Leo semakin ketakutan, apalagi mereka sengaja menodongkan benda itu ke hadapannya. "A-ampun, ya, saya akan turun." Akhirnya Leo pun turun dan dari sana, Victor masih melawan mereka. Dengan tangan kosongnya, Victor mampu menangkis setiap pukulan yang dilayangkan. Serta menendang benda berapi itu agar tidak ditembakkan. Ini tidaklah mudah. Ditambah dengan dia yang hanya sendirian. Namun, semakin lama energinya semakin berkurang. Entah bagaimana harus menambahnya kembali, tetapi tangannya sudah mulai lelah. Mereka terlalu kuat. "Aargghh!!" Dari arah belakang, seseorang menendang punggungnya sampai Victor tersungkur. Selain itu, orang di depannya pun tidak diam dan mereka melawan secara bersamaan. 'Kenapa denganku? Kenapa aku merasa lemas.' batin Victor. Tidak seperti biasanya. Dirinya pun tak bisa bertahan. BRAK!! Seketika Victor terjatuh, dengan luka di wajahnya dan darah di pipi kanannya karena terkena pukulan dari pistol. "Bos mengatakan kalau kita tidak harus membunuhnya. S
"Lakukan sesuatu katamu? Bagaimana bisa aku melakukannya sementara tanganku terikat bersamaan denganmu!" Kedua tangan mereka disatukan dan diikat oleh tambang yang sangat kuat. Bukan hanya tangan saja, tetapi kaki mereka pun sama. Leo terus menghentakkan kakinya. "Aarrgghh ... aku mau lepas ... aku mau pergi dari sini ... semua gara-gara kamu, Victor ... aarrgghh!!" Leo yang kacau, sementara Victor tengah berpikir bagaimana caranya ia menghilangkan magnet dari atas langit-langit. "Kau percaya akan sesuatu?" kata Victor yang berhasil membuat Leo berhenti. "Sesuatu apa?" tanya Leo sembari menatap Victor dari arah samping. "Sesuatu yang bisa membuatmu lemah." Leo mengangguk. "Ya, sesuatu yang membuatku lemah adalah wanita. Itulah sebabnya aku kapok untuk berpacaran. Lagi, sesuatu yang lain ialah uang, tanpa uang diriku lemas." "Ck, bukan itu." Victor mengira kalau Leo ini sedikit tulalit. "Lalu apa?" tanya Leo dengan isi pikirannya yang ingin segera bebas. "Lihatlah di atas san
Leo memikirkan caranya agar bisa keluar dari sana tanpa sepengetahuan si penjaga. Namun, tidak ada jalan untuknya keluar. Bahkan tidak ada lubang satupun di sana. "Ya ampun. Kalau saja bukan karna Victor, enggan sekali aku melakukannya." Hanya dia yang bisa membantu. 'Sebenarnya apa tujuan Victor agar aku melepas magnet itu? Apakah dia ingin memilikinya untuk mendapat keberuntungan? Ah, mana mungkin seperti itu.' Leo terus bergumam. Namun, ini bukan waktunya ia mengandai-andai. Bagaimana pun ia harus cepat. "Heii ... cepatlah." Penjaga itu memukul pintu. "Ya, sebentar." Leo berteriak sambil berpikir lagi. Ini bukan hal yang mudah. Sekalinya ia gagal maka nyawa taruhannya. Sial. Leo lalu membuka pintu. "Sudah selesai?" Leo menggeleng. "Belum, aku membutuhkan sebatang rokok. Apa kau memilikinya?" Apa? "Tidak! Jangan banyak alasan dan cepatlah. Waktuku tidak banyak." "Justru itu, tanpa rokok aku tidak bisa buang air besar," lanjut Leo lagi. Sebetulnya ia tengah mencari cara.
Pintu yang didobrak dengan keras berhasil membuka kunci. Energi Victor telah kembali dan ia merasa tubuhnya ringan lagi."Victor, kamu tau aku di sini?" Jessica tak menyangka kalau suaminya akan kemari. Tetapi, apa yang dia lakukan? Kenapa Victor mendobrak pintu? Alex yang melihat keberadaan Victor di sini tentu sangat marah. "Kau merusak pintu rumahku!" hardik Alex. Sepertinya itu tidak penting bagi Victor. Yang ia inginkan hanya Jessica, bukan yang lain. "Istriku, dia menculikmu dan dia menyekapku juga Leo di ruangan yang lain. Dia ingin kami mati," jelas Victor yang membuat Jessica menatap tak percaya. "Kamu bohong, Alex. Katamu kamu akan bicara baik-baik. Tetapi apa? Kenapa kamu ingin suamiku mati? Kamu jahat." Jessica merasa dibodohi. Padahal sebelumnya ia tahu kalau Alex telah menambak para penjaga di rumah besar milik Victor. Alex memang pandai dalam berucap. Siapa saja akan mempercayainya dan dia sangat pintar memutar balikkan fakta. "Aku tidak pernah berniat membunuh s
"Sebentar lagi ibu ulang tahun. Apakah tidak ada yang ingat satu orang saja? Levin, Noah? Apakah mereka tidak ingat?" Vivian menggerutu kesal karena adik-adiknya bahkan tak menghubunginya sama sekali. Padahal hari spesial untuk Joanna tinggal beberapa hari lagi. "Aku pulang." Marten yang baru selesai dengan urusan kantornya, mencium Vivian seperti biasa, sebagai rutinitasnya setiap hari. Marten memperhatikan Vivian seperti ada yang salah. "Hei, kenapa? Apakah aku pulang terlambat?" Marten melihat jam tangan yang ia kenakan. "Hmm, lebih lima menit saja." Vivian yang kesal pun terduduk. "Aku tidak kesal padamu, tapi aku kesal kepada adik-adikku. Mereka sama sekali tidak peduli sama ibu. Bahkan sebentar lagi hari ulang tahun ibu. Tidak ada satupun yang menelpon atau bertanya perihal itu." Memang, sejak mereka menikah, mereka sama sekali tak pernah menemui Joanna. Hanya Vivian lah yang sering memantau Joanna, ditambah lagi, sekarang Joanna tinggal bersamanya. "Apa kau sudah menelpo
"Bagaimana keadaanmu, apakah sudah lebih baik?" Victor masih menemani Jessica yang sejak tadi hanya diam dengan pikirannya. Entahlah, sepertinya Jessica sedang memikirkan sesuatu. "Aku baik," jawab Jessica singkat, terapi setelah itu ia ingat sesuatu. "Suamiku, bagaimana luka di bahumu?" ia ingin melihatnya. "Sudah membaik, aku sudah mengobatinya sendiri," kata Victor. "Baiklah. Suamiku, aku tidak menyangka kalau Alex ingin membunuhmu dan teman kamu. Alex membujukku agar aku kembali, tetapi aku tidak mau lagi." Mendengar itu, Victor tentu setuju. Lagi pula ia pun tidak suka kalau Jessica dekat dengan Alex dengan tujuan yang tidak baik, terkecuali untuk menjadikannya model sesuai impian Jessica. "Itu lebih baik." Jujur saja, sejak awal, Jessica memang tidak pernah dekat dengan lelaki lain selain Victor, suaminya. Ia begitu mencintainya, bahkan ketika saudara dan ibunya menyuruhnya untuk berpisah pun, Jessica tak pernah mengiyakan. Namun, entah kenapa, setelah mengenal Alex, ia
"Ibu." Victor dan Jessica menemui Joanna di kediaman Vivian. Tidak ada Marten di sana. Hanya ada Joanna, Vivian dan putranya. "Kamu." Joanna yang tadinya tengah bersantai pun, melihat kedatangan mereka berdua, segera berdiri. "Untuk apa kamu ke sini, Victor? Bukankah sudah kubilang kalau kamu terlalu kotor untuk menginjakkan kaki di rumahku lagi?" hardik Vivian. Ia sama sekali tak menerima kedatangan Victor. Namun, di sana Jessica berpihak kepada suaminya. "Kakak, aku dan Victor ke sini untuk membahas hari ulang tahun ibu." Apa katanya? "Tante, apakah tante dan om Victor akan mengadakan pesta?" "Ronald, pergi ke kamarmu, sekarang!" Vivian tidak suka Ronald yang ikut campur urusan mereka. Ronald yang takut pun segera melaksanakan perintah ibunya dan masuk ke dalam kamar. Joanna yang mendengar pun lalu menatap Jessica. "Kamu sudah tidak mau menurutiku, lalu untuk apa kamu peduli dengan hari itu?" Jessica jadi teringat ketika terakhir kali ia bertengkar dengan sang ibu. Hanya k
Di tengah pembahasan hari spesial untuk Joanna, ponsel Victor berbunyi. Ada panggilan masuk di sana. /"Kau ada di mana?"/ kata seseorang di dalam sambungan telpon itu. "Ada apa?" Victor berbalik memberi pertanyaan. /"Ada kabar buruk tentang mobilmu yang rusak itu."/ katanya lagi. "Aku segera kembali." Victor lalu menutup telpon. Di sana, Jessica selaku sang istri pun bertanya, siapa yang telah menghubunginya. Dan Victor mengatakan kalau dia adalah Leo. Jessica tak mempermasalahkan itu. Namun, Leo meminta Victor untuk kembali, sementara dirinya harus mempersiapkan hari spesial Joanna. "Aku tidak bisa ikut kamu, Suamiku, apakah itu tidak masalah?" kata Jessica. "Tentu saja, kamu di sinilah dulu sampai hari itu tiba." Victor memberi Jessica waktu banyak untuk Joanna. "Kamu yang terbaik." Jessica senang. Setelah kepergian Victor, Marten lalu menghampiri Jessica. Ia ingin mengatakan suatu hal kepadanya. "Ada kejutan untukmu tentang Victor, dan aku akan memberitahumu setelah hari
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan