“ tunggu Elaine, bisa kah kau memberiku kesempatan untuk memulai semuanya dari awal? “ sebuah tawaran yang selalu aku nantikan itu kini terwujud juga, entah harus dengan aapa aku mengatakan kepadanya, jujur dalam hati yang paling dalam namanya masih setia, dengan bodohnya aku pun mengangguk.
" Ayo Biar ku antar " Ajaknya meraih tanganku, lalu bergegas keluar meninggalkan caffe
" Baiklah,, " Aku hanya tersenyum, mencoba baik-baik saja. Pada dasarnya aku memang lemah di hadapanmu Damian. " Mungkin ini akan menjadi hari terakhir dimana kamu bisa mengantarkanku pulang " Lirihku dalam hati
Jalanan malam itu lengang.. Di tambah dengan keheningan yang ia ciptakan di dalam mobil membuat duri dalam rasaku semakin Menggelitik. Ada rasa sesak saat ia kembali membahas masa lalu, begitu juga ada rasa bahagia akhirnya pertemuanku dengannya kembali setidaknya dapat memberi kesan manis meski hanya sedikit, mengingat yang terakhir dia katakan padaku, seketika aku tersenyum kecil, sesenang itu aku sekarang.namun entah mengapa hatiku masih terluka dengan hebat, ternyata benar apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang, seseorang yang melukaimu adalah seseorang yang dapat menyembuhkan luka itu sendiri.
Sepanjang jalan aku tak banyak berbicara dengannya. Bagiku semua sudah jelas, dia hanyalah laki-laki yang tak pernah sederhana dalam menyakitiku. Batinku tersiksa dengan segala pengakuannya, segala mimpi dan tujuanku di paksa untuk berhenti detik ini juga. Dia menghancurkan segala mimpi indah yang telah lama ku tuai. Namun aku juga tidak tau harus berbuat apa ketika dengan lantangnya ia meminta kesempatan untuk memulai semuanya dari awal.
Laki-laki yang paling manis sepanjang Aku mengenalnya nyatanya tak lebih pahit di bandingkan secangkir kopi hitam, rasa yang menjadi favoritku sekarang selain capuchino. Selain karna rasanya yang sangat pahit, bagiku meneguk kopi hitam lebih di nikmati rasanya ketimbang meneguk pahitnya kenyataan bahwa rasa yang aku punya selama ini tak sama denganya.
Bagaimana pun cinta hanyalah sebuah perasaan tanpa di dasari hal yang pasti, seperti yang aku rasakan saat mulai mengenalnya, sosok yang nyaris sempurna.
Tapi bagaimana bila rasa yang kau punya tak selalu berakhir dengan pembalasan yang sama?
Mencintai tanpa pernah di cintai olehnya membuat dada semakin sesak saat ia bahkan menolakmu dengan telak.
Lalu bagaimana bisa aku tetap mempertahankan perasaan itu? Bahkan ketika kamu memutuskan untuk mengakhiri semua harapan itu tiba-tiba dia muncul dan meminta kesempatan kedua, apa yang akan kamu lakukan? Menerimanya atau menolaknya memiliki perasaan yang berbeda
Hanya tinggal menunggu dua jam lagi, acara pernikahan akan segera di laksanakan. sebuah gaun indah bahkan nyaris sempurna berwarna peach nampak Melekat di tubuh kurusku, dengan rambut hitam legam yang dibiarkan tergerai menambah kesan keanggunan seorang remaja yang baru menginjak usia 20 tahun tepat pada dua hari yang lalu, tak lupa dengan riasan sederhana yang semakin menampakkan kesempurnaan, kini aku nyaris bagai tuan putri di sebuah kerajaan yang sering aku baca di sebuah novel. Bedannya, aku tak pernah mengharapkan semua ini terjadi.
Aku masih duduk santai di depan cermin bersama dua orang wanita dewasa yang sibuk menata riasan pada wajahku, sesekali aku merasa risih namun aku hanya bisa mencoba diam dan menerimanya lagi. Tak ada raut bahagia yang nampak di wajahku, mungkin jika ada seseorang yang dapat menyadari ini, mereka pasti akan menganggap kesedihanku ini tak lain dari sebuah kebahagiaan seseorang.
" Sudah selesai, nona " Ujar salah satu wanita yang sedikit lebih muda, aku merasa tenang untuk beberapa detik sebelum sebuah ketukan pintu terdengar dari luar membuatku sedikit merasa kesal dan semakin kecewa dengan keadaan.
