Orang suruhan Lewis yang mengikuti Satya tampak kesal , mereka baru menyadari jika mobil yang mereka ikuti adalah mobil yang salah, tidak ada anak kecil di dalamnya.
Hal itu mereka ketahui saat sebenarnya Satya dengan sengaja bermain – main dengan mereka, berhenti di pom bensin meski harus mengisi sedikit.
Berhenti di apotik meski hanya membeli minyak oles, kemudian berhenti lagi di rumah makan nasi padang mengingat perutnya juga mulai berontak minta diisi, tak lupa selama dalam perjalanan tadi Satya juga berkomunikasi dengan Amar dan mendapat kabar jika mereka sudah sampai di rumah dengan selamat.
“Kamu gak salah lihat kan tadi mobilnya.”
“Ya enggaklah, kan tadi hanya satu mobil mewah yang masuk ke dalam platnya pun juga seingatku sama.”
“Lha buktinya disana tidak ada anak laki – laki.”
“Apa kamu gak salah lihat ?”
“Hei, kamu pikir mataku rabun apa sampai tidak tahu di
Kamila tampak cemberut demi mendengar permintaan suaminya agar dia berhenti bekerja.“Aku kan bukan istri pengusaha besar mas, jadi aku..”“Suamimu ini memang bukan orang sekelas pak Rafael, tapi suamimu ini tidak ingin kamu kelelahan bekerja, aku hanya ingin kamu fokus pada kehamilanmu, pada anak kita.” Antoni kembali membenahi posisi duduknya , dibawanya tubuh istrinya dalam dekapannya. “Aku tidak tega membiarkanmu terlalu lelah bekerja apalagi jika dinas malam sayang, tugasmu sudah berat dengan mengurus suami, mengurus tempat kost. Apa mengkhawatirkan istri sendiri harus menjadi pengusaha besar dulu, enggak kan ?” Antoni menghela nafasnya setelah menyelesaikan kalimatnya, apa Antoni tersinggung dengan ucapan istrinya entahlah hanya Antoni yang tahu, Antoni hanya melakukan bagiannya sebagai suami yang bertanggungjawab untuk istrinya, tidak lebih.“Aku melakukan ini karena aku mencintaimu Kamila, aku ingin nanti kamu ju
“Maaf sayang kali ini aku tidak mengijinkanmu untuk keluar rumah setidaknya sampai situasi terkendali dulu.”“Ya mas, aku gak masalah.”Airin baru saja memberitahu suaminya jika Aldi meninggal dunia, niat hati ingin melayat namun bagaimanapun juga Airin harus patuh kepada suaminya.“Maaf sayang, bukan mas ada maksud lain atau karena ada mantan suamimu disana tapi kamu tahu sendiri peristiwa beberapa hari ini sungguh membuat mas khawatir.” Rafael memeluk istrinya dari belakang , saat ini keduanya sedang saling bertatapan melalui cermin yang ada dihadapan mereka.“Aku paham mas, aku juga tahu apa yang mas Rafa lakukan karena mas ingin melindungiku, melindungi keluarga kita.” Airin meraih tangan suaminya yang sedang memeluk pinggangnya dari belakang, kemudian Airin mengubah posisinya diletakkannya tangannya di bahu suaminya hingga keduanya kini saling memeluk dan berhadapan. “Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku mas.” Tersungging senyuman manis dari bibir Airin yang membuat Rafael tid
Airin menghubungi Elisa melalui panggilan video call mengucapkan turut berbelasungkawa atas kepergian Aldi anak Elisa, tak lupa Airin juga meminta maaf karena sampai saat ini belum bisa datang, dia hanya bisa mewakilkan dirinya melalui karangan bunga tanda belasungkawa yang dikirim ke rumah duka.Alasan yang dikemukakan Airin membuat Elisa sungguh terkejut.“Mbak Airin jangan begitu, aku memaklumi mbak, terpenting mbak selamat dari kejadian kemarin itu sudah cukup, ke depan mbak harus lebih hati – hati lagi.”“Iya Lis, terima kasih atas perhatianmu.”Setelah cukup lama berbincang – bincang keduanyapun menutup teleponnya.“Kenapa dengan Airin, musibah apa yang menimpanya ?” tanya Mario yang sedari tadi menyimak obrolan adik dengan mantan istrinya itu.Elisa pun menyampaikan apa yang dia dengar dari Airin , termasuk dia tidak bisa keluar rumah dulu untuk sementara, tak lupa Airin yang hampir saja
Dua pria berjalan mendekati mobil Anjani, mengetuk kaca mobil itu dengan keras.“Buka !”Tanpa ragu Anjani segera membuka kaca mobil itu dan menatap tajam ke arah pria bertato yang memandang dirinya, tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri Anjani.“Keluar !”Lagi tanpa membuka suaranya Anjanipun turun dan menurut saja saat kedua pria itu membawanya masuk ke dalam mobil mereka.Kedua pria itu pun terkekeh dan melaporkan kepada seseorang dari balik telepon dan mengatakan jika targetnya sudah masuk umpan dan siap di bawa ke tempat yang mereka sudah siapkan.Ada tiga pria dalam mobil ini, selain dua pria yang tadi turun masih ada lagi satu orang sebagai pengemudi.“Kamu cantik dan menarik meski tertutup masker, tak salah jika tuan Rafael tergila – gila sama kamu , namun setelah ini aku tidak berani jamin apa suamimu itu akan tetap tergila – gila atau justru menjadi gila setelah ini ha ha ha ha
Dor DorBelum sempat tangan Lewis meraih botol itu keburu senapan Satya menembak tepat di botol hingga airnya pun tumpah kemana – mana. Beberapa orang bayaran Lewis segera menyerang Satya dan Bima yang kemudian ada Amar menyusul dibelakang mereka.Lewis sungguh kesal dibuatnya hingga diapun melompat menyerang Rafael yang sedang berjongkok membuka tali yang mengikat kaki Anjani.“Aow” Rintihan terdengar dari bibir Rafael yang sama sekali tidak menduga dirinya akan kena tendangan begitu kuat di punggungnya, rasa nyeri diabaikan begitu saja oleh Rafael. Dia segera berdiri dan menangkis tendangan kaki Lewis yang baru saja diarahkan ke wajahnya.Tangan Rafael segera memukul kaki Lewis yang hampir mengenai wajah tampannya itu, Rafael pun juga memberikan tendangan pada perut Lewis dengan gerakan yang tak kalah gesitnya dari lawannya. Keduanyapun terlibat baku hantam sengit.Perlawanan Rafael semakin membuat Lewis murka dan menyerang Rafael dengan membabi buta yang tentu saja Rafael bisa meng
Semua menoleh ke arah sumber suara tembakan yang membuat tubuh kekar Lewis tersungkur bersimbah darah. Pistolnya terlepas begitu saja, khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan segera Rafael menendang pistol itu agar tidak terjangkau oleh tangan Lewis yang tampak meringis kesakitan.Arnold datang di saat yang tepat, posisinya yang berada di belakang Lewis membuatnya tidak terlihat oleh anaknya yang hendak menarik pelatuk pistolnya untuk menembak Rafael.“Bawa segera dia ke rumah sakit andai dia tidak selamatpun aku juga tidak perduli!” ucap Arnold yang sangat terdengar dengan jelas di telinga anaknya sendiri.“Papa sudah bilang tangan papa sendiri yang akan menghalangimu bahkan sebelum kamu melangkah.” Sambung Arnold seraya menatap tajam ke arah anaknya yang punggung dan kakinya tertembak oleh dirinya.Sebagai orang tua sejujurnya dia sedih melihat anaknya terkapar bersimbah darah di depan matanya sendiri dan oleh dirinya sendiri
Meninggalkan hiruk pikuk dan kejadian beruntun di Jakarta, saat ini di kantor cabang Dirgantara group yang ada di Surabaya tampak Dani adik ipar Rafael sedang mengadakan meeting dengan salah satu perusahaan yang ingin menjalin kerjasama dengan Dirgantara Group.Tidak salah jika Rafael memberi kepercayaan kepada Dani, karena Dani bisa diandalkan. Dani sangat professional dalam bekerja pun demikian dengan Rafael, jika urusan pekerjaan mereka akan bersikap sebagaimana layaknya atasan dengan bawahan.Selama ini Rafael puas dengan hasil kerja Dani.Dalam meetingnya kali inipun Dani juga tampak serius saat mendengarkan presentasi dari pihak PT Ditex Indonesia, meski tidak sekali dua kali Dani menangkap dengan ekor matanya jika wanita yang menjadi sekretaris dari PT Ditex Indonesia bukannya fokus pada presentasi yang disampaikan oleh atasannya tetapi malah fokus melirik ke arah Dani.“Jadi itu yang bisa kami sampaikan pak Dani, jika ada hal yang kurang dari presen
Diskusi antara Dani dengan sekretarisnya akhirnya kelar, beberapa pekerjaan sudah mereka bahas saat ini.Yohana sekretaris yang sangat kompeten, dia sangat teliti sehingga sangat membantu Dani untuk urusan pekerjaannya.Bahkan jika Dani ada kepentingan harus ke Jakarta, Yohana sudah mampu menghandle pekerjaan yang diberikan kepadanya.Yohana saat ini sedang membereskan makan siang yang baru saja mereka nikmati, mereka memesan makanan simpel di kantin perusahaan Dirgantara ini melalui office girl dan mengantarkannya ke ruangan Dani.Di ruangan Dani yang nyaman terdapat meja kecil yang biasa digunakan oleh Dani untuk menikmati makan siangnya, saat Yohana sedang membereskan meja makan Danipun bergerak kembali melangkahkan kakinya menuju sofa tempat dimana dia tadi berdiskusi dengan Yohana.Secara spontan Dani merentangkan kedua tangannya menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri untuk merenggangkan ototnya yang terasa kaku.Yohana pun segera m