Share

Bab 33

Author: Melvii_SN
last update Last Updated: 2025-02-25 11:00:04

"Akan apa, hm?" parau Damien membuat bulu kuduk Tiffany meremang, rasa panik merayapi dirinya.

Air dingin dalam bathtub tidak cukup untuk meredakan panas yang menjalar ke seluruh jaringan tubuh manakala tangan besar Damien mencekeram pinggangnya semakin kuat.

"Tu-Tuan, lepaskan," minta Tiffany sedikit cemas, kedua tangannya mendorong dada bidang lelaki itu, khawatir Damien akan berbuat impulsif yang dapat merugikannya. "Tuan, kumohon ...."

Nahasnya, sedikitpun Damien tidak menggubris. Helaan napasnya terdengar semakin berat, aroma alkohol masih menguar. Dengan mata setengah terpejam, lelaki itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Hish, lelaki ini. Tuan sadarlah! Tuan!" bentak Tiffany meninggikan suara, tanpa kesadarannya. "Astaga, apa aku membentaknya?"

Keterkejutan itu tak berlangsung lama saat Tiffany merasakan tangan besar Damien mulai bergerak. Jemarinya menelusuri setiap inci punggung mulus milik Tiffany, mencari-cari
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 34

    "Mau apa?" tanya Tiffany. "Tidak ada," jawab Damien menatap Tiffany sekilas sebelum berbalik hendak pergi.Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, tangan Tiffany dengan cepat mencengkeram pergelangannya.Damien berhenti, tidak menoleh, tetapi otot rahangnya menegang. Tiffany dapat merasakan betapa dingin dan kerasnya aura yang terpancar dari lelaki itu.Dengan jantung berdebar kencang, Tiffany melangkah ke hadapannya, lalu menatap mata kelam itu dengan penuh keberanian.Seketika kemudian, ia merosot ke lantai, tanpa diduga ia berlutut. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Apa yang kau lakukan?" “Aku minta maaf,” suara Tiffany lirih, tetapi cukup jelas.Ia menyembunyikan wajahnya yang memerah, menggigit bibir, dan menggenggam erat ujung gaunnya. "Aku tahu aku lancang kemarin. Aku tahu seharusnya aku tidak menampar Tuan," lanjutnya dengan suara yang bergetar, tetapi tetap tegas. "Aku me

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 35

    "Pastikan kau tidak menyentuh batasan yang kuberikan."Tegukan liur menandakan betapa gugupnya Tiffany saat ini. Jauh di lubuk hati terdalam ia ingin sekali bertanya apa maksudnya. Nahas, belum sempat membuka mulut Damien menambahkan. "Jangan sesekali mencoba masuk ke dalam pintu yang terkunci, itu batasanmu. Mengerti?" Hening. Tiffany tidak langsung menjawab, otaknya masih mencerna peringatan yang Damien lontarkan. "Kalau masih ada batasan, lalu apa fungsinya akses VIP? Bukankah makna VIP kita diberi hak istimewa yang tidak semua orang bisa? Kalau hanya berjalan-jalan, para pengawal pun melakukan itu setiap hari, 'kan?" Pertanyaan itu tidak keluar melalui mulut, melainkan hati. Sengaja, karena Tiffany tidak ingin salah ucap atau sikap lagi, yang akan membuat Damien menarik perizinannya untuk kedua kali. "Kenapa diam saja?" "Euh?" Refleks Tiffany mengangkat wajah, "O ... ah? Aaa ... ya. A-aku paham, Tuan. Aku janji

    Last Updated : 2025-02-25
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 36.

    Melipir dari ruang dapur dengan segala rahasianya, kini Tiffany ada di ruang tengah. Berdiri sambil memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam. Sedang fokus-fokusnya berpikir, tiba-tiba Tiffany merasakan getaran ponselnya dan buru-buru mengangkat begitu melihat nama Jasper terpampang di layar."Halo, Jasper." "Ya? Bagaimana?" Glek! Tiffany menelan ludah, sebelum akhirnya berbicara, "Aku sudah menemukan ruangannya. Tapi ada masalah. Aku belum bisa memasukkan kode akses yang sudah kau berikan. Sistem penjagaannya lebih ketat dari yang kuduga.""Apa maksudmu?" "Ck, aku tidak bisa mencobanya sekarang karena banyak pengawal berkeliaran. Aku butuh waktu setidaknya sampai mereka lengah atau pergi dari sana. Tapi itu hal yang mustahil," ucap Tiffany bicara sepelan mungkin agar suaranya tidak terdengar sampai ke dapur. "Pokoknya aku tidak mau tau, Tiff. Bagaimanapun caranya kau harus segera menyelamatkan nyawa a

    Last Updated : 2025-02-26
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 37

    "Hei, apa yang kau lakukan?" tegur seseorang membuat Tiffany dan pengawal kaget bersamaan. Tiffany menelan ludah saat melihat Damien berdiri di ambang pintu koridor, bersandar dengan tangan terlipat di dada. Matanya tajam, menelusuri Tiffany dari kepala hingga kaki, penuh kecurigaan. Aura dinginnya membuat bulu kuduk Tiffany berdiri, apalagi dengan cara lelaki itu menatapnya, seolah sedang menguliti niat tersembunyinya. Pengawal yang hampir saja menyerahkan troli langsung membeku di tempat. Mereka menundukkan kepala, tak berani berkata apa-apa. "Apa yang sedang kau lakukan?" Suara Damien terdengar rendah, tetapi memiliki nada bahaya yang jelas. Cepat-cepat Tiffany melepas pegangannya di lengan penjaga, lalu mengatur ekspresi, menampilkan senyum manisnya seperti sebelumnya. "Aku hanya ingin membantu, Tuan," jawabnya dengan nada lembut. "Aku pikir, sebagai seseorang yang tinggal di mansion ini,

