“ Kedepannya kita akan sering melakukan ini sayang” aku terpaku dengan apa yang ia katakan, seketika pikiranku traveling kemana-mana, apa yang di maksud dengan kata ‘sering’ oh tidak mungkin
“ aku ga mau kak, aku mohon jangan hiks “ aku mulai khawatir, aku tau Raven tak pernah main-main dengan perkataannya, itu terjadi saat aku di hukum seharian di kamar bersamanya, tentu saja kami tidak melakukan itu, aku dengannya hanya saling berpelukan diatas ranjang tidak lebih dari itu. Tapi kali ini rasanya seperti berbeda
“ selagi bunda dan papah ga ada di rumah, dan sebelum kita pindah ke apartemenku, aku akan memilikimu Elaine, aku tak rela jika ada yang berani menyentuhmu selain aku seorang!” tatapan yang menggoda, namun terselip rasa takut yang begitu hebat dalam hatiku
“ jang-an kak,, aku ga mau!” teriakku, tepat di hadapannya, seketika aku terdiam dibuatnya
“Hmm” ia menciumku dengan kasar, tanpa peduli air mataku semakin deras.
“ Diam!” bentaknya
“ Diam dan nikmati saja” ujarnya dengan tatapan menusuk “ kak jangan ku mohon hmm ah “ “ diam, atau bundamu akan mendengarnya sayang” tangan Raven mulai menelusuri setiap lekuk tubuh Elaine yang kini tengah berada dibawahnya. “ Hiks,, jang-ahh hm geli kak “ pekik Elaine menahan sentuhan yang mulai turun menuju bawah, tangan Raven menyelusup masuk ke dalam perut Elaine, menyentuh kedua gunung kembar milik Elaine yang begitu besar juga kenyal, tangannya tak henti memilin puncak dadanya, membuat si pemilik mendesah pelan “ lepaskan sayang” Raven menyeringai penuh kemenangan, sebentar lagi ia akan mendapatkan Elaine sepenuhnya, setelah ia menunggu selama satu Minggu penuh untuk tidak menyentuh Elaine, sialnya ia pun tak bisa melampiaskannya kepada wanita jalang yang sering ia pakai untuk memuaskannya, entah mengapa tiba-tiba saja juniornya tak ingin bangun bahkan telah di goda seperti biasanya. Hingga ia harus bermain solo bersama Lux dengan membayangkan
“ sekali lagi kau menghinaku, akan ku buat kau menjadi jalang sungguhan Elaine, jangan pernah mencoba untuk melawanku. Jika kau tak sanggup menanggung akibatnya.” Ujarnya dengan nafas berat, Raven tak peduli dengan keadaan Elaine yang semakin merintih kesakitan pada area intinya.“ ahhh kak stop “ erang Elain tak mampu membuat Raven berhenti, baginya tubuh Elain begitu nikmat untuk di hentikan barang sedetik saja. Dari sekian banyak wanita yang telah ia jelajahi hanya milik Elaine lah yang mampu membuat kelelakiannya meminta untuk terus di puaskan“ Jadilah jalangku mulai saat ini Elaine!” erangan Raven disertai hentakan yang kuat masuk lebih dalam lagi untuk menyemburkan segala benih yang tersisaPelepasan yang mungkin tak dapat di hitung lagi membuat tubuh Raven ambruk di samping tubuh polos Elaine, mengatur nafas perlahan-lahan keringat di sekujur tubuhnya menjadi sanksi atas pergulatannya dengan Elaine begitu panas, sedangkan tubuh gadis disampingnya begitu pa
Author POV Siang berlalu begitu saja, Elaine Natalie harus menelan kenyataan pahit saat terbangun dari tidurnya, seluruh raga dan jiwanya hancur berserakan, bukan hanya itu saja melainkan mimpi dan cita-cita nya selama ini harus rela ia lepas begitu saja di kemudian hari yang entah itu kapan, di liriknya pria dewasa muda masih terlelap, Elain membenci sang kakak ttirinya “ Maafkan aku Damian, aku tidak bisa menjaga diri dengan baik “ Tepat pukul tiga sore, Elaine bergegas merapikan diri sebelum kedua orangtuanya kembali pulang, mau tak mau Elaine harus membangunkan sang kakak yang masih tertidur di kamar milik Elaine “ kak, bangun!” Elaine menggoyangkan pelan tubuh Raven, namun Raven tak memberi respon “ Kak bangun ini udah sore !” pekik Elaine kembali, berharap sang kakak segera terbangun “ hmm apa sih sayang, belum cukup ya masih mau lagi hm?” “ ih ga gitu, nanti bunda pulang kak, kakak kalo mau tidur lagi lanj
“ Menikmati sesuatu yang sedikit berbahaya” seringai kecil terlihat di sudut bibir tipisnyaaku tidak mengerti maksud dari perkataan kak Raven, tak ingin menanggapi akupun mengalihkan pandanganku ke luar jendela, melihat jalanan yang remang, langit temaram terasa begitu gelap di hiasi beberapa bintang yang menemani sang rembulan yang nampak bersembunyi dibalik awan kelabuKak Raven melanjukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat aku sedikit was-was, meski jalanan terasa lengah oleh pengendara motor juga mobil tetap saja seharusnya kak Raven tidak perlu menambah kecepatan lajunya, lagi pula aku masih ingin hidup, tentu jika aku punya pilihan aku tak ingin hidup bersama dengan pria setengah tak waras ini“ Kau ingin membuatku mati dan sekejap kak?!”“ jangan ngebut kak Raven!”Aku menggerutu kesal saat kak Raven bahkan tak memperdulikan teguran dariku,
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarik Raven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu “ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnya Mata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan? “ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine “ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan “ kau ingin tau ini kamar siapa hm?”
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarikRaven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu“ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnyaMata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan?“ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine“ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan&
" Elaine!! " Lambaiantangan damian mengisyaratkan keberadaannya, aku pun segera menghampirinya dengan rasa yang berkecamuk di dalam dada. Damianmengajakku bertemu di sebuah cafe biasa, aku menyukai tempat ini, sebab dari sudut ruangan ini aku bisa melihat matahari terbenam lalu menyiratkan warna jingga yang nampak indah, senja namanya. " Hay,, " SapakuTersenyum canggung. Setelah dua tahun berlalu, Lama sekali rasanya,mengingat antara aku dan dia yang sudah tak saling bertemu dan menyapa apalagi berbicara sampai sedekat ini " Aku sudah memesan kopi kesukaanmu ra, minum dulu kamu pasti haus " Jelas damian memecahkan kecanggungan diantara kita, di sodorkannya secangkir kopi dengan gelas cantik berwarna hijau muda, ya dia selalu tau apapun kesukaanku terkecuali hatiku, dia tak pernah menanyakan kabar hatiku semenjak hari itu, sedikitpun mungkin tak pernah terlintas dalam pik
“ tunggu Elaine, bisa kah kau memberiku kesempatan untuk memulai semuanya dari awal? “ sebuah tawaran yang selalu aku nantikan itu kini terwujud juga, entah harus dengan aapa aku mengatakan kepadanya, jujur dalam hati yang paling dalam namanya masih setia, dengan bodohnya aku pun mengangguk. " Ayo Biar ku antar " Ajaknya meraih tanganku, lalu bergegas keluar meninggalkan caffe " Baiklah,, " Aku hanya tersenyum, mencoba baik-baik saja. Pada dasarnya aku memang lemah di hadapanmu Damian. " Mungkin ini akan menjadi hari terakhir dimana kamu bisa mengantarkanku pulang " Lirihku dalam hati Jalanan malam itu lengang.. Di tambah dengan keheningan yang ia ciptakan di dalam mobil membuat duri dalam rasaku semakin Menggelitik. Ada rasa sesak saat ia kembali membahas masa lalu, begitu juga ada rasa bahagia akhirnya pertemuanku dengannya kembali setidaknya dapat memberi kesan manis meski hanya sedikit, mengin
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarikRaven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu“ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnyaMata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan?“ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine“ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan&
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarik Raven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu “ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnya Mata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan? “ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine “ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan “ kau ingin tau ini kamar siapa hm?”
“ Menikmati sesuatu yang sedikit berbahaya” seringai kecil terlihat di sudut bibir tipisnyaaku tidak mengerti maksud dari perkataan kak Raven, tak ingin menanggapi akupun mengalihkan pandanganku ke luar jendela, melihat jalanan yang remang, langit temaram terasa begitu gelap di hiasi beberapa bintang yang menemani sang rembulan yang nampak bersembunyi dibalik awan kelabuKak Raven melanjukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat aku sedikit was-was, meski jalanan terasa lengah oleh pengendara motor juga mobil tetap saja seharusnya kak Raven tidak perlu menambah kecepatan lajunya, lagi pula aku masih ingin hidup, tentu jika aku punya pilihan aku tak ingin hidup bersama dengan pria setengah tak waras ini“ Kau ingin membuatku mati dan sekejap kak?!”“ jangan ngebut kak Raven!”Aku menggerutu kesal saat kak Raven bahkan tak memperdulikan teguran dariku,
Author POV Siang berlalu begitu saja, Elaine Natalie harus menelan kenyataan pahit saat terbangun dari tidurnya, seluruh raga dan jiwanya hancur berserakan, bukan hanya itu saja melainkan mimpi dan cita-cita nya selama ini harus rela ia lepas begitu saja di kemudian hari yang entah itu kapan, di liriknya pria dewasa muda masih terlelap, Elain membenci sang kakak ttirinya “ Maafkan aku Damian, aku tidak bisa menjaga diri dengan baik “ Tepat pukul tiga sore, Elaine bergegas merapikan diri sebelum kedua orangtuanya kembali pulang, mau tak mau Elaine harus membangunkan sang kakak yang masih tertidur di kamar milik Elaine “ kak, bangun!” Elaine menggoyangkan pelan tubuh Raven, namun Raven tak memberi respon “ Kak bangun ini udah sore !” pekik Elaine kembali, berharap sang kakak segera terbangun “ hmm apa sih sayang, belum cukup ya masih mau lagi hm?” “ ih ga gitu, nanti bunda pulang kak, kakak kalo mau tidur lagi lanj
“ sekali lagi kau menghinaku, akan ku buat kau menjadi jalang sungguhan Elaine, jangan pernah mencoba untuk melawanku. Jika kau tak sanggup menanggung akibatnya.” Ujarnya dengan nafas berat, Raven tak peduli dengan keadaan Elaine yang semakin merintih kesakitan pada area intinya.“ ahhh kak stop “ erang Elain tak mampu membuat Raven berhenti, baginya tubuh Elain begitu nikmat untuk di hentikan barang sedetik saja. Dari sekian banyak wanita yang telah ia jelajahi hanya milik Elaine lah yang mampu membuat kelelakiannya meminta untuk terus di puaskan“ Jadilah jalangku mulai saat ini Elaine!” erangan Raven disertai hentakan yang kuat masuk lebih dalam lagi untuk menyemburkan segala benih yang tersisaPelepasan yang mungkin tak dapat di hitung lagi membuat tubuh Raven ambruk di samping tubuh polos Elaine, mengatur nafas perlahan-lahan keringat di sekujur tubuhnya menjadi sanksi atas pergulatannya dengan Elaine begitu panas, sedangkan tubuh gadis disampingnya begitu pa
“ Diam dan nikmati saja” ujarnya dengan tatapan menusuk “ kak jangan ku mohon hmm ah “ “ diam, atau bundamu akan mendengarnya sayang” tangan Raven mulai menelusuri setiap lekuk tubuh Elaine yang kini tengah berada dibawahnya. “ Hiks,, jang-ahh hm geli kak “ pekik Elaine menahan sentuhan yang mulai turun menuju bawah, tangan Raven menyelusup masuk ke dalam perut Elaine, menyentuh kedua gunung kembar milik Elaine yang begitu besar juga kenyal, tangannya tak henti memilin puncak dadanya, membuat si pemilik mendesah pelan “ lepaskan sayang” Raven menyeringai penuh kemenangan, sebentar lagi ia akan mendapatkan Elaine sepenuhnya, setelah ia menunggu selama satu Minggu penuh untuk tidak menyentuh Elaine, sialnya ia pun tak bisa melampiaskannya kepada wanita jalang yang sering ia pakai untuk memuaskannya, entah mengapa tiba-tiba saja juniornya tak ingin bangun bahkan telah di goda seperti biasanya. Hingga ia harus bermain solo bersama Lux dengan membayangkan
“ Kedepannya kita akan sering melakukan ini sayang” aku terpaku dengan apa yang ia katakan, seketika pikiranku traveling kemana-mana, apa yang di maksud dengan kata ‘sering’ oh tidak mungkin “ aku ga mau kak, aku mohon jangan hiks “ aku mulai khawatir, aku tau Raven tak pernah main-main dengan perkataannya, itu terjadi saat aku di hukum seharian di kamar bersamanya, tentu saja kami tidak melakukan itu, aku dengannya hanya saling berpelukan diatas ranjang tidak lebih dari itu. Tapi kali ini rasanya seperti berbeda “ selagi bunda dan papah ga ada di rumah, dan sebelum kita pindah ke apartemenku, aku akan memilikimu Elaine, aku tak rela jika ada yang berani menyentuhmu selain aku seorang!” tatapan yang menggoda, namun terselip rasa takut yang begitu hebat dalam hatiku “ jang-an kak,, aku ga mau!” teriakku, tepat di hadapannya, seketika aku terdiam dibuatnya “Hmm” ia menciumku dengan kasar, tanpa peduli air mataku semakin deras. “ Diam!” bentaknya
Siang itu, di kota Bandung dengan terik sinar matahari yang membakar kulit putihku, tak ingin lama menunggu diluar maka ku putuskan untuk lebih dulu masuk ke cafe, aku memesan es coffee capuccino sembari menunggu seseorang segera datang, tak biasanya dia terlambat seperti ini “ maaf aku terlambat karena jalanan macet, apa kau sudah lama sayang?” rasa bersalah juga lelah begitu nampak pada raut wajahnya yang putih itu, seketika aku berdiri lalu aku pun langsung menghambur ke dalam pelukannya “ aku merindukanmu Damian” ujarku seraya mengeratkan pelukanku, ia kemudian merespon pelukanku, mengusap perlahan pucuk kepalaku yang hanya sebatas dadanya “ aku juga sangat merindukanmu sayang, ayo kita duduk “ ia melepaskan pelukannya, membiarkan aku duduk tepat di depannya, aku tetap memandangi wajah teduh miliknya, ia masih sama seperti beberapa tahun silam, bedanya rahangnya semakin kokoh,dan halisnya nampak menghitam “ Ada apa dengan kekasihku ini hmm? Tidak
Author pov “ kak Raven! “ Mata Elain terbelalak lebar, saat di depannya mendapati sang kakak yang tengah memeluknya, wajah Raven sengaja berada di dalam leher Elaine, menciuminya hingga meninggalkan bekas merah, Elaine terbangun sebab merasa terganggu, ia sontak kagek dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya. “ akhirnya kau bangun juga sayang “ ujarnya parau, ia tak merubah posisinya, bau harum berasal dari aroma tubuh Elaine Sangat memabukkan indera penciuman Raven “ kak,, lepasin. Kenapa kak Raven tidur di sini! “ Elaine geram karena kakaknya masuk dengan seenaknya ke dalam kamarnya. “ memangnya kenapa kalau aku tidur disini hm?! “ ujarnya seraya menatap mata sayu Elaine, tatapan dingin tanpa ekspresi membuat Elaine berdetak tak karuan, antara takut dan marah, Elaine dirundung oleh dilema “ kita kan bukan suami istri kak, kakak pergi sana, sebelum bunda lihat bisa kacau nanti “ Aira masih berada dalam pe