Sudah lama Victor tak bertemu dengan Levin. Dia adalah kakak kedua Jessica yang itu artinya Levin ini kakak iparnya sendiri. Namun, perihal Lussy dan ucapan itu? "Kakak ipar? Apakah dia kakak iparmu, Victor?" tanya Lussy yang penasaran. Lalu, Victor mengangguk. Ia menjawab sesuai dengan kenyataannya. Tetapi tidak dengan Levin. Ia seperti panik. "Tidak. Aku bahkan tidak mengenalinya sama sekali," kata Levin. Lussy yang mendengar jawaban kekasihnya itu sungguh muak. Namun, ia juga tidak bisa berbohong kalau dia benar-benar malu. Ia takut kalau Victor berpikir yang bukan-bukan tentangnya. "Kakak ipar, apakah kamu berselingkuh dengan Lussy?" Victor hanya ingin memastikan dan ia berharap jika dugaannya salah. "Jangan sembarangan menuduh. Justru kamu yang berselingkuh dengan wanita jalang ini." Apa katanya? "Hei ... berani kau menyebutku jalang?" Lussy protes aka
Marten terus dicecar oleh Vivian, istrinya. Masalahnya uang itu tidaklah sedikit dan ternyata Marten memberikan berlian palsu? "Sayangku, maafkan aku. Aku memakai uang itu untuk menutup kerugian kantor. Keadaan kantor sekarang sedang banyak masalah," jelas Marten. Tentu Vivian tidak tahu hal tersebut. "Masalah? Kenapa kamu tidak bilang kalau kantormu sedang ada masalah? Lalu, bagaimana perkembangannya sekarang?" Vivian sangat takut kalau perusahaan Marten bangkrut. Bagaimanapun, ia juga tidak mau jatuh miskin. "Sangat buruk." Vivian terdiam. Kenapa Marten baru bicara sekarang? "Sayangku, itulah sebabnya aku keberatan akan biaya untuk Jessica menjadi model. Tetapi aku tidak mau malu di depan ibu dan saudara kamu yang lain kalau perusahaan telah hampir bangkrut. Aku memaksakan diri dengan membeli berlian palsu. Tolong bicara sama ibu agar dia tidak khawatir. Suatu saat, aku akan memberikan barang yang lebih dari itu." Vivian lalu mengangguk dengan perasaan kecewa. "Hmm, baiklah."
Jessica mendapat kabar jika Marten menemuinya sampai ke sini. Ini tidak masuk akal. Namun, karena penasaran, Jessica mengeceknya langsung keluar. Hendak menjawab Marten, telpon itu malah terputus begitu saja. "Tidak jelas." Jessica menganggap ini sebagai penipuan. Marten telah menipunya karena mengaku berada di kediamannya sekarang. Tetapi nyatanya tidak ada. "Hhh ... bagaimana dengan Victor? Apakah dia jadi bekerja di toko berlian itu?" tiba-tiba sekali, Jessica teringat Victor. Karena sekarang Victor sudah memiliki alat komunikasi, jadinya Jessica segera menghubungi Victor di sana. Namun, sepertinya ponselnya tertinggal dan seorang perempuan lah yang mengangkatnya. "Kenapa Anda yang mengangkat telponku? Di mana Victor? Apakah dia jadi bekerja di sana?" tanya Jessica yang turut penasaran sekaligus cemas. Cemas karena khawatir Victor tak benar dalam bekerja. /"Ponselnya tertinggal di mobilku. Kamu bujuklah dia supaya mau bekerja denganku sebab dia tetap menolaknya."/ kata perem
SREEKK!! Victor membuka garasi yang ada di samping rumah besar itu. Kali ini, ia akan mencoba untuk memakainya. Walaupun belum pernah mengemudi, tetapi ini situasi yang sangat darurat dan Victor membutuhkannya saat ini juga. Penjaga rumah sudah tiada, para pelayan pun turut dihabisi. Ini sudah keterlaluan. Namun, Victor tak mengetahui siapa pelakunya, serta yang membawa Jessica pergi.'Apa semua ini perbuatan Alex?' Victor menduga kalau Alex lah pelakunya. Tidak lain dan tidak bukan. Tetapi, dugaan itu sepertinya benar sebab siapa lagi yang ingin mengambil Jessica kalau bukan Alex? Victor ragu, ia melihat mobil sport berwarna merah di dalam garasi itu. Ia ragu sebab tak bisa menjalankannya. Namun, apa salahnya mencoba? "Ini keadaan darurat. Semoga aku bisa." Victor memutuskan untuk memakainya. Tidak perlu mencari kunci sebab kuncinya sudah tersedia di sana. Hanya saja Victor bingung, bagaimana cara menghidupkan mobil mewah ini. "Apakah kuncinya sebelah sini?" ia memasukkan kunc
