Share

Bab 36.

Penulis: Melvii_SN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-26 02:00:15

Melipir dari ruang dapur dengan segala rahasianya, kini Tiffany ada di ruang tengah. Berdiri sambil memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam.

Sedang fokus-fokusnya berpikir, tiba-tiba

Tiffany merasakan getaran ponselnya dan buru-buru mengangkat begitu melihat nama Jasper terpampang di layar.

"Halo, Jasper."

"Ya? Bagaimana?"

Glek!

Tiffany menelan ludah, sebelum akhirnya berbicara, "Aku sudah menemukan ruangannya. Tapi ada masalah. Aku belum bisa memasukkan kode akses yang sudah kau berikan. Sistem penjagaannya lebih ketat dari yang kuduga."

"Apa maksudmu?"

"Ck, aku tidak bisa mencobanya sekarang karena banyak pengawal berkeliaran. Aku butuh waktu setidaknya sampai mereka lengah atau pergi dari sana. Tapi itu hal yang mustahil," ucap Tiffany bicara sepelan mungkin agar suaranya tidak terdengar sampai ke dapur.

"Pokoknya aku tidak mau tau, Tiff. Bagaimanapun caranya kau harus segera menyelamatkan nyawa a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 37

    "Hei, apa yang kau lakukan?" tegur seseorang membuat Tiffany dan pengawal kaget bersamaan. Tiffany menelan ludah saat melihat Damien berdiri di ambang pintu koridor, bersandar dengan tangan terlipat di dada. Matanya tajam, menelusuri Tiffany dari kepala hingga kaki, penuh kecurigaan. Aura dinginnya membuat bulu kuduk Tiffany berdiri, apalagi dengan cara lelaki itu menatapnya, seolah sedang menguliti niat tersembunyinya. Pengawal yang hampir saja menyerahkan troli langsung membeku di tempat. Mereka menundukkan kepala, tak berani berkata apa-apa. "Apa yang sedang kau lakukan?" Suara Damien terdengar rendah, tetapi memiliki nada bahaya yang jelas. Cepat-cepat Tiffany melepas pegangannya di lengan penjaga, lalu mengatur ekspresi, menampilkan senyum manisnya seperti sebelumnya. "Aku hanya ingin membantu, Tuan," jawabnya dengan nada lembut. "Aku pikir, sebagai seseorang yang tinggal di mansion ini,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 38

    Tiffany menatap Damien dengan sorot mata terluka, seolah pertanyaan lelaki itu baru saja mengoyak hatinya. Alih-alih menjawab, bibirnya justru melontarkan tanya balik. “Apakah Tuan setidak percaya itu padaku? Apakah aku terlihat seperti pembohong ulung?”Ucapan itu membuat Damien terdiam sejenak, kedua matanya yang tajam menelusuri setiap inci ekspresi Tiffany. Raut wajahnya waspada, tapi ada sedikit keraguan di sana. Entah karena kata-kata Tiffany, atau karena caranya mengatakannya dengan begitu tulus.Hening merayap di antara mereka. Tiffany bisa merasakan napas Damien yang teratur, tetapi matanya tetap waspada, seolah menimbang-nimbang apakah wanita di depannya ini benar-benar sepolos yang terlihat atau hanya sedang memainkan peran.“Aku hanya ingin membantu. Aku tahu aku bukan siapa-siapa di sini, hanya seorang asisten yang Tuan remehkan. Tapi jika aku bisa melakukan sesuatu yang lebih, kenapa tidak?” lanjut Tiffany dengan suara lebih tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 39.

