimulai. 

Bergelut dengan ibu-ibu yang tengah berjuang demi sebuah kehidupan baru. 

Jingga menghentikan langkahnya saat melihat sesosok pemuda yang terlihat sedang menunggunya di depan klinik itu. 

Wajahnya terlihat santai sambil bersiul pelan memandang ke sekitar. Senyum lebarnya terukir melihat Jingga yang datang dari kejauhan. 

"Pagi Jingga," sapa lelaki itu yang tak lain adalah Arga. 

Jingga tak membalas senyum Arga. Wajahnya tampak serius memandang lelaki di hadapannya itu. 

"Maaf ya. Kemarin aku sibuk banget. Harus kejar target karena ini udah akhir bulan. Aku sampek nggak bisa tidur tadi malem karena harus nyelesaiin proposal yang udah ketunda dari kemarin. Ini aku baru aja pulang. Langsung kesini. Kamu nggak marah kan?" jelas Arga panjang lebar. 

Arga mengulurkan sebatang coklat kesukaan Jingga. Berusaha meluluhkan hati Jingga yang terlihat sangat kesal. Rona itu terpancar jelas dari ekspresi Jingga yang belum juga berubah.

"Aku janji. Besok kalau udah selesai, kita bakalan liburan bareng. Kali ini, coklat dulu sebagai permintaan maaf aku," kata Arga terus merayu. 

Jingga memukul Arga dengan kesal. Tapi, lagi-lagi Ia kembali luluh dengan permintaan maaf Arga. Semua kekesalannya kemarin menghilang begitu saja. Lenyap dengan kata maaf dari Arga. 

"Janji ya. Kita bakalan jalan-jalan lagi. Pokoknya nggak bisa diundur lagi kali ini. Titik," kata Jingga dengan pasrah. 

Arga tersenyum sambil menunjukkan jari kelingkingnya. 

"Kamu bisa pegang janji aku kali ini," jawab Arga yakin. 

Jingga tersenyum manis. Semudah itu Ia bisa memaafkan Arga. Hanya dengan sogokan sebungkus coklat. 

Related chapters

  • Dark Circle   Bidan Jingga

    "Cowok itu nggak akan berubah hanya karena seseorang, Ngga," ujar Tiara. Sahabat Jingga yang juga membantunya membuka klinik yang dijalankannya itu sesaat setelah Jingga menceritakan hubungannya dengan Arga.Jingga tersenyum tipis sambil menuliskan sesuatu di buku besarnya."Aku nggak berharap dia berubah, Ra. Aku cuma pengen dia ngerti apa yang aku mau. Emangnya aku salah ya kalau aku cuma mau perhatian dari dia?" kata Jingga melemparkan pandangannya pada Tiara yang masih sibuk membersihkan setiap sudut klinik itu.Tiara duduk di hadapan Jingga. Meletakkan tangannya di atas meja."Bukan masalah salah atau enggaknya. Tapi, sekarang kondisinya beda. Dia udah terlalu sering cuek sama kamu. Sampai kapan kamu mau nangis-nangis karena disia-siakan? Trus balik lagi luluh karena sikap dia yang menurut kamu romantis?" tanya Tiara tak mengerti dengan jalan pikiran Jingga.Jingga membuang nafas. Dia sendiri tak tahu harus bagaimana melawan sikap Arga."Aku sendir

    Last Updated : 2021-09-02
  • Dark Circle   Hari Libur

    Jingga menguap dengan mulut yang cukup lebar di depan meja makannya sambil memetik batang cabai. Matanya sedikit terpejam tapi tetap dipaksanya untuk terbuka lebar."Sama bawang merahnya juga ya, Ga," perintah Mama yang masih sibuk dengan panci di atas kompornya.Gaga. Itulah panggilan sayang Mama untuk Jingga. Katanya, agar lebih mudah manggilnya.Tok...Mama memukul kepala Jingga dengan centong sayurnya saat melihat Jingga yang masih terkantuk-kantuk di depan meja.Awww...Jingga menjerit keras sekaligus kaget. Seketika rasa kantuk itu hilang karena pukulan keras Mama.Hubungan Jingga dan Mama memang jauh dari kata 'damai'. Mereka lebih sering bertengkar layaknya saudara daripada ibu dan anak.Maklum saja, jarak usia antara mereka berdua tak terpaut jauh. Hanya 17 tahun. Bahkan lebih muda daripada umur Jingga saat ini.Mama Jingga melahirkannya saat usianya masih 17 tahun saat itu. Akibat sebuah