Tujuannya hanya kepada Alex. Namun, siala sangka, hal tak terduga terjadi begitu saja. Ketika orang-orang itu telah maju untuk menyerangnya yang hanya seorang diri, Victor sama sekali tak berniat untuk kabur. "Aku bertanya baik-baik dan berniat untuk membantu orang membayar utangnya. Tetapi kenapa kalian ingin memburuku?" waktunya sungguh terbuang hanya karena masalah ini. "Itu salahmu yang ikut campur urusan kami. Siapapun, akan kami bunuh jika kamu mau dan kau termasuk salah satunya. Bersiaplah untuk mati." Mereka tidak melawan satu per satu, melainkan menyerangnya secara bersamaan. Ada yang melayangkan tangan, ada juga yang melayangkan kakinya bahkan telah mengeluarkan kembali pisau yang mereka lipat sebelumnya. Sementara Victor dengan tangan kosong. Bugh!! Syut!! Secara bersamaan dan Victor harus menghindari dari pukulan serta layangan pisau di tangan mereka. Tidak. Victor bahkan tak hanya menghindar, tetapi ia turut melawan. 'Sial!! Sepertinya pria ini sudah terlatih.' ba
Pria itu kelelahan dan tak sanggup lagi mendorong mobil yang tumpangi Victor. Bukan itu yang ia mau. Pria itu tak menyangka nasibnya akan seperti ini. "Apa bengkelnya masih jauh?" rutuk pria itu. "Mungkin." Victor menjawabnya dengan ringan. "Hhh ... tau begini aku takkan menyetujui permintaanmu. Harusnya aku mengemudi, bukan mendorong mobil rusak ini." "Setidaknya utangmu lunas, Leo." Ya, pria itu tak lain ialah Leo. Seorang yang memiliki utang banyak dan utang itu telah lunas berkat Victor. Kalau bukan karena bantuan darinya, mungkin Leo terus dikejar-kejar para penagih utang. Walaupun dengan pembalasan yang sepertinya setimpal. "Tapi harusnya kau turun dan membantu, kau menambah beban saja." Leo nampak semakin kelelahan. Ia pun berhenti begitu saja dan duduk dengan lemas. "Hhaaahh ... lelah sekali." Di sana, Victor pun turun dari mobil itu. Bagian depan mobil terbentur ke tiang pembatas jalan. Sepertinya ada kerusakan sampai mobil itu tak bisa dinyalakan. Sial. Tahu begini
Jujur saja, Leo sedikit menyepelekan penampilan Victor. Namun, perihal kemampuan, ia sangat memujinya. "Apakah masih jauh?" Leo nampak kesal dan terus bertanya. "Apa kau bisa diam? Pak sopir pasti tau di mana tempatnya jadi jangan khawatir." Kali ini Leo pun terpaksa diam. Sejak tadi, hanya dia yang banyak mengoceh. Victor menyesal karena sudah mengajaknya untuk mencari Jessica. "Tuan-tuan, kita sudah sampai." Akhirnya. Mobil itu berhenti tepat di depan gerbang besar kompleks Green Park. Ini seperti sebuah istana menurut mereka. Namun, tanpa mereka tahu, sebagian besar orang menilai kompleks itu seperti neraka. "Baik, terimakasih." Victor dan Leo turun. Situasi di sini sangat sepi dan banyak daun berjatuhan seperti tak pernah dibersihkan ataupun dibakar. Tempatnya memang besar, sepertinya ada beberapa rumah besar di dalamnya. "Apakah kita akan masuk ke sana?" tanya Leo. Ia nampak ragu. "Tentu saja. Gerbang pun tidak terkunci," dan Victor sudah membukanya. "Tunggu sebentar."
Leo semakin ketakutan, apalagi mereka sengaja menodongkan benda itu ke hadapannya. "A-ampun, ya, saya akan turun." Akhirnya Leo pun turun dan dari sana, Victor masih melawan mereka. Dengan tangan kosongnya, Victor mampu menangkis setiap pukulan yang dilayangkan. Serta menendang benda berapi itu agar tidak ditembakkan. Ini tidaklah mudah. Ditambah dengan dia yang hanya sendirian. Namun, semakin lama energinya semakin berkurang. Entah bagaimana harus menambahnya kembali, tetapi tangannya sudah mulai lelah. Mereka terlalu kuat. "Aargghh!!" Dari arah belakang, seseorang menendang punggungnya sampai Victor tersungkur. Selain itu, orang di depannya pun tidak diam dan mereka melawan secara bersamaan. 'Kenapa denganku? Kenapa aku merasa lemas.' batin Victor. Tidak seperti biasanya. Dirinya pun tak bisa bertahan. BRAK!! Seketika Victor terjatuh, dengan luka di wajahnya dan darah di pipi kanannya karena terkena pukulan dari pistol. "Bos mengatakan kalau kita tidak harus membunuhnya. S
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan