Share

Bab 28.

Author: Melvii_SN
last update Last Updated: 2025-02-24 08:00:20

"Tolong berikan aku izin untuk room tour di mansion tanpa batas. Jujur, aku penasaran karena selama ini tidak pernah melihat bangunan sebesar dan seluas itu. Alasan lainnya, karena aku tidak tau apakah akan selamanya menjadi asisten Tuan, sebab suatu hari nanti Tuan pasti ingin menikah dan tak membutuhkan asisten lagi."

Untuk beberapa menit, Damien menatap Tiffany seolah sedang memindai sesuatu dari sorot matanya. Aksi tersebut membuat wanita itu sedikit gugup, berujung menundukkan kepala, seraya membuang muka, lebih tepatnya menghindari tatapan interogasi Damien.

"Baiklah, kau boleh melakukannya." Akhirnya Damien menyetujui permintaan Tiffany.

Lampu hijau tersebut tentu saja membuat Tiffany bahagia, bibirnya mengukir senyum sumringah, senyum yang jarang sekali terlihat karena cenderung murung lagi penakut.

"Kau cantik kalau tersenyum."

"Euh?" Tiffany terpana, "Ma-maksudnya?"

Damien melangkah mendekat, satu tangannya terulur
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 29

    "Karena kau hanya akan mengganggu pekerjaanku," jawab Damien membuat Tiffany terdiam. Selang beberapa detik, Tiffany menimpali, "Tapi, bukankah sebelumnya Tuan bilang jika aku ingin melihat Tuan bekerja aku harus—""Tidak untuk sekarang," potong Damien cepat, "Waktumu sudah habis. Pulanglah ke mansion lalu beristirahat, aku akan pulang lambat malam ini." Setelah menuntaskan ucapannya, Damien langsung bergegas pergi diikuti tiga pengawal. Baru beberapa langkah, tiba-tiba mereka berhenti. Tiffany sontak menoleh, tidak tahu apa yang membuat Damien berbalik arah. "Jack, antar dia pulang dengan selamat. Jangan sampai lecet secuil pun, atau kau akan menanggung akibatnya." "Baik, Tu—""Tidak perlu," sergah Tiffany, mimik wajahnya tampak serius, "Aku bisa pulang sendiri tanpa harus diantar. Kalian lanjutkan saja pekerjaan itu!" imbuhnya ketus. Lantas, tanpa memedulikan tatapan aneh Damien beserta para pengawal, Tiffan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 30

    Jack dan Smith refleks melirik kaca spion tengah, dan di sanalah Damien, duduk di kursi belakang dengan ekspresi datar nan menyeramkan. "Tu-Tuan, sejak kapan Anda ada di mobil ini?" Smith menelan ludah. "Sejak kalian mulai berteori bahwa aku tertukar di rumah sakit sewaktu bayi," jawab Damien santai, tetapi ada aura gelap yang menyelimuti ucapannya, membuat Jack dan Smith seketika memucat. "Ah, Itu ... itu hanya candaan, Tuan! Tentu saja kami tidak benar-benar berpikir seperti itu. Anda jelas Damien yang asli, yang dingin, kejam, dan tidak mungkin jatuh cinta!" "Tepat," Damien berujar pelan. "Dan karena kalian berdua sepertinya punya banyak waktu untuk menganalisis kehidupanku, mungkin aku harus menambah tugas kalian." Seketika Smit langsung panik, air mukanya berubah cemas, "Tidak perlu, Tuan! Kami sudah sangat sibuk! Bahkan, kami belum menyelesaikan tu

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 31

    Benturan keras terasa di bagian belakang mobilnya, membuat Tiffany tersentak. Kedua tangannya mencengkeram setir erat-erat, betisnya menginjak pedal rem secara mendadak, menciptakan suara decitan keras. "Astaga, siapa itu?" Tiffany tersentak, napasnya memburu. Segera ia melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil, bersiap untuk menghadapi siapa yang berani mengusik jalannya. "Hei, keluar kau!" Tak berselang lama, detik itu juga terdengar suara pintu mobil dibuka. Keluar lah sosok dari mobil hitam yang membuat sekujur tubuh Tiffany menegang. "Jasper? Sedang apa kau di sini? Kau tau area ini sudah dekat ke arah mansion, nanti kalau ada pengawal yang lihat bagaimana, hah?!" cerocosnya sedikit kesal. Sudut bibir Jasper terangkat, mengukir senyum miring, "Aku? Aku ingin menemanimu mencari ruangan rahasia itu." "Apa? Menemani mencari ruangan rahasia? Hei, apa kau sudah gila, Jasper?" Tiffany melipat tangan di dada, ekspresi waja

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 32

    Dorrr!Suara tembakan menggema tepat ketika Tiffany belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Anak buah yang baru saja ingin menghubungi Damien itu seketika tersungkur ke tanah, darahnya menciprat ke wajah Tiffany membuat wanita itu menahan napas beberapa detik. Tubuhnya bergidik ngeri, perlahan matanya turun ke bawah, melihat tubuh pria yang nyawanya hilang dalam sekejap. "J-jasper?" Suara Tiffany tercekat, ingin marah namun tenggorokannya seolah tersumbat sesuatu. Kemudian menatap Jasper yang tersenyum tanpa rasa bersalah. "Jasper, apa yang kau lakukan? Kenapa kau membunuhnya, hah?" "Karena kehadirannya merusak pemandangan ku," sahut Jasper enteng, seperti hanya menyingkirkan serangga yang hinggap di baju. Satu tangannya sibuk mengibas-ngibaskan pistol yang masih mengepulkan asap. "Kenapa? Kau marah?" "Bisa-bisanya kau bertanya seperti itu. Tentu saja aku marah, kau tidak tau siapa dia, hah? Dia hanya penjaga! Dia bahkan tidak mel

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 33

    "Akan apa, hm?" parau Damien membuat bulu kuduk Tiffany meremang, rasa panik merayapi dirinya. Air dingin dalam bathtub tidak cukup untuk meredakan panas yang menjalar ke seluruh jaringan tubuh manakala tangan besar Damien mencekeram pinggangnya semakin kuat. "Tu-Tuan, lepaskan," minta Tiffany sedikit cemas, kedua tangannya mendorong dada bidang lelaki itu, khawatir Damien akan berbuat impulsif yang dapat merugikannya. "Tuan, kumohon ...." Nahasnya, sedikitpun Damien tidak menggubris. Helaan napasnya terdengar semakin berat, aroma alkohol masih menguar. Dengan mata setengah terpejam, lelaki itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak."Hish, lelaki ini. Tuan sadarlah! Tuan!" bentak Tiffany meninggikan suara, tanpa kesadarannya. "Astaga, apa aku membentaknya?" Keterkejutan itu tak berlangsung lama saat Tiffany merasakan tangan besar Damien mulai bergerak. Jemarinya menelusuri setiap inci punggung mulus milik Tiffany, mencari-cari

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 34

    "Mau apa?" tanya Tiffany. "Tidak ada," jawab Damien menatap Tiffany sekilas sebelum berbalik hendak pergi.Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, tangan Tiffany dengan cepat mencengkeram pergelangannya.Damien berhenti, tidak menoleh, tetapi otot rahangnya menegang. Tiffany dapat merasakan betapa dingin dan kerasnya aura yang terpancar dari lelaki itu.Dengan jantung berdebar kencang, Tiffany melangkah ke hadapannya, lalu menatap mata kelam itu dengan penuh keberanian.Seketika kemudian, ia merosot ke lantai, tanpa diduga ia berlutut. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Apa yang kau lakukan?" “Aku minta maaf,” suara Tiffany lirih, tetapi cukup jelas.Ia menyembunyikan wajahnya yang memerah, menggigit bibir, dan menggenggam erat ujung gaunnya. "Aku tahu aku lancang kemarin. Aku tahu seharusnya aku tidak menampar Tuan," lanjutnya dengan suara yang bergetar, tetapi tetap tegas. "Aku me

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 35

    "Pastikan kau tidak menyentuh batasan yang kuberikan."Tegukan liur menandakan betapa gugupnya Tiffany saat ini. Jauh di lubuk hati terdalam ia ingin sekali bertanya apa maksudnya. Nahas, belum sempat membuka mulut Damien menambahkan. "Jangan sesekali mencoba masuk ke dalam pintu yang terkunci, itu batasanmu. Mengerti?" Hening. Tiffany tidak langsung menjawab, otaknya masih mencerna peringatan yang Damien lontarkan. "Kalau masih ada batasan, lalu apa fungsinya akses VIP? Bukankah makna VIP kita diberi hak istimewa yang tidak semua orang bisa? Kalau hanya berjalan-jalan, para pengawal pun melakukan itu setiap hari, 'kan?" Pertanyaan itu tidak keluar melalui mulut, melainkan hati. Sengaja, karena Tiffany tidak ingin salah ucap atau sikap lagi, yang akan membuat Damien menarik perizinannya untuk kedua kali. "Kenapa diam saja?" "Euh?" Refleks Tiffany mengangkat wajah, "O ... ah? Aaa ... ya. A-aku paham, Tuan. Aku janji

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 36.

    Melipir dari ruang dapur dengan segala rahasianya, kini Tiffany ada di ruang tengah. Berdiri sambil memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam. Sedang fokus-fokusnya berpikir, tiba-tiba Tiffany merasakan getaran ponselnya dan buru-buru mengangkat begitu melihat nama Jasper terpampang di layar."Halo, Jasper." "Ya? Bagaimana?" Glek! Tiffany menelan ludah, sebelum akhirnya berbicara, "Aku sudah menemukan ruangannya. Tapi ada masalah. Aku belum bisa memasukkan kode akses yang sudah kau berikan. Sistem penjagaannya lebih ketat dari yang kuduga.""Apa maksudmu?" "Ck, aku tidak bisa mencobanya sekarang karena banyak pengawal berkeliaran. Aku butuh waktu setidaknya sampai mereka lengah atau pergi dari sana. Tapi itu hal yang mustahil," ucap Tiffany bicara sepelan mungkin agar suaranya tidak terdengar sampai ke dapur. "Pokoknya aku tidak mau tau, Tiff. Bagaimanapun caranya kau harus segera menyelamatkan nyawa a

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 58

    Malam ketiga tanpa Tiffany.Damien terduduk di sofa ruang kerjanya, menatap kosong segelas bourbon yang belum sempat ia sentuh. Matanya sayu, ada lingkaran hitam samar yang mulai terbentuk di bawahnya. Kemeja hitam yang biasanya rapi kini kusut, beberapa kancingnya terbuka, memperlihatkan lehernya yang tegang karena kurang tidur.Rico, yang berdiri di sudut ruangan, menghela napas pelan. Sudah tiga hari ini bosnya berubah. Tidak ada umpatan, tidak ada perintah keras, bahkan tidak ada baku hantam dengan siapa pun. Hanya tatapan kosong dan sikap melankolis yang bikin bulu kuduknya merinding.“Bos,” panggil Rico hati-hati.Damien tidak menoleh. Rico mendekat, menunggu respon yang tak kunjung datang. Ia pun memberanikan diri duduk di hadapan bosnya, menatapnya seakan sedang menghadapi pasien patah hati. “Tuan, maaf sebelumnya … tapi Anda ini Damien Rael, bos mafia paling ditakuti seantero Italia. Masa akhir-akhir ini galau karena ditinggal a

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 57

    Damien masih menatap Rico dengan tajam, sorot matanya menuntut jawaban lebih dari sekadar omong kosong. Nafasnya memburu, pikirannya penuh tanda tanya yang kian menyesakkan dada. "Cepat ceritakan atau kepalamu akan kupenggal?!" Glek! Susah payah Rico menelan ludah sebelum akhirnya mulai berbicara, suaranya berat dan tegang."Sebenarnya, saat tuan menyuruhku mengamankan Tiffany, aku langsung berlari ke kamarnya. Aku tahu dia masih di sana, jadi aku tidak membuang waktu. Tapi..." Rico menghentikan ucapannya sesaat, ekspresinya semakin serius. "Saat aku hampir sampai, aku melihat Jasper keluar dari kamar itu lebih dulu."Damien menyipitkan mata, dahinya mengernyit. "Jasper?"Rico mengangguk cepat. "Ya. Dia berjalan keluar dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku langsung curiga, tapi aku juga tak bisa langsung menahannya. Jadi aku mempercepat langkah, masuk ke kamar..."Napas Rico sedikit tercekat saat m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 56

    "Tapi apa? Cepat jawab! Jangan bertele-tele!" tegas Lucian marah, namun segera menurunkan nada bicara agar tak kedengaran Damien. Jasper mengangkat kepalanya, menatap Lucian dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak menemukannya, Tuan." Seketika atmosfer di halaman mansion berubah. Semua orang saling berpandangan, mencoba mencari kepastian dari wajah satu sama lain. Anak buah Lucian mulai gelisah, beberapa menggenggam senjata lebih erat, sementara anak buah Damien tetap dalam posisi siaga, meski kebingungan mulai merayap di benak mereka.Damien menajamkan pandangannya, napasnya tertahan di tenggorokan karena pembicaraan Bloodstone tidak terdengar. Matanya beralih ke arah Rico, berharap mendapatkan jawaban dari tangan kanannya itu. Namun, Rico hanya menggeleng perlahan, ekspresinya tetap tegas tanpa keraguan."Lelucon macam apa ini?" Lucian akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berbahaya, seperti bara api yang siap membakar habis apa pun di ha

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 55

    Angin segar berembus dingin, tetapi terasa menyesakkan, bercampur dengan hawa kematian yang menggantung di udara. Damien berdiri tegak di depan mansionnya, berhadapan langsung dengan Lucian Amato yang kini menatapnya dengan mata berkilat penuh kebencian. Di sampingnya, ada Jasper yang berdiri sambil menyeringai licik menunggu perintah.Belum sempat mereka buka suara, tiba-tiba Dor!Suara tembakan pertama meledak, memecah kesunyian.Peluru menembus udara, nyaris menghantam kaki Damien. Refleksnya bekerja cepat. Dengan gerakan sigap, ia melompat mundur dan berlindung di balik salah satu pilar besar di depan mansionnya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena amarahnya yang mulai mendidih."Manusia gila!" umpat Damien..Melalui celah perlindungan, Damien melirik sekilas ke arah lawannya. Alih-alih mundur atau gentar dengan ancamannya tadi, Lucian justru berdiri gagah, seolah mengejeknya. Lalu, denga

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 54

    Angin pagi berembus kencang saat Damien melangkah keluar dari mansion. Begitu pintu besar terbuka, pemandangan di depannya segera memenuhi pandangan, halaman luasnya kini dipenuhi oleh ratusan orang bersenjata, berdiri tegap dalam formasi yang mengancam.Di garis depan, berdiri dua sosok yang tak asing.Lucian Amato, pria bertubuh tegap dengan mata gelap yang kini menyala oleh amarah. Di sampingnya, Jasper, tangan kanannya yang setia, memegang pistol dengan santai, namun ancaman jelas terasa di udara.Damien tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak di depan pintu mansionnya, mengenakan setelan hitamnya yang sempurna, tangan dimasukkan ke dalam saku jas seolah ini bukan apa-apa.Lucian mengangkat sebuah dokumen yang diremas di tangan. Kertas itu kusut, menunjukkan betapa marahnya ia sebelum datang ke sini.“Dokumen ini, kau pikir aku tidak akan tahu kalau ini palsu?”ucap Lucian dengan lantang dan penuh amarah. B

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 53

    Pagi itu langit tampak kelabu, seolah ikut merasakan kelelahan yang masih menggelayuti tubuh Tiffany. Sinar matahari yang menembus jendela hanya redup, tak mampu sepenuhnya mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamarnya.Tiffany duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, selimut tebal membungkus tubuhnya yang masih terasa menggigil. Kepalanya sedikit berat, tenggorokannya kering, dan kulitnya terasa lebih panas dari biasanya. Demam. Dia benar-benar jatuh sakit.Dia menghela napas pelan, menatap ke luar jendela dengan tatapan penuh kekecewaan. Seharusnya hari ini dia sudah bersiap untuk mendaki, mencari ayahnya, memastikan kebenaran kata-kata Damien. Tapi sekarang, tubuhnya sendiri malah mengkhianatinya.Suara langkah kaki di luar pintu membuyarkan lamunannya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Damien dengan setelan yang lebih santai dari biasanya. Tak ada jas mahal atau sepatu kulit berkilau. Hanya kaus hitam po

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 52

    Damien menatap Tiffany dalam-dalam, matanya menggelap, bukan karena marah, tetapi karena dilema yang kini menguasai pikirannya. "Aku tidak bisa menghubunginya," katanya dengan suara dalam, nyaris berbisik.Tiffany menegang. “Apa maksud Tuan?"Di antara cahaya bulan yang menyelinap masuk ke dalam goa, ekspresi Damien tampak lebih dingin dari biasanya.“Di puncak sana, tidak ada sinyal. Satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengannya adalah dengan mendaki sendiri ke tempat itu. Dan itu bukan perjalanan yang mudah, Tiffany.”Tiffany merasakan dadanya semakin sesak. Harapannya yang tadi melonjak, kini seakan dihantam keras ke tanah. “Berapa lama?” tanyanya, suaranya gemetar.“Butuh waktu setidaknya tiga hari untuk mencapai puncak,” kata Damien, ekspresinya tetap tenang, seolah sedang menjelaskan sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat.“Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang.”Damien menatapnya, lalu menggeleng pelan. “Tidak m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 51

    Tiffany tersentak, napasnya tercekat di tenggorokan merasakan sensasi dingin menjalari tulang punggung saat menyadari keberadaan seseorang di belakangnya. Perlahan, dengan jantung berdegup kencang, dia berbalik dan detik itu nyaris terjungkal. "T-Tuan...?" suaranya bergetar, entah karena keterkejutan atau karena ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Damien kali ini. Namun sebelum satu kata pun bisa terucap dari bibir lelaki itu, tiba-tiba—DUARR!Dentuman keras menggema, menggetarkan tanah di bawah kaki mereka. Seolah bumi baru saja menggelegak dalam amarahnya. Tiffany menjerit tertahan, tapi sebelum tubuhnya bisa bereaksi lebih jauh, sepasang lengan kokoh sudah menariknya dalam dekapan erat.Damien memeluknya, melindunginya seakan dia adalah satu-satunya hal yang tidak boleh hancur di dunia ini. "Diam. Jangan bergerak," bisiknya tepat di telinganya, suaranya serak namun tegas.Tiffany merasakan bagaimana dada bidang lelaki it

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 50

    Setelah Damien berangkat dalam perjalanan bisnisnya, mansion terasa begitu sepi. Tiffany menatap ke luar jendela, memperhatikan hujan gerimis yang membasahi halaman luas. Perasaan gelisah merayapi dadanya, seakan ada sesuatu yang belum selesai.Damien telah berjanji akan membawanya bertemu sang ayah suatu saat nanti, tetapi kapan? Berapa lama lagi ia harus menunggu?Dorongan kuat untuk mencari tahu muncul begitu saja. Tangannya refleks meraih ponsel dari atas meja, jemarinya gemetar saat membuka aplikasi Google Maps. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai mengetik:Gunung Evermore.Detik berikutnya, layar ponselnya menampilkan peta digital dengan jalur berliku yang membawa matanya ke satu titik terpencil di puncak gunung. Wilayah itu hampir tidak memiliki akses jalan yang layak. Hanya ada garis-garis tipis yang menandakan jalur pendakian terjal, ditutupi hutan lebat dan kabut tebal yang nyaris tidak bisa ditembus.Tiffany menggigit bibi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status