Share

Chapter 05

last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-24 20:08:51

"Ini untuk upah kerjamu hari ini. Terima kasih ya Dara, saya puas dengan hasil kerja mu," ucap sang wanita paruh baya, yang selalu mempekerjakan Dara di rumahnya sebagai tukang cuci dan gosok. Bukan hanya satu rumah saja, Dara bekerja untuk beberapa rumah di sekitar lingkungannya, dan ia bersyukur karena semuanya sangat puas dengan hasil kerjanya. Ia beruntung, karena sebelumnya sering belajar menggosok pakaiannya sendiri saat keadaan keluarga mereka sedang jaya. Dan siapa sangka, jika hal itu yang kini membantunya untuk mendapatkan biayamakan sehari-hari.

Meski uang yang di dapat tidak besar jumlahnya, Dara tetap bersyukur. Jika semakin banyak pakaian yang ia cuci dan ia gosok, semakin banyak pula uang yang akan ia dapatkan dan setidaknya, ia memiliki uang untuk meneruskan kehidupan mereka di kota yang keras ini.

Meski setiap malam ia harus mengeluh karena seluruh badannya sakit, tapi Dara tidak pernah kapok untuk terus bekerja sebagai tukang cuci. Mungkin, ini adalah pekerjaan rendahan, tapi Dara tidak peduli, setidaknya ia memiliki pekerjaan meski harus mendapatkan upah yang tak sebanding, asalkan ia dan ibunya bisa makan, itu semua sudah sangat cukup baginya.

"Bu, ini kenapa banyak sekali?" tanya Dara, setelah ia mengetahui jika wanita yang akrab di sapa ibu Mira itu, memberinya upah upah yang besar dari biasanya. Padahal pakaian yang selesai ia cuci dan gosok, tidak terlalu banyak.

Ibu Mira menggeleng, "Tidak apa-apa. Anggap saja itu adalah bonus untukmu, saya senang dan puas dengan hasil kerjamu."

"Tapi bu--"

Ibu Mira tersenyum kecil. "Tidak apa-apa.  Ambil saja! Nanti jika ada cucian lagi, ibu akan mengabarimu ya."

Dara menggenggam kedua lengan ibu Mira. "Terima kasih bu. Terima kasih," ucapnya penuh haru.

"Sama-sama sayang,"

Dara benar-benar menangis haru, dulu saat dirinya hidup dengan begitu bergelimang harta, membuatnya lupa dan sama sekali tidak pernah peduli dengan lingkungan sekitar, yang ia tahu hanyalah berfoya-foya, dan menghabiskan uang dalam hitungan detik. Tapi, mengapa di saat ia berada dalam keadaan seperti ini, tuhan masih sangat berbaik hati mempertemukannya dengan orang-orang yang sangat baik kepadanya,seperti sosok ibu Mira ini.

Ya tuhan, kini ia sadar. Betapa pentingnya berbagi kepada sesama, terlebih pada orang yang sangat membutuhkan.

"Sudah, sudah. Jangan menangis. Pulanglah, dan belikan ibumu makanan enak, untuk makan malam!" seru ibu Mira.

Dara mengangguk, "Tentu bu. Terima kasih banyak ibu. Kalau begitu Dara pamit ya ... " pamitnya.

Ibu Mira tersenyum, melambaikan tangannya pada Dara, yang sudah pergi bersama dengan sepeda yang ia beli dari hasil uang tabungannya selama ini. Meski bukan baru, yang penting Dara memiliki alat transportasi untuknya bekerja.

Terus terang saja, Ibu Mira salut dengan kegigihan dan sikap kerja keras anak itu. Seharusnya, di masa mudanya sekarang ini, ia bisa menikmati pergaulan anak seusianya, bekerja di tempat yang layak dan menghabiskan waktunya untuk banyak hal. Tapi, anak itu justru memilih menjadi tukang cuci dan gosok, dari rumah ke rumah. Dara telah bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya beserta ibunya, hari ini ibu Mira sengaja memberikan upah yang sedikit besar untuk Dara, ia kasihan dan merasa tergerak hatinya begitu melihat Dara yang bekerja begitu sangat keras setiap hari.

Ia berharap, suatu saat nanti anak itu bisa menemukan kebahagiaannya.

Iya semoga saja.

***

Pengumuman sudah di sebar, sesuai perintah Danu. Rio benar-benar sudah menjalankan tugasnya dengan baik seperti biasanya. Walau mungkin,  pria itu bertanya-tanya dalam hati mengapa Danu memintanya melakukan itu semua secara tiba-tiba seperti ini. Berbeda dengan Rio yang masih bertanya-tanya soal sikap Danu yang berubah selama beberapa hari ini. Danu justru tengah tersenyum puas di atas kursi kebanggannya, ia yakin jika Dara sudah mengetahui kabar ini. Sama seperti Alby dan Andra yang juga sudah mendengar kabar itu, mereka sempat protes atas tindakan gilanya ini. Hanya untuk seorang Dara Ameera, ia melakukan hal yang sangat pengecut seperti ini. Padahal, ia bisa menyeret Dara untuk sampai ke hadapannya dengan sangat mudah. Alih-alih itu semua, ia memilih jalan rumit seperti ini, agar terlihat lebih natural di mata Dara.

Setidaknya, Dara tidak tahu apa yang sedang ia rencanakan.

Katakan saja, jika ia memang sudah sangat gila seperti yang di katakan Alby dan juga Andra. Tapi, ia memang harus menjadi gila untuk bisa membalaskan dendamnya kepada Dara sesuai dengan rencananya. Ia akan membalaskan dendamnya dengan cara halus yang perlahan akan menghancurkan Dara.

Pria itu berjalan ke ruangan Rio, yang tampak sibuk di depan laptop miliknya.

"Bagaimana? ada yang sudah mendaftar?" tanyanya kepada Rio. Asistent Pribadinya.

"Sudah tuan muda," jawabnya sembari memperlihatkan laptopnya, yang penuh dengan e-mail dari para pelamar.

Danu mengerutkan keningnya, menatap layar laptop Rio. "Banyak sekali ternyata," kemudian ia menatap Rio, "Print Out semua CV mereka, dan berikan berkasnya kepadaku nanti!" perintahnya

"Siap tuan muda, aku akan melakukannya secepatnya,"

Danu bergumam, "Baiklah, aku akan menunggu," ucapnya, kemudian ia pergi dari ruangan Rio, menuju ruangannya dan duduk di kursi kebesaran miliknya.

Pria itu termenung, apakah di antara ribuan pelamar itu ada nama Dara? atau, apakah wanita itu justru tidak melamar pekerjaan di perusahaannya?

Danu tidak berhenti memikirkan segala spekulasi yang muncul di pikirannya. Tapi, ia sangat berharap bahwa di antara nama orang-orang itu akan terselip nama Dara. Setidaknya, itu akan memudahkan rencana balas dendamnya nanti, ia tidak boleh melepaskan kelinci kecil itu. Seharusnya Dara akan terpancing oleh hal itu, mengingat sudah banyak perusahaan dan tempat lainnya yang sudah menolaknya untuk bekerja. Bukankah kabar ini, adalah peluang emas untuknya?

Ya, Danu yakin jika salah satu dari banyaknya nama pelamar itu, ada nama Dara.

Sial! Ia jadi tidak sabar untuk menerima semua berkas itu dari Rio.

Jika saja, rencana ini tidak berhasil. Ia sungguh tidak punya rencana lain.

Sepeninggal Danu, Rio terdiam. Ia tidak mengerti sebenarnya apa yang Danu cari, mengapa tiba-tiba saja tuan mudanya itu memintanya untuk membuat pengumuman jika Alfarez sedang mencari karyawan perempuan, padahal Alfarez Group sedang tidak kekurangan pegawai satu orang pun. Jika pun Alfarez membutuhkan pegawai baru, Danu akan menyuruhnya mengatasi semuanya dan memilih satu yang terbaik dari orang-orang yang lolos interview. Tapi, kenapa kali ini Danu ikut turun tangan sendiri. Apakah ini ada hubungannya dengan wanita yang selalu Danu awasi selama ini?

Rio tidak mengerti, apa yang sebenarnya telah terjadi di masa lalu antara mereka, tapi mengapa Danu sangat gigih ingin menghancurkan perempuan itu? Setelah sebelumnya Danu membuat Dara di tolak kerja dimana-mana, kini ia justuvingin memasukkan perempuan itu ke dalam jangkauannya, Yang membuat Rio semakin bertanya-tanya perihal hubungan macam apa yang pernah terjalin di masa lalu mereka berdua, hingga Danu bersikap begitu kejam kepada wanita itu.

Semenjak pengumuman itu di sebar, Danu dan Rio terlihat begitu sangat sibuk beberapa hari ini, keduanya masih belum selesai memeriksa semua data yang berada di atas mejanya. Belum selesai dengan tumpukan yang sebelumnya, Rio kembali datang membawakan satu tumpuk berkas lagi, dan membuatnya mengeluh beberapa kali karena berkas yang begitu banyak di hadapannya tersebut.

"Sial! Kenapa banyak sekali data yang harus di periksa," keluhnya.

Danu mengerang kesal. "Cukup Rio. Masih ada berapa banyak data yang masuk ke e-mail kita?" tanya Danu.

"Masih sangat banyak, tuan muda. Apakah anda ingin saya membantu memeriksa data ini satu persatu?" tawar Rio.

"Terserah! Ya tuhan, kepalaku sudah sangat pusing sekali. Kau bisa membantuku, mencari data dengan nama Dara Ameera. Jika sudah menemukannya, segera beritahu aku!" seru Danu. Setidaknya Rio bisa mengurangi rasa sakit di kepalanya, karena semua berkas sialan ini!

Rio mengangguk, kemudian ia mengambil sebagian data dari meja Danu, mereka berdua sibuk meremas dan membuang kertas, yang bukanlah milik Dara Ameera. Rio tidak tahu, apa tujuan Danu mencari data milik Dara, tapi ia tahu jika tujuannya mengumumkan lowongan pekerjaan di perusahaan ini, memang bertujuan untuk memancing Dara.

"Haiish! Kenapa banyak sekali berkasnya?" keluh Danu lagi. Yang benar saja, kenapa susah sekali menemukan data milik Dara. Atau, apakah sebenarnya wanita itu tidak berminat mengikuti pendaftaran karyawan di perusahaannya?

Danu bersandar di kursi kebanggaannya sembari memijat pelipisnya. Ya tuhan, ia tidak tahu jika hal ini ternyata sangat merepotkan. Jika saja bukan karena rencana balas dendamnya kepada Dara, ia tidak akan mau melakukan semua hal yang membuat kepalanya serasa mau pecah, melihat semua tumpukan dokumen sialan itu.

Berbeda dengan Danu, maka berbeda pula dengan Rio. Pria itu tampak terdiam beberapa saat, terpaku pada sebuah lembar kertas dengan foto wanita yang sangat familier baginya.

"Tuan," panggil Rio.

"Jangan menggangguku, jika itu bukan tentang Dara," ucapnya acuh, sembari memeriksa tumpukan data di meja kerjanya.

"Aku menemukannya!" seru Rio.

"Rio, berhen--Tunggu--tunggu. Kau bilang apa barusan?" tanya Danu, yang kini menatap serius kepada Rio.

"Aku menemukannya tuan," ulang Rio.

Danu bergegas menghampiri Rio, kemudian merebut secarik kertas di tangan Rio dan langsung membacanya dengan teliti. Lalu kemudian sebuah senyum lebar terbit di wajahnya.

"Akhirnya! Akhirnya kita menemukannya!" seru Danu dengan senang.

"Rio, Buang saja semua data yang tidak penting itu. Kemudian, hubungi e-mail milik Dara. Jika ia di terima bekerja di perusahaan kita," perintahnya.

Rio menganggukkan kepalanya, bergegas membereskan semua tumpukan data itu, dan membawanya ke tempat penghancuran kertas. Danu kembali ke kursi kebesarannya, wajah senang masih tampak menghiasi wajahnya, sembari menatap data milik Dara yang selama beberapa hari ini membuatnya lembur hampir setiap hari. Akhirnya, kelinci kecil itu masuk juga ke dalam perangkapnya.

"Akhirnya aku menemukanmu, Dara. Dan sekarang, kau tidak akan bisa lepas lagi dari jangkauan ku," ucapnya, masih dengan sebuah senyum uyang terbit di wajahnya.

Dara Ameera, penderitaanmu baru saja akan di mulai.

Bab terkait

  • Dara Ameera   Chapter 06

    Rumah kontrakan Dara, begitu heboh dengan kedatangan Raisa yang tiba-tiba. Wanita itu bahkan tidak berhenti berteriak memanggil namanya, dengan wajah yang terlihat penuh senyum nan merekah, Dara sudah dapat menebak jika wanita itu pasti tengah mendapat kabar yang sangat baik. "Dara. Dara! Kau harus tahu ini, kau di terima di perusahaan Alfarez Group! Selamat sayangku, aku sangat senang!" serunya dengan satu tarikan napas. "Apa?!" sosok Amara, langsung mengguncang bahu Raisa. "Apakah yang kau katakan itu benar?" tanyanya. Kemudian Raisa mengangguk. "Ya tuhan, Raisa. Rencana kita berhasil!" seru Amara, lantas keduanya saling memeluk penuh rasa gembira dan syukur. Dara bergeming di tempatnya, mencoba tidak percaya dengan ucapan yang barusan ia dengar. Dara tidak percaya jika ibunya dan juga Raisa telah merencanakan hal yang akan menariknya kepada Danu Alfarez. "Jadi, kalian diam-diam telah mengirim lamaran pekerjaanku ke Alfarez Group?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dara Ameera   Chapter 07

    Danu Kemudian menoleh, menatap ke arah Dara. Sial! Ia langsung mengetatkan rahangnya, ketika melihat kedua pria mesum itu merobek pakaian Dara di bagian depan.Shit!Tanpa memedulikan Andra, ia bergegas berlari ke arah Dara dan membuka jasnya, menutupi tubuh depan wanita itu dengan jasnya. "Jangan sentuh wanitaku!" tegas Danu, dengan tatapan tajam andalannya. Nyali kedua pria tua mesum itu langsung ciut. Mereka tentu tahu, siapa pria yang berdiri melindungi gadis di hadapan mereka itu, kedua pria mesum itu tampak terdiam beberapa saat dengan wajah yang memucat. Sial, mereka telah mengusik seorang Alfarez. "Pergi sekarang juga, atau aku akan membuat kalian kehilangan tangan?!" Teriak Danu. Kedua pria tua itu langsung kabur, setelah membayar tagihan mereka dan meninggalkan bar itu dengan segera sebelum Danu Alfarez melakukan ancamannya. "Bagus sekali Dara Ameera. Alih-alih bekerja di perusahaanku, kau lebih me

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dara Ameera   Chapter 08

    Tanpa membuang banyak waktu lagi, Danu bergegas membawa Dara masuk ke dalam rumah sakit Andra. Begitu mereka sampai, ia berteriak meminta perawat membawakan brankar untuk Dara yang sudah tidak sadarkan diri. Lalu, tak lama sosok Andra muncul, dan mengarahkan Danu ke ruang rawat untuk perawatan Dara.Sebelumnya, ia memang sudah menelepon Andra untuk menyiapkan satu kamar rawat untuk Dara. Selain karena jarak yang dekat, Danu juga lebih baik membawa Dara ke rumah sakit Andra, untuk menghindari skandal yang akan membuat lawan bisnisnya senang. Kerutan penuh khawatir terlihat jelas di wajah Danu, bahkan ia sampai mendorong sendiri ranjang itu, ke ruangan yang sudah Andra siapkan untuk Dara. Danu benar-benar sangat mencemaskan kondisi Dara saat ini, entahlah sejak pertemuan mereka di bar malam itu, Danu merasasedikitsimpati kepada Dara.Andra menepuk bahu pria itu dengan pelan. “Tenanglah, aku akan memeriksa keadaannya,” ucap Andra, ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dara Ameera   Chapter 09

    Hari ini, Dara resmi bekerja di restoran cepat saji, ia bekerja sebagi pengantar makanan pesanan dari konsumen. Beruntung dulu ia sangat mahir menggunakan sepeda motor, dan sekarang ia tidak kesulitan mengendarainya untuk bekerja.Seharian ini, Dara tampak sibuk kesana-kemari mengantarkan pesanan, tapi Dara tidak merasa lelah, ia bersyukur saat ini tuhan tidak lagi menyulitkan kehidupannya. Tapi tetap saja, ia masih bertanya-tanya apakah pekerjaan ini ada hubungannya dengan Danu? Jika benar, apa yang sebenarnya yang sedang pria itu rencanakan untuknya?Tapi, apa pun itu Dara akan mencoba untuk tidak memikirkannya, ia hanya ingin fokus bekerja sebelum Danu kembali membuat ulah dengan kehidupannya."Dara!" seru Farhan yang tiba-tiba saja muncul di depan restoran tempatnya bekerja. Pria itu tampak tampan seperti biasanya, hanya saja saat ini ia sedang tidak memakai seragam kepolisian miliknya.Dara langsung tersenyum lebar. Ah, rasanya sudah lama sekali ia t

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dara Ameera   Chapter 10

    Dara menghapus air mata nya dengan kasar, selama ia berada di dalamliftentah mengapa air mata nya tidak pernah berhenti untuk mengalir. Beruntung saat ia menaikilift,tidak ada orang lain yang masuk sampai akhirnya ia sampai dilobbyperusahaan milik Danu ini. Seharusnya, ia memang tidak pernah datang kemari dan akhirnya membiarkan dirinya di hina seperti itu oleh Danu, Salsa serta Andrea. Seharusnya ia tahu, jika Danu pasti tidak akan pernah melepaskannya, dan membiarkannya di hina dan menjadi bahan ejekan mereka."Aku benar-benar bodoh," kekehnya miris."Dara? Kau Dara kan?" suara seseorang, baru saja membuyarkan lamunannya barusan. Ia melirik ke arah suara, dan menemukan sosok Alby yang tengah menggendong seorang anak perempuan berusia kira-kira tiga tahunan, sedangkan di samping pria itu ada sosok wanita cantik dengan perut besar, Dara dapat menebak jika wanita itu tengah hamil."Dara! Kau mengingat

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dara Ameera   Chapter 11

    "Lepaskan tanganku!" seru Dara, wanita itu langsung menghempaskan lengan Danu dengan kasar. Persetan jika ia akan menjadi pembicaraan semua orang di kantor ini. Mengingat kini ia dan Danu berada di depan gedung perusahaan Danu, yang tentunya cukup sangat ramai di siang hari.Dara masih menatap Danu yang masih tampak bergeming, menatap tangannya yang baru saja ia hempaskan dengan kasar itu. "Tuan Alfarez yang terhormat, ku mohon ... jangan lagi seperti ini. Kita tidak cukup dekat, untuk berjalan bersama, dengan tangan yang saling menggenggam!" serunya.Danu bergeming, baginya Dara tidaklah berubah. Ia tetap mempesona meski dengan tampilan yang sederhana. Dara juga tetap cantik, bahkan saat wanita itu sedang marah dan kesal seperti ini."Kenapa?" ucapan Danu, berhasil membuat tatapan wanita itu beralih kepadanya."Kau tanya kenapa?" tanya Dara.Danu mengangguk, berjalan satu langkah ke hadapan Dara, hingga kini jarak di antara mereka hanya tersisa be

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Dara Ameera   Chapter 12

    Danu tahu, hal yang paling mustahil di dunia ini adalah membawa Dara ke hadapan ibunya, di saat hubungan mereka sama sekali tidak baik. Danu memijat pelipisnya, kemudian memerhatikan sosok Dara yang tampak sibuk mengantar pesanan, dengan sepeda motor milik restoran tempatnya bekerja.Danu sungguh menyesali kepulangannya ke rumah semalam, yang mengharuskannya bertemu dengan sosok Anggita Alfarez, ibunya. Dan membuat kesepakatan konyol, yang ia sendiri pun bahkan tidak yakin sama sekali, jika ia akan menang.Danu mengerang kesal, mengingat kejadian semalam. Seharusnya, ia memang tidak perlu pulang ke rumah.Damn!Bagaikan seorang pengecut, ia diam-diam memerhatikan, dan mengikuti Dara yang sibuk mengendarai motornya. Setelah semua yang telah ia lakukan, apakah wanita itu akan sudi untuk sekedar bertatap muka dengannya? Saat ini, Danu tidak ingin berharap banyak soal ini. Dan jika, wanita itu hanya meliriknya dengan sekilas pun, untuk saat ini ia suda

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Dara Ameera   Chapter 13

    BRAK!Tiba-tiba saja, pintu ruangan Danu terbuka dengan kasar. Ketiganya menoleh, dan mendapati sosok Dara berdiri di ambang pintu dengan napas tersengal. Lalu tak lama, sosok Rio menyusul. "Tuan muda maaf, aku sudah melarangnya masuk, tapi--"Danu mengangkat satu tangannya, pertanda ia meminta Rio berhenti berbicara. "Tidak apa-apa Rio. Kau bisa pergi," titah Danu.Rio membungkukkan tubuhnya, kemudian pamit undur diri.Suasana begitu sangat hening, hanya suara langkah kaki Dara dan Danu yang terdengar, mereka berjalan dan berdiri saling berhadapan satu sama lain. Alby dan Andra, yang masih terkejut dengan kedatangan Dara, hanya menyaksikan apa yang akan terjadi di hadapan mereka.PLAK!Danu, Alby dan juga Andra, melebarkan kedua kelopak mata mereka, begitu suara tamparan itu terdengar nyaring, dan mendarat di wajah Danu. Andra sudah ingin bangkit dari duduknya, namun Alby menghentikannya. Ia ingin tahu, apa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12

Bab terbaru

  • Dara Ameera   Chapter 35

    Sembilan bulan kemudian ....Dara baru saja menutup pintu rumah, karena Danu tiba-tiba saja mendapat panggilan mendadak dari kantor, karena ada beberapa masalah yang terjadi di perusahaannya. Danu langsung pergi, dengan Dara yang mengantarkan Danu sampai ke depan rumah, dan memastikan Danu sudah naik ke mobil yang di kendarai oleh Rio.Kening Dara tiba-tiba berkerut, tangannya menyentuh perutnya yang terasa begitu sangat sakit. Sembari meringis pelan, ia mencoba berpegangan pada tembok dan memanggil sang ibu yang selama menjelang masa persalinan Dara, ia menginap di kediaman Dara."Ibu!" teriaknya yang di selingi dengan ringisan."Ibu!" teriaknya lagi.Demi tuhan, Dara sangat kesakitan sekarang. Apakah ia akan segera melahirkan?"Bu!" Dara kembali berteriak.Kemudian sosok sang ibu muncul sembari berlari dengan panik. "Dara! Apa yang terjadi nak?" paniknya.Dara kembali meringis, "Sakit bu," ringisnya.Sang ibu

  • Dara Ameera   Chapter 34

    Waktu terus berlalu, semua hal yang sudah terjadi di tahun sebelumnya, telah Dara ikhlaskan. Sekarang, ia mencoba untuk bangkit dan menata hidup yang baru bersama dengan Danu. Walau terkadang, dirinya masih sangat sedih begitu mengingat saat ia kehilangan bayi di kandungannya. Tapi, Dara sudah ikhlas sepenuhnya. Tuhan lebih menyayangi bayinya maka dari itu tuhan mengambilnya. Selama ini juga ada sahabat-sahabatnya yang selalu menghibur dirinya, apalagi Alisa sekarang sudah begitu sangat akrab kepadanya, gadis kecil itu selalu menginap di kediaman mereka dan mewarnai hari-hari Dara yang semula suram menjadi ceria dan penuh warna. Danu juga sama, ia tidak berhenti melakukan banyak hal yang bisa membuat Dara bahagia dan bangkit dari kesedihannya. Dari sisi mana pun, Dara sungguh sangat beruntung memiliki suami yang sangat menyayanginya, serta bersyukur karena ia di kelilingi banyak orang baik yang juga sangat menyayanginya dalam keadaan apa pun. "Bunda Ala! Kenapa bunda

  • Dara Ameera   Chapter 33

    Beberapa saat setelah kepergian Danu, Dara langsung bergegas pergi ke rumah sakit dan menemui Andra, dengan air mata yang berderai. Ia butuh kejelasan dari orang yang memeriksa kandungannya. Karena Danu mungkin tidak akan pernah mau jujur soal keadaan kandungannya saat ini."Dara? Ada apa kemari? Apakah kandunganmu--""Dimana Andra?" selanya, dengan wajah dan penampilannya yang sedikit berantakan. Bagaimana tidak, wanita itu tiba-tiba datang ke rumah sakit, hanya memakai kaos polos dan celana panjang biasa, juga dengan sepasang sandal rumah sambil menangis.Emilly terkejut mendengar nada datar dari wanita itu. "Dara, Andra sedang memeriksa beberapa pasien, kau bisa menunggu di ruangan--"Dara melewati tubuh Emilly begitu saja. Lalu ia bertanya kepada suster lain, dimana keberadaan Andra."Dara, ada apa sebenarnya?" tanya Emilly lagi. "Kau bisa tenang, dan menunggunya di ruangan--"Dara langsung membalikkan tubuhnya, dan menatap Emilly. "Kau

  • Dara Ameera   Chapter 32

    Beberapa bulan kemudian...Dara menatap sesuatu di lengannya dengan bergetar, sembari menatapnya dengan tidak percaya. Saat itu, kebetulan Danu baru saja pulang bekerja, ia langsung berhambur memeluk sang suami sembari menangis. Hingga membuat sang suami begitu terkejut, tentang apa gerangan yang membuat istrinya itu menangis seperti ini.."Ada apa sayang? Kenapa menangis?" tanya Danu.Dara tetap menangis di pelukannya, Danu melepaskan pelukan itu dan menatap wajah Dara dengan penuh khawatir. "Kenapa sayang? Hey, kenapa menangis?" ulangnya, sembari mengusap air mata Dara.Dara memberikan sebuahtestpackdi tangannya kepada Danu. Pria itu menghela napas pelan, "Sayang, sudah ku bilang berapa kali. Tidak masalah, jika kita belum punya anak sekarang,""Lihat dulu!" ujarnya sembari terisak.Danu kembali menghela napas, terkadang ia juga sempat kesal dengan Dara, yang sering kali tidak pernah mendengarkan ucapannya, wa

  • Dara Ameera   Chapter 31

    Setelah keduanya kabur di pesta pernikahan mereka, kini keduanya telah sampai di lobi Prayoga hotel, dengan mengenakan pakaian pernikahan mereka, yang langsung di sambut oleh beberapa petugas hotel itu menyambut kedatangan mereka berdua. Sepertinya, Alby memang sudah merencanakan semuanya dengan sangat baik."Danu, apa ini?" tanya Dara yang masih tidak mengerti, mengapa ia dan Danu harus kabur dari pernikahan, dan pergi ke Prayoga hotel?"Kau akan tahu nanti," katanya, yang membuat Dara semakin penasaran. Astaga, suaminya ini benar-benar sangat gila. Bagaimana bisa, ia mengajaknya kabur di hari pernikahan mereka?"Tuan dan Nona muda Alfarez, selamat datang di hotel kami. Saya akan membawa kalian berdua, ke kamar yang sudah di siapkan khusus oleh tuan muda Alby," jelas salah satu wanita, yang bekerja sebagai resepsionis di hotel ini."Sebelumnya, apakah anda sudah menerima kartu aksesnya?" tanyanya kembali.Danu mengangguk, "Sudah," singkatnya

  • Dara Ameera   Chapter 30

    Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya hari ini telah tiba juga. Tidak ada dekorasi yang begitu mewah. Semuanya di tata sesuai keinginan kedua mempelai, yang memang tidak menginginkan pesta yang begitu mewah, karena pernikahan mereka bukan di gelar untuk menunjukkan seberapa banyak kekayaan yang di miliki oleh keluarganya. Meski di gelar dengan sederhana, namun semuanya telah di tata dengan begitu rapi dan tetap terlihat elegan. Para tamu undangan sudah datang, dan menikmati hidangan yang tersedia di acara pernikahan mewah, dari putra sulung keluarga Alfarez.Berbeda dengan Alby, tuan muda Alfarez itu tidak memilih menggelar pestanya di gedung mewah. Namun, ia lebih memilih menggelar pesta di tempat terbuka, dengan temaGarden Party. Meski di gelar di luar ruangan, namun semuanya begitu sangat mewah dan menawan. Kini, semua mata para undangan itu tertuju ke altar, di mana sang mempelai pria sudah berdiri di hadapan seorang pendeta, dan juga sang mempelai

  • Dara Ameera   Chapter 29

    Alby tidak mengamuk, atau pun marah kepadanya yang datang sangat terlambat. Danu beruntung karena Alisa kecil ikut dengan pria itu. Jika saja tidak ada Alisa, ia mungkin sudah mengamuk. Namun, karena datang bersama Alisa, Alby akan bertingkah sebagai seorang ayah yang baik dan berwibawa. Melihat kedatangan Danu, gadis kecil itu langsung ingin di gendong olehnya. "Oh, anak ayah yang cantik. Apa kabar sayang?" tanya Danu sembari menggendong gadis kecil itu. "Kau tahu, seharian ini Alisa terus merengek ingin bertemu denganmu," ucap Alby, sembari membenarkan letak kacamatanya. "Alisa kenapa? Apa Alisa merindukan ayah?" tanya Danu lagi. Alisa mengangguk, dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Danu. Danu menghela napas, kemudian ikut duduk berdampingan dengan Alby yang duduk di atas sofa panjang, ruangannya. "Kau habis bertemu Dara?" tanya Alby. "Ayah, turun! Alisa ingin bermain," ucap Alisa. Danu menurunkan Alisa dari gendongannya, dan membiarka

  • Dara Ameera   Chapter 28

    Dara sudah di perbolehkan untuk pulang, tapi ia harus tetap banyak beristirahat, dan Jessica akan menjadi perawat pribadinya sampai Dara sembuh total. Dan selama itu pula, Danu tidak pernah absen untuk datang ke rumahnya. Seperti saat ini, ia kembali datang dengan pakaian formal. Ia di antar oleh Rio, sedangkan Rio akan kembali ke kantor setelah mengantarnya. Dara yang saat itu tengah bersantai di halaman rumahnya bersama Jessica, tiba-tiba melirik Danu dengan penuh tanya.Bahkan sampai sosok Danu berada di hadapannya sembari tersenyum, dan mengusap keningnya yang berkerut. "Ada apa dengan kerutan ini? Apa sekarang, kau sudah mulai keriput?" godanya. Lalu ia memberi isyarat kepada Jessica untuk pergi meninggalkan mereka berdua."Kenapa kemari? Bukankah ini masih jam kerja?" tanya Dara.Danu mengecup keningnya dengan lembut. "Hm, hari ini aku tidak memiliki banyak pekerjaan di kantor. Aku hanya memiliki satu jadwalmeetingdengan Alby, di jam m

  • Dara Ameera   Chapter 27

    "Ibu .... " ucap Dara, setelah ia membuka kedua kelopak matanya, dan melihat sosok ibunya tengah duduk di samping ranjang pasiennya.Amara tersenyum, dan berdiri untuk mengecup dahi putrinya. "Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit?" tanya Amara.Dara menggeleng pelan, "Sudah tidak terlalu. Ibu, dimana Danu?" tanyanya. Karena seingatnya, ia sempat melihat jika lengan pria itu juga terluka.Dara mendadak cemas, apakah keadaan pria itu baik-baik saja? Bagaimana dengan luka di tangannya itu?Amara tersenyum, kemudian berpindah posisi. Agar putrinya bisa melihat keberadaan Danu, yang tengah tertidur di atas sofa panjang yang berada di ruangannya. "Ya tuhan, tubuhnya bisa sakit jika ia tidur di sana," ucapnya khawatir Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa pria itu terlelap seperti itu di atas sofa yang sempit?"Ia tetap memaksa ingin menjagamu. Meski ayah dan ibu memintanya untuk pulang dan beristirahat. Dia sangat mencintaimu sayang ....

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status