Wajah Bima dan Rafael tampak kesal mendapati fakta jika sistem perusahaannya dibobol begitu saja oleh orang lain.
“Panggil orang IT ke ruangan saya.” Titah Rafael pada sekretarisnya. Hari ini memang hari kerja, sejujurnya Rafael hendak berkantor besuk namun karena ada peristiwa ini sehingga baik Rafael maupun sang pengantin baru itupun kembali ke kantor.
Rafael segera menghubungi salah satu kenalannya yang ahli dibidang IT, kebetulan William sedang berada di Singapora saat ini, mau tidak mau William harus kembali ke Indonesia bahkan dirinya di jemput langsung menggunakan pesawat pribadi keluarga Dirgantara.
Bahkan Rafael juga menyuruh Satya menyelidiki siapa Lewis , nama yang baru saja papanya informasikan melalui sambungan telepon saat Bramantyo dalam perjalanan ke kantor.
Mario dan Agung bagian IT segera menuju ruangan Rafael, keduanya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Kita sudah melacak namun masih belum bertemu dengan
Ibu mana yang tidak akan shock saat mendapati anak kandungnya divonis menderita kanker otak stadium empat. Dunia Elisa terasa gelap saat ini, tak dapat ditahannya lagi tangisan yang sedari tadi dia tahan.“Ba..bagaimana bisa anak saya mengalami ini dokter ? dokter tidak salah diagnosa kan ?”“Mohon maaf bu, kami sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan memang hasilnya seperti itu, kami turut prihatin.”“Apa yang harus kami lakukan agar anak saya bisa sembuh dokter, dia bisa sembuh kan dokter ?” harap Elisa.Dokter pun segera menjelaskan tentang metode yang akan digunakan untuk proses pengobatan pasiennya.“Kita tetap akan melakukan berbagai cara namun kami tidak berani menjanjikan hal yang muluk – muluk, kami hanya bisa berusaha,apalagi kanker ini sudah stadium empat, jadi saya sangat berharap ada pengertian dari pihak ibu.”Elisa segera keluar dari ruangan dia menangis tersedu &
Sedikit demi sedikit misteri pembobolan sistem Dirgantara Group sudah teratasi, ada nama Lewis yang akhirnya mereka dapat melalui orang yang dia sewa untuk membobol sistem itu. Yang jelas orang ini bukanlah orang sembarangan mengingat sistem keamanan data perusahaan raksasa milik Rafael ini tidak main – main.Beberapa kerjasama yang semula dialihkan oleh klien Rafael kembali berbalik kepadanya saat tahu cerita yang sebenarnya.Jelas ini membuat Rafael terkejut secara dia tidak pernah melakukan komunikasi dengan Lewis namun nama Arnold membuat Rafael mau tidak mau harus melibatkan papanya.Bramantyo melakukan sambungan komunikasi melalui video call saat anak – anaknya sudah berada di ruang kerjanya. Jarak yang begitu jauh antara negara Indonesia dengan Jerman membuat mereka harus malam hari melakukan komunikasi dengan Arnold.“Hallo tuan Bramantyo sungguh senang saya bisa kembali berkomunikasi dengan anda tuan Bramantyo, bagaimana kabar anda tuan.” Sapa Arnold yang tampak sungguh senan
Airin segera bersiap menuju rumah sakit sebelum ke butik, sengaja Airin menyetir mobilnya sendiri tanpa didampingi oleh Nugie yang ada tugas lain selepas mengantarkan Eliezer ke sekolahnya.Awalnya Airin diminta berangkat bersama mama mertuanya itulah pesan Rafael yang masih tidak rela sebenarnya jika Airin berangkat ke rumah sakit seorang diri apalagi kemarin Mario juga mengajukan cuti ingin menemani keponakannya di rumah sakit menemani Elisa.Namun saat melihat Rossa sedang asyik bermain dengan cucu perempuannya di temani oleh baby sitter membuat Airin terpaksa mengurungkan niatnya.Airin sedang tidak tahu saja jika bencana sedang mengintainya.Mengemudikan mobilnyanya keluar dari kawasan elit dimana rumahnya berada, Airin tidak sadar jika dirinya diikuti oleh mobil lain dibelakangnya.“Jangan sampai terlalu dekat, ingat jaga jarak begitu ada kesempatan pepet segera!” titah Laura pada laki – laki yang membawa mobil yang disewany
“Kok belum datang ya, Airin,” tanya Desi pada Kamila yang kebetulan sebelum berangkat diberitahu oleh Desi agar ikut bertemu di rumah sakit sekalian menengok anaknya Elisa setelahnya mereka akan makan siang bersama setelah cukup lama tidak berkumpul, terakhir kali mereka bertemu saat datang untuk menengok Airin yang baru saja melahirkan.“Coba kamu telepon ada dimana.”“Jika dari tadi bisa sudah aku telepon,Mil. Sedari tadi ponselnya tidak aktif terakhir kali dia bilang ini otewe itu satu jam yang lalu.”“Mungkin macet, Des. Kamu tahu sendiri gimana jalanan di kota ini disaat jam sibuk.”“Kita masuk dulu ah Mil, nanti Airin biar nyusul kita.” Gegas Desi melangkahkan kakinya diikuti oleh Kamila menuju lantai 2 dimana ruangan Aldi anak Elisa di rawat, namun mereka begitu terkejut sesampainya di depan pintu kamar perawatan hendak masuk mendapati teriakan histeris dari Elisa.“Tidaaaakkk
Dua orang pria sewaan Laura tampak terkejut dan hanya melihat pemandangan mengerikan di depannya dengan melongo, pun demikian dengan Airin yang juga merasakan hal yang sama namun dirinya yang terikat tetap tidak bisa membuatnya berbuat apa – apa.“Tolong, kenapa kalian malah diam saja hah !” bentak Laura kepada dua orang bayarannya yang terlihat terkejut melihat insiden yang justru malah melukai Laura sendiri.Ya benar , saat Laura sudah mengangkat botol yang tutupnya sudah terbuka itu ada suara tembakan yang sengaja diarahkan ke dahan pohon yang tak jauh dari atas kepala Laura ,dahan itu pun terjatuh tepat mengenai tangan Laura hingga Laura terkejut sembari meloncat secara spontan botol yang dibawanya airnya tumpah mengenai wajahnya sendiri , tidak hanya disitu tetapi separuh isi botol yang tertumpah itu juga mengenai leher dan sebagian dadanya hingga kulit Laura melepuh dibuatnya.Beruntung Rafael datang tepat waktu un
Arnold sudah berada di hotel yang dia sewa, dia sedang mencari keberadaan anaknya melalui detektif swasta yang dia sewa sebelum dia bertolak ke Indonesia.Arnold tahu jika Lewis saat ini sedang berada di rumah sakit serta melaporkan kepada Arnold semua yang dia dengar termasuk rencana Lewis yang ingin menghancurkan Rafael.“Ikuti dia terus dan jangan sampai ketahuan,” titah Arnold pada Joni detektif yang baru saja melaporkan apa yang dia lihat.“Baik tuan Arnold.”Ditempat lain saat ini Rafael sudah berada di ruang kerjanya bersama dengan Satya dan Bima. Bima jelas tampak terkejut mendapati fakta tingkah Laura namun dia juga bersyukur iparnya selamat.“Bener – bener tidak bisa dibiarkan begitu saja Lewis ini. Apa rencana kita selanjutnya,Fa.”Rafael menjelaskan rencananya termasuk untuk sementara anaknya pun akan menjalani home schooling terlebih dahulu. Rafael tidak mau anak lelakinya menanggung res
Orang suruhan Lewis yang mengikuti Satya tampak kesal , mereka baru menyadari jika mobil yang mereka ikuti adalah mobil yang salah, tidak ada anak kecil di dalamnya.Hal itu mereka ketahui saat sebenarnya Satya dengan sengaja bermain – main dengan mereka, berhenti di pom bensin meski harus mengisi sedikit.Berhenti di apotik meski hanya membeli minyak oles, kemudian berhenti lagi di rumah makan nasi padang mengingat perutnya juga mulai berontak minta diisi, tak lupa selama dalam perjalanan tadi Satya juga berkomunikasi dengan Amar dan mendapat kabar jika mereka sudah sampai di rumah dengan selamat.“Kamu gak salah lihat kan tadi mobilnya.”“Ya enggaklah, kan tadi hanya satu mobil mewah yang masuk ke dalam platnya pun juga seingatku sama.”“Lha buktinya disana tidak ada anak laki – laki.”“Apa kamu gak salah lihat ?”“Hei, kamu pikir mataku rabun apa sampai tidak tahu di
Kamila tampak cemberut demi mendengar permintaan suaminya agar dia berhenti bekerja.“Aku kan bukan istri pengusaha besar mas, jadi aku..”“Suamimu ini memang bukan orang sekelas pak Rafael, tapi suamimu ini tidak ingin kamu kelelahan bekerja, aku hanya ingin kamu fokus pada kehamilanmu, pada anak kita.” Antoni kembali membenahi posisi duduknya , dibawanya tubuh istrinya dalam dekapannya. “Aku tidak tega membiarkanmu terlalu lelah bekerja apalagi jika dinas malam sayang, tugasmu sudah berat dengan mengurus suami, mengurus tempat kost. Apa mengkhawatirkan istri sendiri harus menjadi pengusaha besar dulu, enggak kan ?” Antoni menghela nafasnya setelah menyelesaikan kalimatnya, apa Antoni tersinggung dengan ucapan istrinya entahlah hanya Antoni yang tahu, Antoni hanya melakukan bagiannya sebagai suami yang bertanggungjawab untuk istrinya, tidak lebih.“Aku melakukan ini karena aku mencintaimu Kamila, aku ingin nanti kamu ju