Hari ini adalah hari yang ditunggu Angel, sebab kejutan yang sudah dijanjikan oleh Damian, lusa lalu. Tidak tahu kenapa, ini justru yang membuatnya menunggu seperti ini. Bahkan sekarang, Angel sering merasa jantungnya berdebar merasa aneh di dalam sana. Bukan cinta, karena Angel tahu betul dia benar-benar ingin membatasinya. Dia bukannya sudah berjanji untuk tetap membenci Damian dan keluarganya sampai kapanpun?
Ponsel Angel berdering. Membuat pikirannya yang kosong terpenuhi oleh dengung suara yang ditimbulkan dari sang penelepon.
'Halo, Sayang. Minggu depan aku pulang. Parfumnya udah aku beli buat kamu. Seneng nggak?'
Gerald, kekasihnya yang menelpon. Angel senang, bahkan dia sudah memposisikan duduk dengan kaki kiri berada di atas kaki kanannya. Bibirnya melengkung sempurna lalu menjawab, "Halo, Ge. Iya seneng kok. Aku jemput ya?"
'Emang gapapa sama suami kamu?'
"Emang ada urusa
Seperti biasa, Damian meninggalkan note kecil di pintu kulkas. Sudah ada sepiring ketoprak yang ia beli dari mamang gerobak keliling. Mungkin, Damian tidak sempat untuk memasak. Angel baru bangun tidur jam delapan pagi. Kalau saja, dia bukan istri dari orang kaya. Angel sudah pasti dimarahi oleh mertuanya, terlebih mama Damian begitu sinisnya dengan Angel.Bersyukur seharusnya Angel. Makan ada yang masakin, baju ada yang nyuciin, bahkan lantai pun ada yang mengepel kalau Angel sudah malas-malas benar.Melihat ketoprak, membuat Angel hilang selera makan. Entah kenapa dia menginginkan nasi goreng buatan Damian. Padahal rasa ketoprak dan nasi goreng sangat jauh. "Ck, masih mending nggak kelaperan lo, Ngel." Dia bergumam sendiri, lantas menyendok sayuran ke mulutnya.Sekarang, Angel sudah selesai membersihkan diri. Dia mengambil ancang-ancang untuk duduk, sebelum akhirnya dibuat berdiri lagi lantaran ketukan pintu dari
Angel benar-benar mengunci pintu kamar mandi. Menghindar dari Damian. Kurang ajar, dia seperti psychopath sekarang. Mengerikan, senyumnya itu lho, yang membuat Angel parno sendiri. Mengingat perkataan Damian, "Bersiaplah, My Angel." Bukan, bukan jalan pikiran Angel yang kotor. Namun, siapa si yang tidak berpikir sejauh itu kalau keadaan Damian saja mabuk? Tentu, Angel takut jika pikirannya adalah benar. Kalau saja itu terjadi. Angel Pastikan, Damian mati ditempat. Tak peduli bagaimana hidupnya setelah itu di depan keluarga Rajendra. Ini demi harga dirinya.Angel takut. Damian tidak sekalipun menggedor pintu. Namun, gadis itu tetap memilih bermalam di kamar mandi. Untung saja orang kaya memiliki kamar mandi yang luas. Dingin serasa menusuk tulang-tulang Angel. Namun, tidak peduli, dia tetap akan berjaga malam ini. Siapa tahu, Damian nekat dan membobol pintunya. Atau bahkan dia punya kunci serep. Dari pada disuguhi semacam hantu dengan wajah berdarah-darah, Dami
"Dia istri saya. Kenapa kalian bertindak tidak sopan seperti itu padanya?"Seperti dihantam petir di siang bolong. Satpam dan karyawan-karyawan lainnya dibuat mati kutu oleh ucapan Damian baru saja. Mereka bergeming. Hal itu membuat Damian kembali bersuara."Saya pikir kantor ini tidak memandang apapun itu dari luarnya. Apa karena pakaian istri saya? Kalian tidak bisu untuk menjawab pertanyaan saya," kata Damian. Raut wajahnya terlihat marah. Melihat bagaimana karyawannya memperlakukan Angel seperti tadi."Maaf, Pak. Tapi ibu tadi tidak mencerminkan istri Bapak. Terlalu bertolak belakang, apalagi bahasanya yang tidak sopan memanggil Bapak. Saya pikir ibu tadi pengacau. Maafkan saya, Pak." Satpam akhirnya berujar juga. Terlihat rautnya panik, dia takut Damian akan memecatnya."Dia terpaut umur yang sangat jauh dari saya. Wajar sikapnya seperti itu. Jangan ulangi lagi. Saya bing
Angel terkejut saat tangan besar mengambil paksa ponsel yang berada di telinganya. Dia menoleh, Damian menatapnya begitu datar. Matanya menusuk, Angel gugup."Memang siapa dirimu yang lancangnya pegang ponsel saya?" Suara Damian membuat alunan jantung Angel kencang."G-gue, bukan lancang. Tadi ada yang telfon, gue angkat karena gue pikir penting," kata Angel."Penting atau tidaknya bukan urusan kamu. Lagi pula kamu yang batasi di antara kita kan? Jadi, jangan lancang." Setelah berujar seperti itu, Damian berbalik arah dan hendak pergi."Siapa wanita tadi?" Angel ingin memukul mulutnya sendiri. Dia tidak bisa mengontrol perasaan kesalnya."Dia mantan kekasih saya. Ada masalah sama kamu?""Oh, gue cuma tanya. Biasa aja dong!"Angel membuang napas panjang. Ada apa dengan hatinya yang sesak setelah mendengar kalimat 'mantan keka
Angel terus memandangi Damian dan Ara di ruang musik. Mereka berdua bermain piano bersama. Tidak, lebih tepatnya Damian yang memainkannya untuk Ara, sedang Ara duduk di sebelahnya dengan senyum satu arti. Tahu kan senyum ketika melihat seseorang yang dikagumi dari dekat? Ya seperti itu lah.Angel meremas ujung bajunya. Kenapa beberapa hari ini dirinya merasa kesal Damian dekat dengan perempuan? Bukankah ini maunya sejak awal?Angel memilih pergi. Dia ke taman belakang, untuk mengunjungi mawar yang sepertinya sudah pada mekar. Sampai di sana, Angel duduk dan memainkan ponselnya dengan menunduk. Dia membuka galeri, menggeser semua foto yang terupdate di sana.Foto-fotonya semasa SMA, kuliah, bersama Gerald, nenek kakeknya juga orang tuanya. Tentang Gerald, sudah beberapa hari ini dia tak ada kabar. Ponselnya mati, Angel sempat khawatir. Bahkan sudah mengirim beberapa pesan, dan bertanya pada semua teman Gerald. Tapi
Kini keluarga Rajendra ditimpa duka. Berita kematian Yura yang dianggap sengaja dilakukan seseorang itu, membuat semua orang merasa bersedih hati. Yura, perempuan baik. Dia memiliki banyak orang-orang yang menyayanginya.Damian, dia duduk di taman belakang mansion. Dia benar-benar terpukul. Kepulangannya dari undangan teman kerjanya bersama Ara, justru menjadi ajang penyesalannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada kakaknya sendiri. Dan sialnya, cctv di mansion sudah ditutup oleh seseorang. Damian, sudah menyimpulkan ini memang rencana pembunuhan. Tidak mungkin Yura malam-malam di lantai atas, lalu menjatuhkan tubuhnya sendiri. Yang paling disayangkan adalah, Yura dan bayinya yang sungguh malang. Meninggal secara sadis. Damian mengusap wajahnya kasar. Dia menangis, benar-benar tidak percaya Yura akan pergi."Damian, ada aku." Ara tiba-tiba datang dan menepuk pundak Damian. Perempuan itu tersenyum, lalu duduk di samping Damian. "Pundak
Angel membalas pelukan Gerald yang baru saja turun dari pesawat. Angel memang menunggu dirinya sejak tadi, lantaran semalam Gerald menelpon dia akan ke Indonesia."Tebak aku bawa apa?" Gerald melepas pelukannya. Dia menyembunyikan sesuatu di belakang tangan. Angel mengernyit."Kamu lupa ada minta sama aku sebelum aku pergi?" tanya Gerald. Angel merapatkan bibirnya, mata perempuan itu ke atas, seolah tengah berpikir."Apa ya? Em, lupa hehe." Angel menyengir. Hal itu berhasil membuat Gerald gemas. Tangan kanannya mengacak rambut Angel. Angel merasa tertegun. Damian sering melakukan yang sama. Angel memejamkan matanya, kenapa dia justru memikirkan Damian? Jelas pacarnya sekarang di sini."Kamu titip aku parfum kan? Pertama kali nyium wanginya aku keinget kamu. Semoga kamu suka ya."Gerald memberi totebag kecil warna coklat pada Angel. Angel membukanya. Sebotol parfum kaca,
'Hai, My Angel. Maafkan saya pergi tanpa pamit. Saya harus kerja di luar negeri untuk satu Minggu ke depan. Kamu jaga diri, saya sudah pesankan bibi untuk antar makanan kamu, tapi saya tidak bisa minta dia untuk cuci baju kamu. Kamu cuci sendiri ya, Sayang. Ngomong-ngomong, saya sudah masak, jangan lupa dihangatkan untuk makan nanti siang dan malam. Oh, ya. Jangan kangen ya. Kata Dilan berat, biar saya saja hehe. Selamat bertemu lagi, semoga Minggu depan kamu sudah mencintai saya ya, Angel. Dari suami mu yang begitu mencintai.'Bangun tidur Angel sudah disuguhi note panjang dari Damian yang ditempel di meja. Bukan lagi di kulkas seperti biasanya. Angel, menatap ruangan kamarnya. Tumben sekali dirinya bangun sedikit pagi, jam tujuh. Itu sudah sangat siang, tapi bagi Angel itu pagi. Angel meletakkan kembali note itu. Dirinya mengikat rambut, dan berjalan ke arah dapur untuk melihat masakan apa yang dibuat Damian untuknya hari ini."Woah, a