    Tiffany menatap pisau di tangannya, merasakan dinginnya logam yang menusuk telapak tangan. Ancaman Damien barusan terdengar sangat mengerikan, membuat napasnya berat, seolah-olah ruangan ini tiba-tiba menyedot seluruh oksigen yang ada.Di depannya, pria itu menatapnya dengan mata yang penuh luka dan kelelahan. Namun, ada sesuatu di sorot matanya, bukan ketakutan, bukan kepasrahan, melainkan seolah dia ingin berbicara tanpa kata."Apa yang kau tunggu?" suara Damien terdengar ringan, tetapi ada tantangan tersembunyi di baliknya. "Buktikan padaku bahwa kau benar-benar di pihakku."Tiffany mengeratkan cengkeramannya pada pisau itu. Dalam hatinya, dia tahu ini adalah pertunjukan. Dia harus memainkan peran ini dengan sempurna."Tentu, Tuan."Dia melangkah maju. Perlahan. Setiap derap kakinya terasa seperti dentang lonceng kematian di telinganya sendiri.Jantungnya berdegup begitu kencang hingga ia takut Damien bisa mendengarnya. T

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 40.

    Saat Damien mulai berbicara, suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya. Tidak dingin, tidak pula tajam. "Selama hampir sepuluh tahun ini, orang-orang selalu men-capku sebagai pembunuh. Tapi sebenarnya aku tidak seperti itu, Fany. Aku tidak lahir untuk menjadi seorang pembunuh. Aku tidak pernah ingin mencabut nyawa siapa pun. Aku tidak pernah bercita-cita menjadi seperti itu ...." Damien menarik napas panjang, mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan. "Aku hanya orang biasa. Aku sama seperti yang lain. Aku punya impian, punya harapan, punya kehidupan yang seharusnya normal."Tiffany menatapnya, mencari kebohongan di wajah Damien. Tapi, yang ia lihat hanya kelelahan dan kepedihan yang tersembunyi di balik mata tajam lelaki itu."Tapi, di kondisi tertentu kenapa Tuan melakukannya?" "Karena aku harus melindungi.""Melindungi?" ulangnya tanpa sadar.Damien mengangguk. Tatapannya menerawang jauh, seolah melihat sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 41.

    "Itu tidak penting!" sahut Tiffany dengan lantang. "Yang perlu Tuan tau adalah dia ayahku! Lelaki yang Tuan kurung itu ayahkuuu!!!!" Suara Tiffany kembali menggema dalam kamar itu. Tubuhnya bergetar hebat, dadanya naik-turun dengan napas terengah. Air mata terus meleleh tanpa henti, membasahi wajahnya yang merah padam karena amarah dan kepedihan yang bercampur menjadi satu.Tangannya terkepal di sisi tubuhnya, jemarinya mencengkram keras gaunnya sendiri seolah hendak merobeknya. Ia melangkah maju, menatap Damien dengan sorot mata yang penuh luka."Dia ayahku! Satu-satunya keluarga kandungku yang masih hidup! Satu-satunya yang kupunya di dunia ini! Orang yang kupikir sudah mati ... ternyata belum! Ternyata dia—" Tiffany tersedak isakannya sendiri, suaranya melemah sesaat sebelum kembali meledak. "Ternyata dia TUAN KURUNG DALAM RUANGAN RAHASIA ITU!""Kenapa, Tuan?! KENAPA?!"Damien mencoba melangkah mendekat, "Tiffany, kau—""DIAM

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 42.

    Tiffany berdiri terpaku. Dadanya berdebar kencang, gemetar tak terkendali saat bersitatap dengan lelaki berbadan besar yang baru saja bangkit dari kursi besi yang tampak usang. Lelaki itu jauh lebih tegap dan kekar dari yang ia bayangkan. Wajahnya dingin dilengkapi sorot mata yang tajam lagi gelap. Tubuh besarnya dibalut pakaian lusuh, namun itu tak dapat menyembunyikan aura menakutkan yang menyelimutinya. "A-ayah ...?" sebut Tiffany lirih, namun ada sedikit ketakutan karena Tiffany tahu, lelaki di depan itu bukanlah ayahnya. Suasana di ruangan bawah tanah itu seakan menyempit, menghimpit dadanya yang dilingkupi keterkejutan yang tiba-tiba menyeruak. Ia berdiri terpaku, tubuhnya menegang, dan napasnya tersengal tak beraturan. "Ayahmu?" Pria itu menyunggingkan senyum. Bukan senyum hangat seorang ayah yang akhirnya bertemu kembali dengan anaknya, melainkan senyuman yang terasa dingin, penuh misteri. "Di sini tidak ada siapa pun selain aku, nona

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 43

    Tiba-tiba langkahnya terjeda ketika sekelompok pria berbadan besar dengan tatapan tajam sudah menghadang di depannya, membuat langkah Tiffany terhenti. Jantungnya berdegup kencang, seolah akan meledak dalam dadanya. “Jangan ... Jangan mendekat!” suaranya gemetar, mencoba terdengar tegar, tapi matanya tak bisa menyembunyikan ketakutannya.Salah satu pria mendekat dengan seringai mengerikan. "Mau ke mana, Nona?" tanyanya dengan nada mengejek.Sebelum Tiffany bisa merespons, tubuhnya langsung disergap dengan kasar. Tangannya dipelintir ke belakang, membuatnya meringis kesakitan. Ia mencoba meronta, menendang, menggigit, tapi cengkeraman tangan-tangan kasar itu terlalu kuat.“Lepaskan aku!” jeritnya histeris, tapi hanya tawa meremehkan yang ia dapatkan sebagai balasan. "Tuan tolong, lepaskan aku ....""Ayo ikut! Jangan banyak bicara!" Tiffany pun diseret keluar dari ruangan gelap itu, dan saat tiba di halaman mansion, pemandangan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 44.

    "Bawa aku saja." Sebelum Damien menjawab, Tiffany telah berkata lebih dulu. Spontan saja Damien menatapnya penuh ketidakpercayaan, namun ia tahu alasan Tiffany berkata seperti itu atas dasar rasa bersalah, sebab telah mengkhianati tuannya sendiri. "Bawa aku saja, Tuan Lucian, Jasper. Jangan tawarkan apapun pada Tuan Damien. Aku adalah budak catur dalam tipuan ini, 'kan? Maka lanjutkan, jangan setengah-setengah, korbankan aku sampai luluh lantak!""Tiffany —""Aku yang bersalah, Tuan," potong Tiffany menyela ucapan Damien, penuh penyesalan, "Aku yang mempercayai Jasper. Aku yang membuka jalan untuk mereka. Aku yang berkhianat kepadamu. Maka, kalau ada yang harus dihukum, itu adalah aku!" "Kau pikir kau siapa berani mengambil keputusan itu, hah?! Kau—""Kumohon, Tuan ...." Kembali Tiffany menyela, "Selama ini aku selalu menuruti permintaan maupun perintah Tuan. Untuk itu ... sekali ini saja. Hanya sekali ini ... mohon turuti per

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 58

    Malam ketiga tanpa Tiffany.Damien terduduk di sofa ruang kerjanya, menatap kosong segelas bourbon yang belum sempat ia sentuh. Matanya sayu, ada lingkaran hitam samar yang mulai terbentuk di bawahnya. Kemeja hitam yang biasanya rapi kini kusut, beberapa kancingnya terbuka, memperlihatkan lehernya yang tegang karena kurang tidur.Rico, yang berdiri di sudut ruangan, menghela napas pelan. Sudah tiga hari ini bosnya berubah. Tidak ada umpatan, tidak ada perintah keras, bahkan tidak ada baku hantam dengan siapa pun. Hanya tatapan kosong dan sikap melankolis yang bikin bulu kuduknya merinding.“Bos,” panggil Rico hati-hati.Damien tidak menoleh. Rico mendekat, menunggu respon yang tak kunjung datang. Ia pun memberanikan diri duduk di hadapan bosnya, menatapnya seakan sedang menghadapi pasien patah hati. “Tuan, maaf sebelumnya … tapi Anda ini Damien Rael, bos mafia paling ditakuti seantero Italia. Masa akhir-akhir ini galau karena ditinggal a

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 57

    Damien masih menatap Rico dengan tajam, sorot matanya menuntut jawaban lebih dari sekadar omong kosong. Nafasnya memburu, pikirannya penuh tanda tanya yang kian menyesakkan dada. "Cepat ceritakan atau kepalamu akan kupenggal?!" Glek! Susah payah Rico menelan ludah sebelum akhirnya mulai berbicara, suaranya berat dan tegang."Sebenarnya, saat tuan menyuruhku mengamankan Tiffany, aku langsung berlari ke kamarnya. Aku tahu dia masih di sana, jadi aku tidak membuang waktu. Tapi..." Rico menghentikan ucapannya sesaat, ekspresinya semakin serius. "Saat aku hampir sampai, aku melihat Jasper keluar dari kamar itu lebih dulu."Damien menyipitkan mata, dahinya mengernyit. "Jasper?"Rico mengangguk cepat. "Ya. Dia berjalan keluar dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku langsung curiga, tapi aku juga tak bisa langsung menahannya. Jadi aku mempercepat langkah, masuk ke kamar..."Napas Rico sedikit tercekat saat m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 56

    "Tapi apa? Cepat jawab! Jangan bertele-tele!" tegas Lucian marah, namun segera menurunkan nada bicara agar tak kedengaran Damien. Jasper mengangkat kepalanya, menatap Lucian dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak menemukannya, Tuan." Seketika atmosfer di halaman mansion berubah. Semua orang saling berpandangan, mencoba mencari kepastian dari wajah satu sama lain. Anak buah Lucian mulai gelisah, beberapa menggenggam senjata lebih erat, sementara anak buah Damien tetap dalam posisi siaga, meski kebingungan mulai merayap di benak mereka.Damien menajamkan pandangannya, napasnya tertahan di tenggorokan karena pembicaraan Bloodstone tidak terdengar. Matanya beralih ke arah Rico, berharap mendapatkan jawaban dari tangan kanannya itu. Namun, Rico hanya menggeleng perlahan, ekspresinya tetap tegas tanpa keraguan."Lelucon macam apa ini?" Lucian akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berbahaya, seperti bara api yang siap membakar habis apa pun di ha

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 55

    Angin segar berembus dingin, tetapi terasa menyesakkan, bercampur dengan hawa kematian yang menggantung di udara. Damien berdiri tegak di depan mansionnya, berhadapan langsung dengan Lucian Amato yang kini menatapnya dengan mata berkilat penuh kebencian. Di sampingnya, ada Jasper yang berdiri sambil menyeringai licik menunggu perintah.Belum sempat mereka buka suara, tiba-tiba Dor!Suara tembakan pertama meledak, memecah kesunyian.Peluru menembus udara, nyaris menghantam kaki Damien. Refleksnya bekerja cepat. Dengan gerakan sigap, ia melompat mundur dan berlindung di balik salah satu pilar besar di depan mansionnya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena amarahnya yang mulai mendidih."Manusia gila!" umpat Damien..Melalui celah perlindungan, Damien melirik sekilas ke arah lawannya. Alih-alih mundur atau gentar dengan ancamannya tadi, Lucian justru berdiri gagah, seolah mengejeknya. Lalu, denga

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 54

    Angin pagi berembus kencang saat Damien melangkah keluar dari mansion. Begitu pintu besar terbuka, pemandangan di depannya segera memenuhi pandangan, halaman luasnya kini dipenuhi oleh ratusan orang bersenjata, berdiri tegap dalam formasi yang mengancam.Di garis depan, berdiri dua sosok yang tak asing.Lucian Amato, pria bertubuh tegap dengan mata gelap yang kini menyala oleh amarah. Di sampingnya, Jasper, tangan kanannya yang setia, memegang pistol dengan santai, namun ancaman jelas terasa di udara.Damien tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak di depan pintu mansionnya, mengenakan setelan hitamnya yang sempurna, tangan dimasukkan ke dalam saku jas seolah ini bukan apa-apa.Lucian mengangkat sebuah dokumen yang diremas di tangan. Kertas itu kusut, menunjukkan betapa marahnya ia sebelum datang ke sini.“Dokumen ini, kau pikir aku tidak akan tahu kalau ini palsu?”ucap Lucian dengan lantang dan penuh amarah. B

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 53

    Pagi itu langit tampak kelabu, seolah ikut merasakan kelelahan yang masih menggelayuti tubuh Tiffany. Sinar matahari yang menembus jendela hanya redup, tak mampu sepenuhnya mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamarnya.Tiffany duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, selimut tebal membungkus tubuhnya yang masih terasa menggigil. Kepalanya sedikit berat, tenggorokannya kering, dan kulitnya terasa lebih panas dari biasanya. Demam. Dia benar-benar jatuh sakit.Dia menghela napas pelan, menatap ke luar jendela dengan tatapan penuh kekecewaan. Seharusnya hari ini dia sudah bersiap untuk mendaki, mencari ayahnya, memastikan kebenaran kata-kata Damien. Tapi sekarang, tubuhnya sendiri malah mengkhianatinya.Suara langkah kaki di luar pintu membuyarkan lamunannya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Damien dengan setelan yang lebih santai dari biasanya. Tak ada jas mahal atau sepatu kulit berkilau. Hanya kaus hitam po

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 52

    Damien menatap Tiffany dalam-dalam, matanya menggelap, bukan karena marah, tetapi karena dilema yang kini menguasai pikirannya. "Aku tidak bisa menghubunginya," katanya dengan suara dalam, nyaris berbisik.Tiffany menegang. “Apa maksud Tuan?"Di antara cahaya bulan yang menyelinap masuk ke dalam goa, ekspresi Damien tampak lebih dingin dari biasanya.“Di puncak sana, tidak ada sinyal. Satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengannya adalah dengan mendaki sendiri ke tempat itu. Dan itu bukan perjalanan yang mudah, Tiffany.”Tiffany merasakan dadanya semakin sesak. Harapannya yang tadi melonjak, kini seakan dihantam keras ke tanah. “Berapa lama?” tanyanya, suaranya gemetar.“Butuh waktu setidaknya tiga hari untuk mencapai puncak,” kata Damien, ekspresinya tetap tenang, seolah sedang menjelaskan sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat.“Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang.”Damien menatapnya, lalu menggeleng pelan. “Tidak m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 51

    Tiffany tersentak, napasnya tercekat di tenggorokan merasakan sensasi dingin menjalari tulang punggung saat menyadari keberadaan seseorang di belakangnya. Perlahan, dengan jantung berdegup kencang, dia berbalik dan detik itu nyaris terjungkal. "T-Tuan...?" suaranya bergetar, entah karena keterkejutan atau karena ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Damien kali ini. Namun sebelum satu kata pun bisa terucap dari bibir lelaki itu, tiba-tiba—DUARR!Dentuman keras menggema, menggetarkan tanah di bawah kaki mereka. Seolah bumi baru saja menggelegak dalam amarahnya. Tiffany menjerit tertahan, tapi sebelum tubuhnya bisa bereaksi lebih jauh, sepasang lengan kokoh sudah menariknya dalam dekapan erat.Damien memeluknya, melindunginya seakan dia adalah satu-satunya hal yang tidak boleh hancur di dunia ini. "Diam. Jangan bergerak," bisiknya tepat di telinganya, suaranya serak namun tegas.Tiffany merasakan bagaimana dada bidang lelaki it

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 50

    Setelah Damien berangkat dalam perjalanan bisnisnya, mansion terasa begitu sepi. Tiffany menatap ke luar jendela, memperhatikan hujan gerimis yang membasahi halaman luas. Perasaan gelisah merayapi dadanya, seakan ada sesuatu yang belum selesai.Damien telah berjanji akan membawanya bertemu sang ayah suatu saat nanti, tetapi kapan? Berapa lama lagi ia harus menunggu?Dorongan kuat untuk mencari tahu muncul begitu saja. Tangannya refleks meraih ponsel dari atas meja, jemarinya gemetar saat membuka aplikasi Google Maps. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai mengetik:Gunung Evermore.Detik berikutnya, layar ponselnya menampilkan peta digital dengan jalur berliku yang membawa matanya ke satu titik terpencil di puncak gunung. Wilayah itu hampir tidak memiliki akses jalan yang layak. Hanya ada garis-garis tipis yang menandakan jalur pendakian terjal, ditutupi hutan lebat dan kabut tebal yang nyaris tidak bisa ditembus.Tiffany menggigit bibi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status