Home / Romansa / Daniel & Calista / Bab 2 Meet Stranger II

Share

Bab 2 Meet Stranger II

Author: Abigail Kusuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Callista tersentak saat pria itu langsung memberikan black card pada manager klub malam itu. “Tuan? Tunggu kenapa anda membayarnya? Aku bisa membayarnya, Tuan.”

Pria itu tidak menjawab, setelah menyelesaikan pembayaran dia langsung berjalan meninggalkan Callista. Callista berteriak agar pria itu berhenti tapi pria itu tidak merespon dirinya.

Dengan cepat Callista berlari mengejar pria itu dan kini dia berhasil menahan lengan pria itu. “Tunggu tuan,” ucapnya dengan tergesa-gesa.

Pria itu membalikan diri, lalu dia menatap lekat manik mata biru Callista. “Jika kau ingin berterima kasih, maka tidak perlu berterima kasih,” kata pria itu dengan suara dingin.

“Bukan, aku bukan hanya ingin berterima kasih. Tapi aku ingin mengganti uangmu, Tuan. Aku tidak ingin memiiki hutang. Berikan nomor rekeningmu, aku akan mentransfer uang ke rekeninmu,” jawab Callista. Dia membalas tatapan pria bermata coklat di hadapannya itu.

Pria itu melangkah mendekat dan tersenyum miring lalu berkata, “Jika suatu saat kita bertemu lagi, kau bisa membayarnya. Tapi saat ini aku tidak menerima uang darimu.”

Callista mengerjap, dia tidak mengerti dengan apa yang di katakan pria itu. Pria itu terus tersenyum ke arah Callista. Tubuh tegap, wajah yang tampan dan mata berwarna cokat itu benar-benar membuat Callista tidak mampu mengalihkan pandanganya. Kemudian pria itu membalikan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Callista.

Olivia berlari menghampiri Callista yang berada di luar. Dengan cepat dia langsung menepuk bahu sahabatnya yang tengah melamun. “Callista, kau kenapa?” tegur Olivia yang sontak membuat Callista mengentikan lamunannya.

“Ah, tidak-tidak. Aku tidak apa-apa,” jawab Callista cepat.

“Lebih baik kita pulang saja sekarang,” balas Olivia.

Callista mengangguk setuju. Kini Callista dan Olivia berjalan meninggalkan klub malam itu. Olivia beruntung, dia dan Callista datang lebih awal hingga temannnya yang memiliki klub malam itu, tidak melihat kejadian tadi. Jika saja temannya melihat, pasti Olivia sungguh merasa tidak enak pada temannya. Dan akibat kekacauan malam ini, Olivia mengajak Callista untuk segera pulang.

***

Callista dan Olivia melepas heels dan melempar tas mereka sembarangan. Saat melihat tempat tidur, Callista dan Olivia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Malam sudah larut, Olivia memutuskan untuk menginap di apartemen Callista. Beruntung mereka memiliki ukuran baju yang sama. Jadi Olivia sering meminjam baju Callista jika dirinya tengah menginap.

“Callista, apa kau tadi tidak bertanya nama pria yang menolongmu? Demi Tuhan, dia bukan hanya tampan tapi dia juga seksi. Apa kau tidak melihat? Tubuhnya tercetak begitu sempurna dengan dada bidang dan otot perut. Satu lagi, lengannya begitu menggoda. Dia sungguh pahatan yang sempurna,” kata Olivia yang masih membayangkan pria asing yang membantu Callista.

Callista mendesah pelan. “Aku bahkan mengucapkan kata terima kasih tapi dia mengabaikan ucapanku.”

Olivia berddecak pelan. “Kalau aku menjadimu, aku pasti akan langsung bertanya namanya. Jadi tidak perlu basa-basi!” cibir Olivia.

“Jangan bicara yang tidak-tidak, Olivia! Aku masih sangat lelah, kau tidak lihat? Anak buah ayahku membantingku?” seru Callista kesal.

Olivia mendengus. “Ini kesalahanmu sendiri, Callista Hutomo. Kau yang melarikan diri dari rumah. Kau juga yang mencari masalah dengan ayahmu itu. Aku rasa kau sangat mengenal baik ayahmu itu. Tapi kau malah melawannya, jika aku menjadi kau lebih baik aku menurut.”

Callista membalikan tubuhnya, seolah tidak memperdulikan perkataan Olivia itu. “Berisik kau Olivia! Lebih baik diam atau aku akan mengusirmu dari apartemenku. Kepalaku sakit mendengar suaramu!”

Olivia mencebikkan bibirnya. Menatap kesal sahabatnya itu. “Jika kau berani mengusirku percayalah seumur hidup kau tidak akan pernah menikah! Karena hanya aku satu-satunya sahabatmu yang mengingatkanmu memiliki kekasih.”

Callista mengumpat dalam hati, dia mengambil bantal dan melempr kasar ke wajah Olivia. Mulut sahabatnya itu benar-benar meembuatnya sakit kepala.

Olivia menangkap bantal yang di lempar Callista. Dia langsung melempar ke arah Callista. “Sialan kau, Callista!”

Dering ponsel terdengar, membuat Callista dan Olivia kini menoleh ke arah ponsel yang tidak henti berdering itu. Callista menghela napas berat, tengah malam seperti ini ada saja yang menganggunya.

Callista menyambar ponselnya yang berada di atas nakas, dia melihat ke layar tertera nama Jessica, kakaknya yang menghubungi dirinya. Callista menggeser tombol hijau di layar ponsel untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian dia meletakan ponselnya mendekat ke telinganyaanya.

“Ada apa ka? Kenapa menghubungiku malam-malam seperti ini?“ jawab Callista dengan nada kesal saat panggilannya terhubung.

“Anak nakal! Berani kau menyambut kakakmu yang menghubungimu dengan nada seperti itu?” Suara Jessica meninggi dari seberang line.

Callista membuang napas kasar. Dia memijit pelipisnya. Hari ini benar-benar hari tersial baginya. “Katakan ka, ada apa? Aku ingin tidur aku lelah.”

“Katakan padaku, kenapa kau melawan anak buah Papa? Astaga Callista, sudah berapa banyak anak buah Papa yang kau buat masuk rumah sakit? Apa kau ini sengaja membuat Papa terkena serangan jantung?” seru Jessica.

“Ka, tidak perlu mengkhawatirkan papa. Aku sudah memeriksa kesehatannya. Papa sangat sehat, jantung papa juga sangat sehat. Aku pastikan papa tidaka akan terkena serangan jantung,” balas Callista yakin.

“Kau ini benar-benar, Callista! Lama kelamaan kakakmu ini juga terkena serangan jantung menghadapi wanita keras kepala sepertimu! Kau harus segera menghubungi papa dan minta maaf padanya. Jangan lagi membuat ulah Callista, sebentar lagi aku akan menikah. Aku akan disibukan dengan persiapanku menikah.”

“Ka, sudahlah aku ingin istirahat. Masalah minta maaf dengan papa nanti aku akan mengaturnya. Tidak sekarang, karena aku masih belum ingin bertemu dengannya sekarang. Kau sangat tahu alasannya.

“Tapi-“

“Ka, besok aku memiliki jadwal di pagi hari. aku tutup,” potong Callista cepat. Dia langsung memutuskan sambungan teleponnya. Meletakan kembali ponselnya di atas nakas.

Callista kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Olivia menatap Calista yang terlihat begitu lelah. Olivia mengerti, bagaimana perasaan Callista. Sejak dulu, Callista memang bermimpi menjadi seorang dokter. Bukan memimpin perusahaan keluarganya.

“Cal, tadi Ka Jessica menghubungimu?” tanya Olivia hati-hati. Dia melihat Callista yang terlihat begitu lelah.