    Last Updated : 2021-09-02
  • Dark Circle   Kelahiran

    Jingga diam terpaku di samping mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya.Di pagi yang sibuk ini seorang pemuda yang tak dikenalnya menarik paksa tangannya. Membawanya menuju ke sebuah kondisi yang katanya darurat itu.Laki-laki itu bernama Nathan. Seorang pemuda berusia 25 tahun yang hanya memakai kaos tipis dengan celana pendek sekaligus sandal japit. Membawa sebuah mobil yang terlihat cukup mahal. Terparkir dengan gagahnya di depan rumah Jingga.Ceklek...Pintu mobil itu terbuka. Seorang wanita hamil tua sedang menahan kesakitan di dalam sana. Wanita itu adalah wanita yang kemarin baru saja memeriksakan kandungannya di klinik Jingga kemarin.Jingga memandang Nathan dengan wajah sedikit heran. Tak menyangka jika suami dari wanita yang biasa menjadi pasiennya itu adalah seorang pria yang masih sangat muda."Aku bukan suaminya," kata Nathan yang mengerti maksud dari pandangan Jingga. Jingga mengangguk pelan."Sayaangg..." wanit

    Last Updated : 2021-09-03
  • Dark Circle   Ganti Rugi

    Nathan membuka matanya yang terasa sangat berat dengan perlahan. Seketika, telinganya mendengar dengan jelas suara tangisan bayi yang cukup keras. Nathan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Mungkin, kepalanya terjatuh karena dia terjatuh tadi.Ia masih bingung dimana dirinya berada saat ini. Pikirannya bekerja. Dia baru menyadari jika saat ini ia masih berada di sebuah klinik bersalin. Sebuah tempat yang memberinya pengalaman yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.Serang gadis berdiri di dekatnya. Memegang alat-alat medis yang Nathan tak tahu untuk apa kegunaannya. Gadis itu tersenyum ramah memandang Nathan saat tahu jika Nathan sudah bangun."Diminum pak," kata Tiara yang baru datang ke klinik itu beberapa menit yang lalu sambil menyodorkan segelas air putih pada Nathan. Nathan meminumnya dalam sekali teguk."Bayinya gimana?" tanya Nathan sambil memandang erat bayi yang sedang digendong wanita yang baru saja melahirkan itu."Nggak apa-apa. S

    Last Updated : 2021-09-04
  • Dark Circle   Identitas Nathan

    Nathan menjatuhkan tubuhnya pada sebuah kasur besar yang ada di ranjang kamarnya. Matanya memandang ke langit-langit kamar dengan cahaya lampu yang sudah redup itu.Sejenak, Nathan memasang senyum lebar di sudut bibirnya. Pikirannya menerawang jauh ke rumah seorang bidan muda yang baru saja ditemuinya tadi pagi.Jingga.Jingga berhasil membuat kesan terindah untuk Nathan. Memberikan sebuah pengalaman yang tak akan pernah bisa dilupakan bagi Nathan.Jingga. Sosok wanita perkasa yang terlihat kuat dan hebat tapi juga terlihat polos dan anggun disaat yang bersamaan. Sosok wanita muda yang bisa membantu sebuah kehidupan baru untuk melihat dunia ini.Nathan tertawa kecil. Tidak. Tawanya sangat lebar. Hingga memenuhi wajahnya yang kecil itu.Plakk..Nathan bertepuk tangan. Seketika lampu dengan sensor di kamarnya itu menyala dengan indahnya. Tampak sebuah kamar yang cukup luas dengan desain yang sangat mewah.Di salah satu sudut ruanga

    Last Updated : 2021-09-28

Latest chapter

  • Dark Circle   Identitas Nathan

    Nathan menjatuhkan tubuhnya pada sebuah kasur besar yang ada di ranjang kamarnya. Matanya memandang ke langit-langit kamar dengan cahaya lampu yang sudah redup itu.Sejenak, Nathan memasang senyum lebar di sudut bibirnya. Pikirannya menerawang jauh ke rumah seorang bidan muda yang baru saja ditemuinya tadi pagi.Jingga.Jingga berhasil membuat kesan terindah untuk Nathan. Memberikan sebuah pengalaman yang tak akan pernah bisa dilupakan bagi Nathan.Jingga. Sosok wanita perkasa yang terlihat kuat dan hebat tapi juga terlihat polos dan anggun disaat yang bersamaan. Sosok wanita muda yang bisa membantu sebuah kehidupan baru untuk melihat dunia ini.Nathan tertawa kecil. Tidak. Tawanya sangat lebar. Hingga memenuhi wajahnya yang kecil itu.Plakk..Nathan bertepuk tangan. Seketika lampu dengan sensor di kamarnya itu menyala dengan indahnya. Tampak sebuah kamar yang cukup luas dengan desain yang sangat mewah.Di salah satu sudut ruanga

  • Dark Circle   Ganti Rugi

    Nathan membuka matanya yang terasa sangat berat dengan perlahan. Seketika, telinganya mendengar dengan jelas suara tangisan bayi yang cukup keras. Nathan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Mungkin, kepalanya terjatuh karena dia terjatuh tadi.Ia masih bingung dimana dirinya berada saat ini. Pikirannya bekerja. Dia baru menyadari jika saat ini ia masih berada di sebuah klinik bersalin. Sebuah tempat yang memberinya pengalaman yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.Serang gadis berdiri di dekatnya. Memegang alat-alat medis yang Nathan tak tahu untuk apa kegunaannya. Gadis itu tersenyum ramah memandang Nathan saat tahu jika Nathan sudah bangun."Diminum pak," kata Tiara yang baru datang ke klinik itu beberapa menit yang lalu sambil menyodorkan segelas air putih pada Nathan. Nathan meminumnya dalam sekali teguk."Bayinya gimana?" tanya Nathan sambil memandang erat bayi yang sedang digendong wanita yang baru saja melahirkan itu."Nggak apa-apa. S