" Acara akan segera di mulai nona, anda di minta segera ke bawah untuk menemani tuan dan nyonya " Ujar pak asep sang pelayan pribadi bundaku
" Baiklah " Aku mendengus pelan sebelum melangkah perlahan menuju tempat dimana semuanya akan berubah dalam sekejap mata. Entah aku harus bahagia atau sebaliknya, hatiku hanya mengatakan 'tidak' untuk saat ini.
Tepat di sampingku terdapat satu wanita setengah paruh baya namun aura kecantikannya tak pernah pudar di makan usia, yang telah lama ini menjadi pahlawanku, seseorang yang selalu aku banggakan dan selalu ingin menjadi dirinya di kemudian hari, tanpa pernah aku mengetahui segalanya.
Di samping wanita itu terdapat sesosok pria dewasa yang dapat ku tebak usianya sepantaran dengan bundaku, terlihat gagah dan memiliki wajah nyaris sempurna, keduanya saling serasi.
Dan di sebelahku terdapat seorang laki-laki yang mungkin usianya jauh diatasku, ia menatap lekat namun sorot tatapannya tajam dan dingin, merasa seolah di hunus tombak besi, aku langsung mengalihkan pandanganku, Aku tidak mengerti dengan tatapannya itu kali ini.
" Kita perlu bicara berdua setelah acara ini selesai "
Aku melihat kearahnya kembali, perkataannya terdengar mengancam meski ekpresinya tak berubah dari saat pertama aku melihatnya.
Aku tak menjawab, dan ia memang tak membutuhkan jawaban dariku, apalagi menolaknya ah sudahlah lupakan cara lain untuk menghindarinya lagi, semua tidak akan berjalan dengan baik-baik saja setelah ini, ku pastikan ada milyaran kejutan yang akan aku Terima mulai detik ini juga, dimana ketika terdengar suara lantang mengucapkan ijab qobul dengan satu hentakan.
" Alhamdulillah sah,, "
" Selamat hani, irfan "
" Akhirnya kalian bisa bersama "
Terdengar ucapan penuh syukur dan riang membanjiri seisi ruangan, hingga memekikkan telingaku, kemudian aku menatap kearah kedua mempelai yang kini telah menjadi keluargaku, yang nyaris sempurna.
Bunda nampak bahagia sekali, terlihat jelas dari keduanya saat mereka duduk diatas pelaminan dengan tangan yang saling bertautan, menambah rasa sesak di dalam hatiku semakin menjadi-jadi, seperti ada rasa tak rela melepas bunda ke pelukan lelaki lain, selain aalmarhum ayah tiga tahun yang lalu. Meski begitu, aku tidak mungkin egois, bagiku bunda adalah satu-satunya yang aku miliki saat ini, sudah lama ia mengurusku seorang diri, menjadi wanita karir semenjak muda sampai saat ini, di tambah dengan diriku yang setiap harinya menambah beban untuk bunda, membuat aku mau tak mau harus merestui hubungan yang baru ini. Meski aku tidak bisa menerimanya sekalipun.
" Bun,, selamat yah, akhirnya bunda ga akan kesepian lagi karna sekarang bunda sudah bersama om irfan " Ujarku seraya tersenyum yang di buat dengan semanis mungkin, nyaris tak terlihat bahwa aku sedang memasang topeng handalanku, aku tidak mungkin menjadi orang jahat hanya karna aku tak bisa menerima sang takdir.
" Sayang, Terima kasih nak, bunda bangga punya anak seperti kamu Elaine " Bunda langsung memelukku, butiran air mata keluar dari kelopak mataku, segera aku mengusapnya, tak mau sampai bunda melihat aku bersedih.
" Elaine sayang banget sama bunda " Ujarku kemudian melepas pelukan, aku menatap kearah om irfan yang kini telah menjadi ayah sambungku, dia tersenyum ramah kearahku
" Elain, panggil om dengan sebutan papah mulai hari ini ya " Titahnya yang tak bisa ku tolak, dengan anggukan aku membalasnya sembari tersenyum, yah aku akan memanggilnya papah.
Akupun pamit untuk menyantap beberapa makanan ringan, ah perutku ini selalu tidak tau malu, ah lebih tepatnya aku. Dengan perlahan aku mengambil cake kemudian memakannya, lidahku bertemu dengan rasa coklat yang lumer dengan cream yang di campur strawberry membuat aku tersenyum puas, Ah sangat enak. Sebelum aku melanjutkan untuk mengambil kembali beberapa potong cake itu, tiba-tiba sebuah tangan kekar nan besar memegang tanganku keras, aku mendongak mencoba melihat siapa yang dengan beraninya menggangguku di saat seperti ini? Apa ia tidak tahu kalo dari semenjak acara di gelar aku belum memasukan sedikitpun makanan ke dalam perutku yang terus meronta-ronta meminta di kenyangkan.
Mataku terbelalak lebar, terkejut dengan kehadirannya, aku muak sungguh muak. Sebelum aku mengangkat suara, ia dengan cepatnya menyanggah
" Ikut aku, sekarang! "
" Ikut aku, sekarang! " Terdengar nada suara yang dingin namun tajam, seketika aku bergidik ngeri, mau dibawa kemana aku?Tepat di sebuah taman belakang yang nampak sepi karena semua orang sibuk menikmati makanan di ruang tengah, di mana tempat resepsi di adakan. Dia menghentikan langkahnya, lalu melepaskankan tanganku, aku meringis menahan sakit di pergelangan tanganku yang kemerahan." Sampai kapanpun, aku gak akan pernah menganggap ini nyata " Ujarnya penuh dengan penekanan, matanya terlihat kelam yang menatapku dengan tajam" Tapi kak,, "" Aku tidak akan melepaskanmu, sekalipun kau telah menjadi adik tiriku, ingat itu! " Titahnya yang tak bisa di bantah, kalimat pernyataan itu membuat bulu kuduk'ku meremang" Kak, aku gak pernah suka sama kak raven, jadi tolong lupakan aku kak, sekarang kita bahkan udah jadi saudara " Aku mencoba mengungkap perasaanku kesekian kalinya lagi, tak peduli lelaki di hadapanku mener
Satu atap “ Elaine?, Buka pintunya sayang “ panggil bunda Maya sembari mengetuk pintuku “ Ada apa Bun? “ Aku membuka pintu, menatap Bunda yang sudah berpakaian rapi, ah iya aku lupa ini sudah hampir pukul delapan malam, itu artinya acara resepsi sudah selesai dari satu jam yang lalu, acara yang di adakan dirumah memang sederhana maka dari itu acaranya tak sampai menghabiskan waktu yang terlalu lama “ Bunda mau bilang, mulai besok kita tinggal bersama dengan papah Irfan dan raven kakak kamu, jadi lebih baik bersiap-siap dari sekarang biar besok pagi langsung berangkat, kamu gak papa kan kalo harus tinggal di sana?” bunda bercerita secara detail “ Baik bunda, El ikut bunda saja “ ujarku seraya menguap, menahan rasa ngantuk yang semakin menjadi “ yasudah, kamu tidur sana, maafin bunda yah udah ganggu waktu tidurnya “ ujar bunda terkekeh, bunda sudah tau kalo aku ini suka sekali tidur padahal tidak melakukan banyak aktivitas yang mengu
Author pov “ kak Raven! “ Mata Elain terbelalak lebar, saat di depannya mendapati sang kakak yang tengah memeluknya, wajah Raven sengaja berada di dalam leher Elaine, menciuminya hingga meninggalkan bekas merah, Elaine terbangun sebab merasa terganggu, ia sontak kagek dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya. “ akhirnya kau bangun juga sayang “ ujarnya parau, ia tak merubah posisinya, bau harum berasal dari aroma tubuh Elaine Sangat memabukkan indera penciuman Raven “ kak,, lepasin. Kenapa kak Raven tidur di sini! “ Elaine geram karena kakaknya masuk dengan seenaknya ke dalam kamarnya. “ memangnya kenapa kalau aku tidur disini hm?! “ ujarnya seraya menatap mata sayu Elaine, tatapan dingin tanpa ekspresi membuat Elaine berdetak tak karuan, antara takut dan marah, Elaine dirundung oleh dilema “ kita kan bukan suami istri kak, kakak pergi sana, sebelum bunda lihat bisa kacau nanti “ Aira masih berada dalam pe
Siang itu, di kota Bandung dengan terik sinar matahari yang membakar kulit putihku, tak ingin lama menunggu diluar maka ku putuskan untuk lebih dulu masuk ke cafe, aku memesan es coffee capuccino sembari menunggu seseorang segera datang, tak biasanya dia terlambat seperti ini “ maaf aku terlambat karena jalanan macet, apa kau sudah lama sayang?” rasa bersalah juga lelah begitu nampak pada raut wajahnya yang putih itu, seketika aku berdiri lalu aku pun langsung menghambur ke dalam pelukannya “ aku merindukanmu Damian” ujarku seraya mengeratkan pelukanku, ia kemudian merespon pelukanku, mengusap perlahan pucuk kepalaku yang hanya sebatas dadanya “ aku juga sangat merindukanmu sayang, ayo kita duduk “ ia melepaskan pelukannya, membiarkan aku duduk tepat di depannya, aku tetap memandangi wajah teduh miliknya, ia masih sama seperti beberapa tahun silam, bedanya rahangnya semakin kokoh,dan halisnya nampak menghitam “ Ada apa dengan kekasihku ini hmm? Tidak
“ Kedepannya kita akan sering melakukan ini sayang” aku terpaku dengan apa yang ia katakan, seketika pikiranku traveling kemana-mana, apa yang di maksud dengan kata ‘sering’ oh tidak mungkin “ aku ga mau kak, aku mohon jangan hiks “ aku mulai khawatir, aku tau Raven tak pernah main-main dengan perkataannya, itu terjadi saat aku di hukum seharian di kamar bersamanya, tentu saja kami tidak melakukan itu, aku dengannya hanya saling berpelukan diatas ranjang tidak lebih dari itu. Tapi kali ini rasanya seperti berbeda “ selagi bunda dan papah ga ada di rumah, dan sebelum kita pindah ke apartemenku, aku akan memilikimu Elaine, aku tak rela jika ada yang berani menyentuhmu selain aku seorang!” tatapan yang menggoda, namun terselip rasa takut yang begitu hebat dalam hatiku “ jang-an kak,, aku ga mau!” teriakku, tepat di hadapannya, seketika aku terdiam dibuatnya “Hmm” ia menciumku dengan kasar, tanpa peduli air mataku semakin deras. “ Diam!” bentaknya
“ Diam dan nikmati saja” ujarnya dengan tatapan menusuk “ kak jangan ku mohon hmm ah “ “ diam, atau bundamu akan mendengarnya sayang” tangan Raven mulai menelusuri setiap lekuk tubuh Elaine yang kini tengah berada dibawahnya. “ Hiks,, jang-ahh hm geli kak “ pekik Elaine menahan sentuhan yang mulai turun menuju bawah, tangan Raven menyelusup masuk ke dalam perut Elaine, menyentuh kedua gunung kembar milik Elaine yang begitu besar juga kenyal, tangannya tak henti memilin puncak dadanya, membuat si pemilik mendesah pelan “ lepaskan sayang” Raven menyeringai penuh kemenangan, sebentar lagi ia akan mendapatkan Elaine sepenuhnya, setelah ia menunggu selama satu Minggu penuh untuk tidak menyentuh Elaine, sialnya ia pun tak bisa melampiaskannya kepada wanita jalang yang sering ia pakai untuk memuaskannya, entah mengapa tiba-tiba saja juniornya tak ingin bangun bahkan telah di goda seperti biasanya. Hingga ia harus bermain solo bersama Lux dengan membayangkan
“ sekali lagi kau menghinaku, akan ku buat kau menjadi jalang sungguhan Elaine, jangan pernah mencoba untuk melawanku. Jika kau tak sanggup menanggung akibatnya.” Ujarnya dengan nafas berat, Raven tak peduli dengan keadaan Elaine yang semakin merintih kesakitan pada area intinya.“ ahhh kak stop “ erang Elain tak mampu membuat Raven berhenti, baginya tubuh Elain begitu nikmat untuk di hentikan barang sedetik saja. Dari sekian banyak wanita yang telah ia jelajahi hanya milik Elaine lah yang mampu membuat kelelakiannya meminta untuk terus di puaskan“ Jadilah jalangku mulai saat ini Elaine!” erangan Raven disertai hentakan yang kuat masuk lebih dalam lagi untuk menyemburkan segala benih yang tersisaPelepasan yang mungkin tak dapat di hitung lagi membuat tubuh Raven ambruk di samping tubuh polos Elaine, mengatur nafas perlahan-lahan keringat di sekujur tubuhnya menjadi sanksi atas pergulatannya dengan Elaine begitu panas, sedangkan tubuh gadis disampingnya begitu pa
Author POV Siang berlalu begitu saja, Elaine Natalie harus menelan kenyataan pahit saat terbangun dari tidurnya, seluruh raga dan jiwanya hancur berserakan, bukan hanya itu saja melainkan mimpi dan cita-cita nya selama ini harus rela ia lepas begitu saja di kemudian hari yang entah itu kapan, di liriknya pria dewasa muda masih terlelap, Elain membenci sang kakak ttirinya “ Maafkan aku Damian, aku tidak bisa menjaga diri dengan baik “ Tepat pukul tiga sore, Elaine bergegas merapikan diri sebelum kedua orangtuanya kembali pulang, mau tak mau Elaine harus membangunkan sang kakak yang masih tertidur di kamar milik Elaine “ kak, bangun!” Elaine menggoyangkan pelan tubuh Raven, namun Raven tak memberi respon “ Kak bangun ini udah sore !” pekik Elaine kembali, berharap sang kakak segera terbangun “ hmm apa sih sayang, belum cukup ya masih mau lagi hm?” “ ih ga gitu, nanti bunda pulang kak, kakak kalo mau tidur lagi lanj
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarikRaven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu“ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnyaMata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan?“ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine“ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan&
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarik Raven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu “ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnya Mata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan? “ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine “ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan “ kau ingin tau ini kamar siapa hm?”
“ Menikmati sesuatu yang sedikit berbahaya” seringai kecil terlihat di sudut bibir tipisnyaaku tidak mengerti maksud dari perkataan kak Raven, tak ingin menanggapi akupun mengalihkan pandanganku ke luar jendela, melihat jalanan yang remang, langit temaram terasa begitu gelap di hiasi beberapa bintang yang menemani sang rembulan yang nampak bersembunyi dibalik awan kelabuKak Raven melanjukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat aku sedikit was-was, meski jalanan terasa lengah oleh pengendara motor juga mobil tetap saja seharusnya kak Raven tidak perlu menambah kecepatan lajunya, lagi pula aku masih ingin hidup, tentu jika aku punya pilihan aku tak ingin hidup bersama dengan pria setengah tak waras ini“ Kau ingin membuatku mati dan sekejap kak?!”“ jangan ngebut kak Raven!”Aku menggerutu kesal saat kak Raven bahkan tak memperdulikan teguran dariku,
Author POV Siang berlalu begitu saja, Elaine Natalie harus menelan kenyataan pahit saat terbangun dari tidurnya, seluruh raga dan jiwanya hancur berserakan, bukan hanya itu saja melainkan mimpi dan cita-cita nya selama ini harus rela ia lepas begitu saja di kemudian hari yang entah itu kapan, di liriknya pria dewasa muda masih terlelap, Elain membenci sang kakak ttirinya “ Maafkan aku Damian, aku tidak bisa menjaga diri dengan baik “ Tepat pukul tiga sore, Elaine bergegas merapikan diri sebelum kedua orangtuanya kembali pulang, mau tak mau Elaine harus membangunkan sang kakak yang masih tertidur di kamar milik Elaine “ kak, bangun!” Elaine menggoyangkan pelan tubuh Raven, namun Raven tak memberi respon “ Kak bangun ini udah sore !” pekik Elaine kembali, berharap sang kakak segera terbangun “ hmm apa sih sayang, belum cukup ya masih mau lagi hm?” “ ih ga gitu, nanti bunda pulang kak, kakak kalo mau tidur lagi lanj
“ sekali lagi kau menghinaku, akan ku buat kau menjadi jalang sungguhan Elaine, jangan pernah mencoba untuk melawanku. Jika kau tak sanggup menanggung akibatnya.” Ujarnya dengan nafas berat, Raven tak peduli dengan keadaan Elaine yang semakin merintih kesakitan pada area intinya.“ ahhh kak stop “ erang Elain tak mampu membuat Raven berhenti, baginya tubuh Elain begitu nikmat untuk di hentikan barang sedetik saja. Dari sekian banyak wanita yang telah ia jelajahi hanya milik Elaine lah yang mampu membuat kelelakiannya meminta untuk terus di puaskan“ Jadilah jalangku mulai saat ini Elaine!” erangan Raven disertai hentakan yang kuat masuk lebih dalam lagi untuk menyemburkan segala benih yang tersisaPelepasan yang mungkin tak dapat di hitung lagi membuat tubuh Raven ambruk di samping tubuh polos Elaine, mengatur nafas perlahan-lahan keringat di sekujur tubuhnya menjadi sanksi atas pergulatannya dengan Elaine begitu panas, sedangkan tubuh gadis disampingnya begitu pa
“ Diam dan nikmati saja” ujarnya dengan tatapan menusuk “ kak jangan ku mohon hmm ah “ “ diam, atau bundamu akan mendengarnya sayang” tangan Raven mulai menelusuri setiap lekuk tubuh Elaine yang kini tengah berada dibawahnya. “ Hiks,, jang-ahh hm geli kak “ pekik Elaine menahan sentuhan yang mulai turun menuju bawah, tangan Raven menyelusup masuk ke dalam perut Elaine, menyentuh kedua gunung kembar milik Elaine yang begitu besar juga kenyal, tangannya tak henti memilin puncak dadanya, membuat si pemilik mendesah pelan “ lepaskan sayang” Raven menyeringai penuh kemenangan, sebentar lagi ia akan mendapatkan Elaine sepenuhnya, setelah ia menunggu selama satu Minggu penuh untuk tidak menyentuh Elaine, sialnya ia pun tak bisa melampiaskannya kepada wanita jalang yang sering ia pakai untuk memuaskannya, entah mengapa tiba-tiba saja juniornya tak ingin bangun bahkan telah di goda seperti biasanya. Hingga ia harus bermain solo bersama Lux dengan membayangkan
“ Kedepannya kita akan sering melakukan ini sayang” aku terpaku dengan apa yang ia katakan, seketika pikiranku traveling kemana-mana, apa yang di maksud dengan kata ‘sering’ oh tidak mungkin “ aku ga mau kak, aku mohon jangan hiks “ aku mulai khawatir, aku tau Raven tak pernah main-main dengan perkataannya, itu terjadi saat aku di hukum seharian di kamar bersamanya, tentu saja kami tidak melakukan itu, aku dengannya hanya saling berpelukan diatas ranjang tidak lebih dari itu. Tapi kali ini rasanya seperti berbeda “ selagi bunda dan papah ga ada di rumah, dan sebelum kita pindah ke apartemenku, aku akan memilikimu Elaine, aku tak rela jika ada yang berani menyentuhmu selain aku seorang!” tatapan yang menggoda, namun terselip rasa takut yang begitu hebat dalam hatiku “ jang-an kak,, aku ga mau!” teriakku, tepat di hadapannya, seketika aku terdiam dibuatnya “Hmm” ia menciumku dengan kasar, tanpa peduli air mataku semakin deras. “ Diam!” bentaknya
Siang itu, di kota Bandung dengan terik sinar matahari yang membakar kulit putihku, tak ingin lama menunggu diluar maka ku putuskan untuk lebih dulu masuk ke cafe, aku memesan es coffee capuccino sembari menunggu seseorang segera datang, tak biasanya dia terlambat seperti ini “ maaf aku terlambat karena jalanan macet, apa kau sudah lama sayang?” rasa bersalah juga lelah begitu nampak pada raut wajahnya yang putih itu, seketika aku berdiri lalu aku pun langsung menghambur ke dalam pelukannya “ aku merindukanmu Damian” ujarku seraya mengeratkan pelukanku, ia kemudian merespon pelukanku, mengusap perlahan pucuk kepalaku yang hanya sebatas dadanya “ aku juga sangat merindukanmu sayang, ayo kita duduk “ ia melepaskan pelukannya, membiarkan aku duduk tepat di depannya, aku tetap memandangi wajah teduh miliknya, ia masih sama seperti beberapa tahun silam, bedanya rahangnya semakin kokoh,dan halisnya nampak menghitam “ Ada apa dengan kekasihku ini hmm? Tidak
Author pov “ kak Raven! “ Mata Elain terbelalak lebar, saat di depannya mendapati sang kakak yang tengah memeluknya, wajah Raven sengaja berada di dalam leher Elaine, menciuminya hingga meninggalkan bekas merah, Elaine terbangun sebab merasa terganggu, ia sontak kagek dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya. “ akhirnya kau bangun juga sayang “ ujarnya parau, ia tak merubah posisinya, bau harum berasal dari aroma tubuh Elaine Sangat memabukkan indera penciuman Raven “ kak,, lepasin. Kenapa kak Raven tidur di sini! “ Elaine geram karena kakaknya masuk dengan seenaknya ke dalam kamarnya. “ memangnya kenapa kalau aku tidur disini hm?! “ ujarnya seraya menatap mata sayu Elaine, tatapan dingin tanpa ekspresi membuat Elaine berdetak tak karuan, antara takut dan marah, Elaine dirundung oleh dilema “ kita kan bukan suami istri kak, kakak pergi sana, sebelum bunda lihat bisa kacau nanti “ Aira masih berada dalam pe