"Lapor, Tuan. Anak-anak kita semuanya terkapar, hanya tinggal beberapa orang yang sadar, selebihnya tidak sadarkan diri." Seorang itu membawa kabar buruk. Eric yang mendengarnya tentu tak terima. "Sialan! Sebenarnya siapa lelaki itu? Dia begitu kuat dan ... tidak masuk akal." Eric mulai emosi. "Tuan, saya sudah mencari tahu informasi tentang lelaki itu. Dia adalah Victor, seorang yang pernah menjual cincin tersebut pada pemilik toko berlian. Dia tidak bekerja, seorang menantu dari kalangan sederhana." Mendengar hal itu Eric pun lantas mendeskripsikan. "Itu artinya, dia yang pernah menolong Elly yang hampir tenggelam dan dialah orang yang Papa maksud. Seorang yang beruntung mendapatkan cincin dari Papa. Hahahaha." Eric kemudian tertawa. Ia kembali memerhatikan cincin yang sudah ia kenakan di jari manisnya. "Dan sekarang cincin ini menjadi milikku! Hahaha ... dasar bodoh. Tapi aku suka dengan kebodohannya. Berkatnya, cincin ini ada di tanganku!" Eric sungguh senang. Pada akhirnya,
"Ibu yakin kalau Victor takkan memenuhi janjinya. Kalau kamu lupa, dia itu seorang pengangguran, mana bisa membelikanmu berlian, Jessica. Mimpi." Joanna berpendapat. Saat ini Joanna bersama Jessica tengah menempuh perjalanan menuju kediaman Jessica. Joanna hanya penasaran tempat di mana Jessica tinggal sekarang. Jessica bercerita kalau hidupnya sekarang ada kemajuan. Ia seperti merasa betah dan berkecukupan. Jauh ketika saat bersama dengan Victor yang jika ingin sesuatu atau ingin makan makanan enak, dirinya harus bekerja terlebih dahulu. "Apa kamu juga lupa, Jessica. Victor itu hanya mengandalkanmu saja. Untuk makan pun dia hanya minta padamu dan uang yang dia berikan itu dia meminjamnya. Ibu yakin, kalau orang itu menagih, pastilah Victor meminta padamu lagi. Terus saja seperti itu, ibu tidak suka kamu selalu dimanfaatkan oleh gembel itu." "Ibu!" Jessica sedikit membentak. Ia seperti tidak mau ibunya berpendapat seperti itu. Namun ..."Apa? Apa kamu mau terus-terusan dimanfaatka
Joanna melempar kotak berlian beserta sertifikatnya sebab tak terima. Dia juga menyebut kalau berlian itu palsu. Bagaimana bisa seperti itu? "Ibu! Apa yang ibu lakukan? Itu milikku!" kata Jessica yang mengakui kalau berlian itu miliknya atas pemberian Victor. Jelas ia pun terkejut akan tindakan sang ibu. "Ibu tau itu palsu, dan kamu sangat bodoh menerima barang palsu dari seorang gembel seperti dia!" bantah Joanna berteriak. Seorang penjaga yang mendengarnya pun maju. Ia ingin menghentikan tindakan Joanna, namun dicegah oleh Victor. Victor menahan penjaga di rumahnya agar tidak melakukan apapun terhadap ibu mertuanya. Bagaimanapun, Joanna adalah ibu kandung dari sang istri dan ia harus hormat. "Bu, berlian yang aku berikan kepada Jessica itu asli, benar-benar asli dan aku memakai uangku sendiri untuk membelinya. Percayalah," jelas Victor. Namun, sepertinya Joanna masih tak ingin menerima. "Halah ... omong kosong! Gajimu bekerja di rumah ini berapa, sampai bisa membelikan berlian
Benarkah yang diputuskan oleh Jessica? Victor yang mendengarnya tentu sangat senang. "Benarkah itu, istriku? Kamu mau ikut dan tinggal bersamaku di sini?" Dan pertanyaan itu diangguki oleh Jessica. Victor begitu senang, terkecuali Joanna. "Bodoh! Ternyata aku melahirkan anak perempuan yang bodoh. Ibu tidak sudi tinggal di sini, lebih baik ibu tinggal bersama Vivian. Anak tidak tau diuntung. Ibu menyesal telah melahirkan kamu, Jessica." Joanna marah dan ia memutuskan untuk pergi. Kali ini, Jessica bahkan tidak mengejar. Sebetulnya apa yang Jessica pikirkan? Apakah dia sudah bosan atas perintah dari sang ibu yang terus menyuruhnya untuk berpisah? "Istriku, ibu marah. Kita harus mengejarnya." Victor tidak ingin ada kesalahpahaman lagi antara Jessica dan ibunya. Namun, Jessica menahan Victor. "Biarkan ibu, suamiku. Aku telah salah memutuskan sesuatu yang telah menyakitimu. Aku sungguh mencintaimu dan aku mau ikut denganmu ke mana pun. Aku salah, hanya karena cita-cita, aku telah men