“Ya, seperti yang kau tahu. Mereka akan terus memaksamu menjadi sesuatu yang mereka inginkan,” jawab Callista dengan helaan napas berat. “Terkadang aku iri denganmu, Olivia. Kau bisa memilih yang kau sukai. Kedua orang tuamu begitu mendukungmu menjadi seorang Dokter. Sedangkan aku? Tidak ada satu pun di anatara keluargaku yang menyentujui impianku ini.”

Olivia menatap lekat Callista, tangan Olivia mengusap dengan lembut lengan Callista. “Kau tahu? Orang tuaku selalu mengatakan setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dan aku percaya, orang tuamu juga melakukan hal yang sama. Hanya cara mereka menujukannya berbeda.”

“Tapi mereka tidak pernah mendengar apa yang aku inginkan. Ayahku menginginkanku seperti kakakku Jessica. Aku tidak bisa hidup dalam sorotan kamera, terlebih para media akan bertanya masalah pribadi kita. Aku tidak menyukai hidup seperti itu,” jelas Callista yang menceritakan alasan dirinya enggan untuk menuruti keinginan ayahnya itu.

Olivia menggeleng pelan dan tersenyum. “Kau itu wanita teraneh yang pernah aku temui. Ketika semua orang menginginkan hidup diposisimu. Tapi kau malah tidak menginginkannya. Seharusnya kau senang menjadi pusat perhatian banyak orang.”

“Sudahlah aku ingin beristirahat, Aku tidak ingin membahas apapun.” Callista menarik guling, dia membalikan tubuhnya membelakangi Olivia. Kini yang dibutuhkan Callista adalah beristirahat. Dia malas jika harus membahas tentang keluarganya itu.  

***

-To Be Continued

Related chapters

  • Daniel & Calista   Bab 3 Home

    Sebuah mobil sport berwarna hitam mulai memasuki halamn parkir sebuah mansion yang terletak di Beverly Hills. Malam itu Daniel baru saja kembali dari Barcelona. Dia memilih menikmati waktunya untuk bersantai dengan sahabatnya. Tentu, dia tidak langsung kembali ke rumah. Dia lebih memilih bertemu dengan sahabatnya lebih dulu dari pada harus pulang ke rumahnya. “Tuan Daniel,” sapa Harry kala melihat Daniel turun dari mobil dan hendak melangkah masuk ke dalam rumah. “Kau di sini? Apa ayahku memanggilmu?” Daniel mengerutkan keningnya, dia menatap lekat Harry. Tidak biasanya assistantnya itu datang ke rumahnya di malam hari. Harry mengangguk. “Tuan Besar Gio memanggil saya untuk membahas beberapa pekerjaan.”“Sekarang di mana ayahku?” tanya Daniel dingin. “Tuan Besar Gio sedang beristiahat, Tuan,” jawab Harry. “Maaf, Tuan. Saya ingin mengingatkan besok ada rapat pemegang saham di Queen Hospital.” Daniel mengangguk singkat. “Ya, aku mengingatnya.” “Harry?” panggil Daniel serius. “Ya,

  • Daniel & Calista   Bab 4 Bertemu Kembali I

    Suara alarm berbunyi, membuat dua wanita yang tengah tertidur pulas harus terbangun karena alarm sejak tadi tidak berhenti. Calllista dan Olivia yang masih tertidur pulas begitu terganggu karena bunyi alarm.“Callista! Kenapa alarmmu berisik sekali! Aku masih mengantuk!” seru Olivia. Dia menutup kepalanya dengan bantal. Sunggguh alarm Callista ini benar-benar mengganggu tidurnya.Callista mengumpat dalam hati, dengan cepat Callista mematikan ponselnya agar alarm itu tidak lagi menganggu tidurnya.Namun saat Callista mematikan ponselnya, tiba-tiba Olivia melempar bantal yang tadi dia gunakan untuk menutup kepalanya, dengan wajah panik Olivia mengambil arloji miliknya. “Astaga Callista kita terlambat!” Suara teriakan Olivia kencang saat melihat kini sudah pukul delapan pagi.Callista tidak bergeming, dia memilih untuk menutup matanya. Callista masih mengantuk dan rasanya dia masih belum ingin membuka matanya.Olivia mengumpat kasar saat melihat Callista masih menutup mata. “Callista bang

  • Daniel & Calista   Bab 5 Bertemu Kembali II

    Meeting berakhir, suara tepuk tangan memenuhi ruang meeting. Daniel turun dari podium dan melangkah keluar. Callista masih tidak bergeming dari tempatnya. Sedangkan para dokter lain sudah berdiri menyambut pria itu. Callista mendengus tak suka, kenapa para dokter muda bersikap terang-teramgan menyukai pria itu? Sebenarnya tanpa ditanya Callista sudah tahu alasannya. Tentu mereka menyukai pria yang memiliki kekuasaan.“Aku rasa dunia begitu sempit hingga kita bertemu lagi, kau masih mengingatku, Dokter?” kata Pria itu dengan nada rendah, kemudian dia melirik name tag yang tetera nama Dr. Callista. “Well, aku tidak menyangka kau adalah seorang dokter?” lanjutnya dengan seringai di wajahnya.Callista memberanikan diri mendongakan wajahnya, lalu menatap lekat pria yang berada di hadapannya itu. “Maaf, aku tidak tahu kalau kau adalah Tuan Daniel Renaldy pemegang saham di perusahaan ini.”Daniel melangkah mendekat dan tersenyum miring. “Apa kau ingat perkataanku sebelumnya Dokter Callista?”

  • Daniel & Calista   Bab 6 Permintaan Daniel

    Sinar matahari pagi yang begitu cerah. Musim kemarau adalah salah satu musim yang Callista sukai. Sebenarnya, semua musim Callista menyukainya. Hanya saja, Callista kurang menyukai musin panas dan juga musin dingin.Callista melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Renaldy Company. Hari ini dengan terpaksa Callista harus bertemu dengan pria yang menolongnya itu. Entah beruntung atau tidak kenyataannya pria itu ternyata adalah pemegang saham terbesar di rumah sakit tempat di mana dia bekerja.Jika boleh memilih, Callista lebih baik memeriksa pasiennya atau beristirahat di apartemen, dari pada harus bertemu dengan Daniel Renaldy yang telah memaksanya untuk bertemu dengannya. Padahal hari ini Callista memiliki jadwal yang cukup padat di rumah sakit. Beruntung Olivia mau menggantikannya.Callista melirik arloji kini masih pukul sembilan pagi. Setidaknya dia tidak akan terlambat. Mengingat pria itu mengatakan padanya untuk tidak datang terlambat. Lagi pula Callista tidak akan lama,

  • Daniel & Calista   Bab 7 Dokter Baru

    Callista membelokan mobilnya memasuki halaman parkir rumah sakit. Dia turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby rumah sakit dan langsung berjalan menuju ruang kerja.“Callista!” Suara teriakan Olivia memanggil Callista cukup keras, hingga membuat Callista menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang memanggilnya.Callista mengerutkan keninganya melihat Olivia bersama dengan dua orang Dokter yang tidak di kenalnya. Callista terus menatap kedua Dokter itu. Dia benar-benar tidak mengenali kedua Dokter yang bersama dengan Olivia.“Callista kau baru datang?” tanya Olivia saat dirinya sudah berada di hadapan Callista.“Ya, aku baru saja datang,” Jawab Callista. “Olivia, apa ini Dokter baru?” tanyanya yang sejak tadi penasaran dengan dua Dokter yang tidak dia kenali ini.“Ah iya benar. Aku lupa memperkenalkanmu. Callista ini Dokter Grace. Dia Dokter Spesialis Kandungan. Sedangkan di sampingnya Dokter Mike, Dokter Spesialis Jantung.” Olivia memperkenalka

  • Daniel & Calista   Bab 8 Wanita Keras Kepala

    Daniel duduk di kursi kebesarannya. Pikirannya terus memikirkan wanita yang berhasil menarik perhatiannya. Dia sungguh tidak menyangka, wanita yang dia selamatkan ternyata adalah Dokter di rumah sakit miliknya. Ya, dunia terasa begitu sempit. Namun, tidak bisa dipungkiri dirinya begitu bahagia mengetahui Callista adalah dokter di rumah sakit miliknya.Suara ketukan pintu terdengar membuat Daniel menghentikan lamunanya dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Kemudian, dia langsung menginterupsi untuk masuk.“Tuan,” Harry, assistant Daniel melangkah masuk seraya menundukan kepalanya. “Ada apa, Harry?” tanya Daniel pada assistantnya yang berdiri di hadapannya. “Tuan saya sudah mendapatkan beberapa wanita yang anda inginkan. Wanita berambut coklat dan bermata biru sesuai permintaan anda. Jika anda ingin saya bisa mengatur anda bertemu dengan mereka,” jawab Harry. “Aku tidak membutuhkan mereka. Aku sudah mendapatkan wanita yang tepat menemnaiku,” tukas Daniel dingin. “Maaf, Tuan. An

  • Daniel & Calista   Bab 9 Sarapan Bersama

    Suara dering ponsel terdengar. Callista yang masih tertidur pulas harus terbangun karena dering ponsel yang tak kunjung berhenti. Perlahan Callista membuka matanya, dia mengerjap beberaap kali. Tepat di saat Callista sudah membuka matanya, dia menatap jam dinding kini masih pukul enam pagi. Callista mendengus kala ponselnya kembali berdering. Dia paling tidak suka ada yang mengganggunya.“Siapa yang menggangguku di pagi hari,” gerutu Callista kesal. Dengan terpaksa dia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Seketika Callista berdecak kala melihat nomor Alice, Ibunya muncul di layar ponselnya. Ingin sekali dia tidak menjawab, tapi jika dia tidaj menjawab, itu sama saja mencari masalah dengan Ibunya itu. Kini Callista menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. “Ya, Ma,” jawab Callista dengan nada malas saat panggilan terhubung. “Kau di mana, Callista?” Suara Alice, Ibunya terdengat begitu dingin dari seberang line. Callista men

  • Daniel & Calista   Bab 10 Wanita Yang Berbeda

    “Daniel? Kau sudah pulang?” Alin menyapa putranya yang kini melangkah masuk ke dalam rumah. “Tidak biasanya kau pulang lebih awal. Apa hari ini kau tidak memiliki banyak pekerjaan?” tanyanya penarasan.“Ya, hari ini aku tidak terlalu sibuk,” jawab Daniel datar. “Kalau begitu temui ayahmu. Sejak kau kembali dari Barcelona, kau masih belum mengajaknya berbicara banyak,” balas Alin. “Sekarang ayahmu berada di ruang kerjanya. Segera temui dia,” lanjutnya mengingatkan putranya itu. Daniel mengangguk singkat. Kemudian, dia melangkah menuju ruang kerja Gio, ayahnya. Ya, sejak dirinya kembali dari Barcelona, Daniel memang tidak terlalu banyak berbicara dengan ayahnya. Hanya percakapan biasa.“Pa?” panggil Daniel saat melangkah masuk ke dalam ruang kerja Gio. Gio mengalihkan pandangannnya, menatap Daniel. “Kau sudah pulang?” “Sudah.” Daniel menarik kursi, lalu duduk tepat di hadapan ayahnya. “Bagaimana kondisi perusahaan yang kau pimpin di Barcelona?” tanya Gio sambil menatap Daniel serius

Latest chapter

  • Daniel & Calista   Bab 78 – Rencana Perjodohan

    “Ah, lelah sekali.” Callista melangkah keluar dari ruang operasi. Setelah hampir sepuluh jam dia melakukan tindakan, kini dirinya begitu kelelahan.“Callista, apa kau langsung pulang?” tanya Olivia yang juga kelelahan. Dia memijat pelan tekuk lehernya. Tubuhnya seolah benar-benar remuk.“Mungkin iya, tubuhku lelah sekali. Aku ingin berendam,” jawab Callista. “Yasudah, aku ingin ke ruang kerjaku dulu, ya?”Olivia mengangguk. “Ya, aku juga ingin langsung pulang ke rumah.”Callista tersenyum. Kemudian melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Meski lelah, tapi Callista selalu bahagia setiap kali operasi berhasil menyelamatkan pasiennya.Saat Callista baru saja tiba di ruang kerjanya—dia mendengar suara dering ponsel miliknya terus berdering. Callista mendekat, lalu mengambil ponselnya dan menatap ke layar. Seketika Callista mengembuskan napas kasar ketika melihat nomor Alice, ibunya tert

  • Daniel & Calista   Bab 77 – Kedatangan Megan Alister

    “Nyonya.” Seorang pelayan menghampiri Alin yang tengah menyirami bunga-bunga di tamannya.“Ada apa?” Alin bertanya pada pelayan yang kini berdiri di hadapannya.“Nyonya, maaf mengganggu anda. Tapi di depan ada tamu yang Bernama Nona Megan Alister ingin bertemu dengan anda. Beliau mengatakan anda sendiri yang mengundangnya,” ujar sang pelayan memberitahu.“Megan sudah datang?” Raut wajah Alin tampak begitu bahagia mendengar Megan Alister sudah datang. Ya, dia mengundang anak dari teman dekatnnya untuk berkunjung ke rumahnya.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya.”Alin tersenyum. “Kau siapkan minuman untuknya. Aku akan segera ke depan.”“Baik, Nyonya.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Alina.Alin terus mengembangkan senyumannya. Kini dia berjalan meninggalkan taman itu, menuju tempat di mana Megan Alist

  • Daniel & Calista   Bab 76 Memberikan Sedikit Informasi

    Berita tentang Daniel Renaldy menjalin hubungan dengan Callista Hutomo, putri keluarga keluarga Michael Hutumo telah tersebar. Banyak yang berkomentar mereka adalah pasangan yang sempurna. Selama ini publik tidak pernah tahu tentang Callista. Karena memang hanya Putri sulung Michael hutumo, Jessica yang kerap kali muncul di hadapan media. Banyak orang pikir Michael hanya memiliki satu putri saja. Namun kenyataanya Michael memiliki putri yang berprofesi sebagai Dokter di rumah sakit milik Daniel.Semua berita yang tampil pagi ini, membuat raut wajah Alin berubah dipenuhi dengan amarah. Iris matanya penuh dengan kebencian mendalam.“Sialan!” Alin membanting vas bunga yang ada di hadapannya, hingga pecahan belingnya memenuhi lantai. Sorot mata Alin menajam, berkali-kali Alin mengumpat kasar.“Aku tidak akan pernah membiarkan putraku menikah dengan putrimu, Casandra,” geram Alin penuh dengan kebencian.Kini Alin menyambar kunci mobilny

  • Daniel & Calista   Bab 75 Gio Vs Michael

    Michael membanting kasar guci yang ada di ruang kerjanya. Kini, keadaan ruang kerja Michael benar-benar tampak begitu kacau. Terlihat jelas kemarahan di wajahnya. Ya, Micahel tidak mampu lagi mengatasi amarahnya, kala melihat pemberitaan tentang putri bungsunya dan putra dari Gio Renaldy. Michael terus mengumpat kasar, merutuki kebodohannya sampai dia tidak tahu pemilik Queen Hospital, tempat di mana Callista bekerja adalah milik Daniel Renaldy. Jika saja, dia tahu sejak awal, maka ini tidak akan pernah terjadi.“Sialan kau, Gio. Aku tidak akan membiarkan putriku menikah dengan putramu!” geram Michael dengan tangan yang terkepal kuat. Rahangnya mengetat. Kilat kemarahan

  • Daniel & Calista   Bab 74 Mencari Tahu

    Daniel duduk di kursi kebesaraannya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi seraya memejamkan matanya lelah. Pikirannya terus memikirkan perkataan kedua orang tuanya. Diawal hubungannya dengan Callista, kedua orang tuanya menyetujui hubungannya. Bahkan kedua orang tuanya begitu mendukung. Tapi, setelah mereka tahu Callista adalah putri Michael Hutomo, mereka langsung melarangnya menjalin hubungan dengan Callista. Daniel merasakan sesuatu hal antara keluarganya dan keluarga Callista.Tanpa ingin lagi berpikir, Daniel langsung menekan tombol interkom. Dia meminta Harry, assistantnya untuk segera datang menemuinya. Tidak lama kemudian, Harry melangkah masuk ke dalam

  • Daniel & Calista   Bab 73 Sikap Tidak Ramah Alin

    “Mereka baik,” jawab Daniel dengan nada datar dan tatapan begitu serius pada kekasihnya itu. “Callista, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu,” lanjutnya yang membuat Callista bingung.“Ada apa, Daniel? Apa yang ingin kau tanyakan?” Alis Callista saling bertautan. Dia terus menatap Daniel. Sesaat, dia memperlihatkan tatapan Daniel yang terlihat ingin mengatakan sesuatu padanya. Sebuah tatapan yang sangat berbeda dari biasanya.“Apa kau mempercayaiku?” Daniel membawa t

  • Daniel & Calista   Bab 72 Permintaan Alin dan Gio

    Daniel turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah dengan wajah dinginnya. Para penjaga dan pelayan yang melihat Daniel datang, mereka langsung menundukan kepala mereka, menyapa Daniel. Namun, Daniel mengabaikan sapaan para penjaga dan pelayannya. Rasa kesal dalam dirinya, membuatnya bersikap dingin pada penjaga dan pelayanna. Kini, dia melangkah menuju ruang keluarga, dan segera menemui kedua orang tuanya itu.Saat Daniel tiba di ruang keluarga, dia mengerutkan keningnya kala melihat wajah muram kedua orang tuanya. Tatapan Daniel menatap mata sembab Alin, ibunya yang tampak begitu jelas habis menangis. Sedangkan wajah Gio, ayahnya terlihat jelas menahan amarahnya.

  • Daniel & Calista   Bab 71 Berusaha Berpikir Positive

    “Sayang, angkatlah. Siapa tahu itu penting. Jangan seperti itu, ponselmu sejak tadi tidak henyi berdering. Kita masih memiliki banyak waktu bersama.” Callista membawa tangannya megelus rambut Daniel.Daniel membuang napas kasar. Dia tampak begitu enggan menjawab teleponnya itu. Tapi apa yang dikatakan Callista itu benar. Dengan terpaksa, Daniel mengambil ponselnya yang terletak di atas meja itu, lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Seketika kening Justin berkerut, melihat nomor Gio, ayahnya muncul di layar ponselnya.

  • Daniel & Calista   Bab 70 Meminta Penjelasan

    Daniel menyandarkan punggungnya di kursi, seraya memejamkan mata sesaat. Entah kenapa sejak tadi malam, dia terus memikirkan Callista. Dia merasa ada sesuatu yang Callista sembunyikan darinya. Ya, tentu karena Daniel sangat mengenal kekasihnya itu. Sejak dulu, Callista memang tidak hebat menyembunyikan sesuatu. Namun, meski demikian, Daniel langsung menepis segala pikiran negative yang muncul di benaknya. Disaat Daniel sedikit bersantai, pandangan dia teralih pada sebuah televisi yang ada diruangannya. Seketika Daniel menatap pembawa berita yang tengah menyampaikan sesuatu.*Kabar hari in datang dari pengusaha muda Daniel Renaldy. Pewaris dai Renaldy Group ini dikabarkan menjali

DMCA.com Protection Status