  • Dark Circle   Kelahiran

    Jingga diam terpaku di samping mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya.Di pagi yang sibuk ini seorang pemuda yang tak dikenalnya menarik paksa tangannya. Membawanya menuju ke sebuah kondisi yang katanya darurat itu.Laki-laki itu bernama Nathan. Seorang pemuda berusia 25 tahun yang hanya memakai kaos tipis dengan celana pendek sekaligus sandal japit. Membawa sebuah mobil yang terlihat cukup mahal. Terparkir dengan gagahnya di depan rumah Jingga.Ceklek...Pintu mobil itu terbuka. Seorang wanita hamil tua sedang menahan kesakitan di dalam sana. Wanita itu adalah wanita yang kemarin baru saja memeriksakan kandungannya di klinik Jingga kemarin.Jingga memandang Nathan dengan wajah sedikit heran. Tak menyangka jika suami dari wanita yang biasa menjadi pasiennya itu adalah seorang pria yang masih sangat muda."Aku bukan suaminya," kata Nathan yang mengerti maksud dari pandangan Jingga. Jingga mengangguk pelan."Sayaangg..." wanit

  • Dark Circle   Hari Libur

    Jingga menguap dengan mulut yang cukup lebar di depan meja makannya sambil memetik batang cabai. Matanya sedikit terpejam tapi tetap dipaksanya untuk terbuka lebar."Sama bawang merahnya juga ya, Ga," perintah Mama yang masih sibuk dengan panci di atas kompornya.Gaga. Itulah panggilan sayang Mama untuk Jingga. Katanya, agar lebih mudah manggilnya.Tok...Mama memukul kepala Jingga dengan centong sayurnya saat melihat Jingga yang masih terkantuk-kantuk di depan meja.Awww...Jingga menjerit keras sekaligus kaget. Seketika rasa kantuk itu hilang karena pukulan keras Mama.Hubungan Jingga dan Mama memang jauh dari kata 'damai'. Mereka lebih sering bertengkar layaknya saudara daripada ibu dan anak.Maklum saja, jarak usia antara mereka berdua tak terpaut jauh. Hanya 17 tahun. Bahkan lebih muda daripada umur Jingga saat ini.Mama Jingga melahirkannya saat usianya masih 17 tahun saat itu. Akibat sebuah

  • Dark Circle   Bidan Jingga

    "Cowok itu nggak akan berubah hanya karena seseorang, Ngga," ujar Tiara. Sahabat Jingga yang juga membantunya membuka klinik yang dijalankannya itu sesaat setelah Jingga menceritakan hubungannya dengan Arga.Jingga tersenyum tipis sambil menuliskan sesuatu di buku besarnya."Aku nggak berharap dia berubah, Ra. Aku cuma pengen dia ngerti apa yang aku mau. Emangnya aku salah ya kalau aku cuma mau perhatian dari dia?" kata Jingga melemparkan pandangannya pada Tiara yang masih sibuk membersihkan setiap sudut klinik itu.Tiara duduk di hadapan Jingga. Meletakkan tangannya di atas meja."Bukan masalah salah atau enggaknya. Tapi, sekarang kondisinya beda. Dia udah terlalu sering cuek sama kamu. Sampai kapan kamu mau nangis-nangis karena disia-siakan? Trus balik lagi luluh karena sikap dia yang menurut kamu romantis?" tanya Tiara tak mengerti dengan jalan pikiran Jingga.Jingga membuang nafas. Dia sendiri tak tahu harus bagaimana melawan sikap Arga."Aku sendir

  • Dark Circle   Aku Ingin Putus

    "Aku mau kita putus," kata Jingga dengan penuh keyakinan.Matanya nanar memandang bayangan dirinya yang terpantul jelas dari cermin kamarnya.Kalimat yang setiap hari diucapkannya di depan cermin selalu tertelan habis saat berada di hadapan Arga. Lelaki yang sudah 3 tahun ini menjalin hubungan dengannya. Baginya, sudah tidak ada kecocokan lagi antara dirinya dan Arga. Apalagi dengan sikap Arga yang selalu bermain wanita di belakang Jingga.Jingga diam sesaat memandang cermin besar di hadapannya.Matanya terlihat sendu. Jingga memejamkan matanya sejenak dan kembali menghembuskan nafas panjang. Untuk kesekian kalinya, Jingga mengedipkan matanya. Berusaha menahan butir-butir air mata yang meresap melalui celah matanya.Perlahan, Ia kembali merapikan bajunya. Berusaha tampil lebih cantik di depan Arga. Setidaknya, jika kali ini dia bisa mengatakannya. Ia ingin semuanya menjadi perpisahan yang manis.Sekali lagi, Jin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status