"Jadi, ini wanita yang bernama Lussy? Siapa dia dan ada hubungan apa denganmu, suamiku?" Jessica tentu penasaran. Dalam hatinya menaruh sedikit curiga. Lussy lalu memberikan jabatan tangan. "Halo, saya Lussy, saya ingin bekerja sama dengan suami Anda, apakah diijinkan?" Jessica tidak langsung membalas jabatan tangan itu. Ia melihat Lussy dengan tatapan mengintimidasi. Lussy menunggu. Ia masih tersenyum kepada Jessica selaku istri Victor. Namun, di sana Victor tentu dengan pikirannya sendiri. "Suamiku, apakah benar kamu akan bekerja dengannya?" bukannya membalas jabatan tangan Lussy, Jessica malah bertanya kepada Victor perihal pekerjaan yang ditawarkan oleh Lussy ini. Wanita itu sungguh pintar. "Oh, ya, aku lupa. Kemarin aku bertemu dengannya dan Nona ini menawari pekerjaan padaku," jelas Victor. 'Dia anggap ini sebuah pekerjaan?' batin Lussy."Benarkah? Bekerja sebagai apa?" tanya Jessica kembali. Hendak menjawab, ternyata Lussy lah yang terlebih dahulu berbicara. "Saya ada
Sudah lama Victor tak bertemu dengan Levin. Dia adalah kakak kedua Jessica yang itu artinya Levin ini kakak iparnya sendiri. Namun, perihal Lussy dan ucapan itu? "Kakak ipar? Apakah dia kakak iparmu, Victor?" tanya Lussy yang penasaran. Lalu, Victor mengangguk. Ia menjawab sesuai dengan kenyataannya. Tetapi tidak dengan Levin. Ia seperti panik. "Tidak. Aku bahkan tidak mengenalinya sama sekali," kata Levin. Lussy yang mendengar jawaban kekasihnya itu sungguh muak. Namun, ia juga tidak bisa berbohong kalau dia benar-benar malu. Ia takut kalau Victor berpikir yang bukan-bukan tentangnya. "Kakak ipar, apakah kamu berselingkuh dengan Lussy?" Victor hanya ingin memastikan dan ia berharap jika dugaannya salah. "Jangan sembarangan menuduh. Justru kamu yang berselingkuh dengan wanita jalang ini." Apa katanya? "Hei ... berani kau menyebutku jalang?" Lussy protes aka
Marten terus dicecar oleh Vivian, istrinya. Masalahnya uang itu tidaklah sedikit dan ternyata Marten memberikan berlian palsu? "Sayangku, maafkan aku. Aku memakai uang itu untuk menutup kerugian kantor. Keadaan kantor sekarang sedang banyak masalah," jelas Marten. Tentu Vivian tidak tahu hal tersebut. "Masalah? Kenapa kamu tidak bilang kalau kantormu sedang ada masalah? Lalu, bagaimana perkembangannya sekarang?" Vivian sangat takut kalau perusahaan Marten bangkrut. Bagaimanapun, ia juga tidak mau jatuh miskin. "Sangat buruk." Vivian terdiam. Kenapa Marten baru bicara sekarang? "Sayangku, itulah sebabnya aku keberatan akan biaya untuk Jessica menjadi model. Tetapi aku tidak mau malu di depan ibu dan saudara kamu yang lain kalau perusahaan telah hampir bangkrut. Aku memaksakan diri dengan membeli berlian palsu. Tolong bicara sama ibu agar dia tidak khawatir. Suatu saat, aku akan memberikan barang yang lebih dari itu." Vivian lalu mengangguk dengan perasaan kecewa. "Hmm, baiklah."
Jessica mendapat kabar jika Marten menemuinya sampai ke sini. Ini tidak masuk akal. Namun, karena penasaran, Jessica mengeceknya langsung keluar. Hendak menjawab Marten, telpon itu malah terputus begitu saja. "Tidak jelas." Jessica menganggap ini sebagai penipuan. Marten telah menipunya karena mengaku berada di kediamannya sekarang. Tetapi nyatanya tidak ada. "Hhh ... bagaimana dengan Victor? Apakah dia jadi bekerja di toko berlian itu?" tiba-tiba sekali, Jessica teringat Victor. Karena sekarang Victor sudah memiliki alat komunikasi, jadinya Jessica segera menghubungi Victor di sana. Namun, sepertinya ponselnya tertinggal dan seorang perempuan lah yang mengangkatnya. "Kenapa Anda yang mengangkat telponku? Di mana Victor? Apakah dia jadi bekerja di sana?" tanya Jessica yang turut penasaran sekaligus cemas. Cemas karena khawatir Victor tak benar dalam bekerja. /"Ponselnya tertinggal di mobilku. Kamu bujuklah dia supaya mau bekerja denganku sebab dia tetap menolaknya."/ kata perem
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan