Damian menggenggam kotak berisi martabak ketan keju yang baru saja ia beli. Dia banyak bertanya pada sekretarisnya, apa yang membuat mood perempuan itu membaik. Katanya, perempuan identik dengan yang manis-manis. Semoga saja ini berhasil.
Iya, Damian dan Angel sudah pulang dari bulan madu yang tidak bisa disebut bulan madu itu. Iya, mereka tetap melakukan hal yang sama di sana. Tidur pisah ranjang, Damian yang selalu mengalah untuk tidur di sofa.
"Pak, maaf jika saya lancang. Istri Bapak yang waktu itu pernah saya temui ketika kita mau bertemu client?"
Damian berdeham, selanjutnya tersenyum tanpa ragu mengangguk. "Iya, dia istri saya. Kenapa?"
"Saya rasa dia tidak cocok dengan Anda, Pak. Sifatnya bertolak belakang dengan Bapak. Saya cukup terkejut ketika lihat tidak sopannya dia sama Bapak. Terlebih merokok, maaf jika saya berbicara cukup jauh, Pak."
Damian memang menga
Malam ini, Angel harus benar-benar bisa melancarkan aksinya. Dia harus mendapatkan rekaman cctv yang sudah pasti diambil terlebih dahulu oleh keluarga Rajendra. Ruangan itu, menjadi tempat tersangka pertama bagi Angel masuk.Bermodalkan senter ponsel, memakai kardigan hitam dengan kupluk yang menutupi kepalanya. Angel keluar menutup pintu dengan pelan, karena Damian sudah benar-benar terlelap dalam tidur.Malam di mansion begitu gelap. Hampir seluruh ruangan dimatikan, ralat bukan hampir, tetapi semua. Bahkan Angel kesusahan untuk melihat. Sudah satu bulan, tidak terasa dia tinggal di sini. Dan parahnya belum mendapatkan apa-apa. Hatinya masih penuh luka belum satupun terjahit dibenahi.Angel, menghela napas berat. Dia menghidupkan senter ponselnya. Lalu berjalan menuruni tangga, ruangan itu ada di tangga sebelah sana. Menyebalkan memang, kenapa tempat seistimewa ini, dan keluarga sekaya ini ternyata didapatkan dar
Hari ini adalah hari yang ditunggu Angel, sebab kejutan yang sudah dijanjikan oleh Damian, lusa lalu. Tidak tahu kenapa, ini justru yang membuatnya menunggu seperti ini. Bahkan sekarang, Angel sering merasa jantungnya berdebar merasa aneh di dalam sana. Bukan cinta, karena Angel tahu betul dia benar-benar ingin membatasinya. Dia bukannya sudah berjanji untuk tetap membenci Damian dan keluarganya sampai kapanpun?Ponsel Angel berdering. Membuat pikirannya yang kosong terpenuhi oleh dengung suara yang ditimbulkan dari sang penelepon.'Halo, Sayang. Minggu depan aku pulang. Parfumnya udah aku beli buat kamu. Seneng nggak?'Gerald, kekasihnya yang menelpon. Angel senang, bahkan dia sudah memposisikan duduk dengan kaki kiri berada di atas kaki kanannya. Bibirnya melengkung sempurna lalu menjawab, "Halo, Ge. Iya seneng kok. Aku jemput ya?"'Emang gapapa sama suami kamu?'"Emang ada urusa
Seperti biasa, Damian meninggalkan note kecil di pintu kulkas. Sudah ada sepiring ketoprak yang ia beli dari mamang gerobak keliling. Mungkin, Damian tidak sempat untuk memasak. Angel baru bangun tidur jam delapan pagi. Kalau saja, dia bukan istri dari orang kaya. Angel sudah pasti dimarahi oleh mertuanya, terlebih mama Damian begitu sinisnya dengan Angel.Bersyukur seharusnya Angel. Makan ada yang masakin, baju ada yang nyuciin, bahkan lantai pun ada yang mengepel kalau Angel sudah malas-malas benar.Melihat ketoprak, membuat Angel hilang selera makan. Entah kenapa dia menginginkan nasi goreng buatan Damian. Padahal rasa ketoprak dan nasi goreng sangat jauh. "Ck, masih mending nggak kelaperan lo, Ngel." Dia bergumam sendiri, lantas menyendok sayuran ke mulutnya.Sekarang, Angel sudah selesai membersihkan diri. Dia mengambil ancang-ancang untuk duduk, sebelum akhirnya dibuat berdiri lagi lantaran ketukan pintu dari
Angel benar-benar mengunci pintu kamar mandi. Menghindar dari Damian. Kurang ajar, dia seperti psychopath sekarang. Mengerikan, senyumnya itu lho, yang membuat Angel parno sendiri. Mengingat perkataan Damian, "Bersiaplah, My Angel." Bukan, bukan jalan pikiran Angel yang kotor. Namun, siapa si yang tidak berpikir sejauh itu kalau keadaan Damian saja mabuk? Tentu, Angel takut jika pikirannya adalah benar. Kalau saja itu terjadi. Angel Pastikan, Damian mati ditempat. Tak peduli bagaimana hidupnya setelah itu di depan keluarga Rajendra. Ini demi harga dirinya.Angel takut. Damian tidak sekalipun menggedor pintu. Namun, gadis itu tetap memilih bermalam di kamar mandi. Untung saja orang kaya memiliki kamar mandi yang luas. Dingin serasa menusuk tulang-tulang Angel. Namun, tidak peduli, dia tetap akan berjaga malam ini. Siapa tahu, Damian nekat dan membobol pintunya. Atau bahkan dia punya kunci serep. Dari pada disuguhi semacam hantu dengan wajah berdarah-darah, Dami
"Dia istri saya. Kenapa kalian bertindak tidak sopan seperti itu padanya?"Seperti dihantam petir di siang bolong. Satpam dan karyawan-karyawan lainnya dibuat mati kutu oleh ucapan Damian baru saja. Mereka bergeming. Hal itu membuat Damian kembali bersuara."Saya pikir kantor ini tidak memandang apapun itu dari luarnya. Apa karena pakaian istri saya? Kalian tidak bisu untuk menjawab pertanyaan saya," kata Damian. Raut wajahnya terlihat marah. Melihat bagaimana karyawannya memperlakukan Angel seperti tadi."Maaf, Pak. Tapi ibu tadi tidak mencerminkan istri Bapak. Terlalu bertolak belakang, apalagi bahasanya yang tidak sopan memanggil Bapak. Saya pikir ibu tadi pengacau. Maafkan saya, Pak." Satpam akhirnya berujar juga. Terlihat rautnya panik, dia takut Damian akan memecatnya."Dia terpaut umur yang sangat jauh dari saya. Wajar sikapnya seperti itu. Jangan ulangi lagi. Saya bing
Angel terkejut saat tangan besar mengambil paksa ponsel yang berada di telinganya. Dia menoleh, Damian menatapnya begitu datar. Matanya menusuk, Angel gugup."Memang siapa dirimu yang lancangnya pegang ponsel saya?" Suara Damian membuat alunan jantung Angel kencang."G-gue, bukan lancang. Tadi ada yang telfon, gue angkat karena gue pikir penting," kata Angel."Penting atau tidaknya bukan urusan kamu. Lagi pula kamu yang batasi di antara kita kan? Jadi, jangan lancang." Setelah berujar seperti itu, Damian berbalik arah dan hendak pergi."Siapa wanita tadi?" Angel ingin memukul mulutnya sendiri. Dia tidak bisa mengontrol perasaan kesalnya."Dia mantan kekasih saya. Ada masalah sama kamu?""Oh, gue cuma tanya. Biasa aja dong!"Angel membuang napas panjang. Ada apa dengan hatinya yang sesak setelah mendengar kalimat 'mantan keka
Angel terus memandangi Damian dan Ara di ruang musik. Mereka berdua bermain piano bersama. Tidak, lebih tepatnya Damian yang memainkannya untuk Ara, sedang Ara duduk di sebelahnya dengan senyum satu arti. Tahu kan senyum ketika melihat seseorang yang dikagumi dari dekat? Ya seperti itu lah.Angel meremas ujung bajunya. Kenapa beberapa hari ini dirinya merasa kesal Damian dekat dengan perempuan? Bukankah ini maunya sejak awal?Angel memilih pergi. Dia ke taman belakang, untuk mengunjungi mawar yang sepertinya sudah pada mekar. Sampai di sana, Angel duduk dan memainkan ponselnya dengan menunduk. Dia membuka galeri, menggeser semua foto yang terupdate di sana.Foto-fotonya semasa SMA, kuliah, bersama Gerald, nenek kakeknya juga orang tuanya. Tentang Gerald, sudah beberapa hari ini dia tak ada kabar. Ponselnya mati, Angel sempat khawatir. Bahkan sudah mengirim beberapa pesan, dan bertanya pada semua teman Gerald. Tapi
Kini keluarga Rajendra ditimpa duka. Berita kematian Yura yang dianggap sengaja dilakukan seseorang itu, membuat semua orang merasa bersedih hati. Yura, perempuan baik. Dia memiliki banyak orang-orang yang menyayanginya.Damian, dia duduk di taman belakang mansion. Dia benar-benar terpukul. Kepulangannya dari undangan teman kerjanya bersama Ara, justru menjadi ajang penyesalannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada kakaknya sendiri. Dan sialnya, cctv di mansion sudah ditutup oleh seseorang. Damian, sudah menyimpulkan ini memang rencana pembunuhan. Tidak mungkin Yura malam-malam di lantai atas, lalu menjatuhkan tubuhnya sendiri. Yang paling disayangkan adalah, Yura dan bayinya yang sungguh malang. Meninggal secara sadis. Damian mengusap wajahnya kasar. Dia menangis, benar-benar tidak percaya Yura akan pergi."Damian, ada aku." Ara tiba-tiba datang dan menepuk pundak Damian. Perempuan itu tersenyum, lalu duduk di samping Damian. "Pundak