    Last Updated : 2025-02-26
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 38

    Tiffany menatap Damien dengan sorot mata terluka, seolah pertanyaan lelaki itu baru saja mengoyak hatinya. Alih-alih menjawab, bibirnya justru melontarkan tanya balik. “Apakah Tuan setidak percaya itu padaku? Apakah aku terlihat seperti pembohong ulung?”Ucapan itu membuat Damien terdiam sejenak, kedua matanya yang tajam menelusuri setiap inci ekspresi Tiffany. Raut wajahnya waspada, tapi ada sedikit keraguan di sana. Entah karena kata-kata Tiffany, atau karena caranya mengatakannya dengan begitu tulus.Hening merayap di antara mereka. Tiffany bisa merasakan napas Damien yang teratur, tetapi matanya tetap waspada, seolah menimbang-nimbang apakah wanita di depannya ini benar-benar sepolos yang terlihat atau hanya sedang memainkan peran.“Aku hanya ingin membantu. Aku tahu aku bukan siapa-siapa di sini, hanya seorang asisten yang Tuan remehkan. Tapi jika aku bisa melakukan sesuatu yang lebih, kenapa tidak?” lanjut Tiffany dengan suara lebih tenang.

    Last Updated : 2025-02-27
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 39.

    Tiffany menatap pisau di tangannya, merasakan dinginnya logam yang menusuk telapak tangan. Ancaman Damien barusan terdengar sangat mengerikan, membuat napasnya berat, seolah-olah ruangan ini tiba-tiba menyedot seluruh oksigen yang ada.Di depannya, pria itu menatapnya dengan mata yang penuh luka dan kelelahan. Namun, ada sesuatu di sorot matanya, bukan ketakutan, bukan kepasrahan, melainkan seolah dia ingin berbicara tanpa kata."Apa yang kau tunggu?" suara Damien terdengar ringan, tetapi ada tantangan tersembunyi di baliknya. "Buktikan padaku bahwa kau benar-benar di pihakku."Tiffany mengeratkan cengkeramannya pada pisau itu. Dalam hatinya, dia tahu ini adalah pertunjukan. Dia harus memainkan peran ini dengan sempurna."Tentu, Tuan."Dia melangkah maju. Perlahan. Setiap derap kakinya terasa seperti dentang lonceng kematian di telinganya sendiri.Jantungnya berdegup begitu kencang hingga ia takut Damien bisa mendengarnya. T

    Last Updated : 2025-02-27
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 40.

    Saat Damien mulai berbicara, suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya. Tidak dingin, tidak pula tajam. "Selama hampir sepuluh tahun ini, orang-orang selalu men-capku sebagai pembunuh. Tapi sebenarnya aku tidak seperti itu, Fany. Aku tidak lahir untuk menjadi seorang pembunuh. Aku tidak pernah ingin mencabut nyawa siapa pun. Aku tidak pernah bercita-cita menjadi seperti itu ...." Damien menarik napas panjang, mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan. "Aku hanya orang biasa. Aku sama seperti yang lain. Aku punya impian, punya harapan, punya kehidupan yang seharusnya normal."Tiffany menatapnya, mencari kebohongan di wajah Damien. Tapi, yang ia lihat hanya kelelahan dan kepedihan yang tersembunyi di balik mata tajam lelaki itu."Tapi, di kondisi tertentu kenapa Tuan melakukannya?" "Karena aku harus melindungi.""Melindungi?" ulangnya tanpa sadar.Damien mengangguk. Tatapannya menerawang jauh, seolah melihat sesuatu

    Last Updated : 2025-02-28
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 41.

    "Itu tidak penting!" sahut Tiffany dengan lantang. "Yang perlu Tuan tau adalah dia ayahku! Lelaki yang Tuan kurung itu ayahkuuu!!!!" Suara Tiffany kembali menggema dalam kamar itu. Tubuhnya bergetar hebat, dadanya naik-turun dengan napas terengah. Air mata terus meleleh tanpa henti, membasahi wajahnya yang merah padam karena amarah dan kepedihan yang bercampur menjadi satu.Tangannya terkepal di sisi tubuhnya, jemarinya mencengkram keras gaunnya sendiri seolah hendak merobeknya. Ia melangkah maju, menatap Damien dengan sorot mata yang penuh luka."Dia ayahku! Satu-satunya keluarga kandungku yang masih hidup! Satu-satunya yang kupunya di dunia ini! Orang yang kupikir sudah mati ... ternyata belum! Ternyata dia—" Tiffany tersedak isakannya sendiri, suaranya melemah sesaat sebelum kembali meledak. "Ternyata dia TUAN KURUNG DALAM RUANGAN RAHASIA ITU!""Kenapa, Tuan?! KENAPA?!"Damien mencoba melangkah mendekat, "Tiffany, kau—""DIAM

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 58

    Malam ketiga tanpa Tiffany.Damien terduduk di sofa ruang kerjanya, menatap kosong segelas bourbon yang belum sempat ia sentuh. Matanya sayu, ada lingkaran hitam samar yang mulai terbentuk di bawahnya. Kemeja hitam yang biasanya rapi kini kusut, beberapa kancingnya terbuka, memperlihatkan lehernya yang tegang karena kurang tidur.Rico, yang berdiri di sudut ruangan, menghela napas pelan. Sudah tiga hari ini bosnya berubah. Tidak ada umpatan, tidak ada perintah keras, bahkan tidak ada baku hantam dengan siapa pun. Hanya tatapan kosong dan sikap melankolis yang bikin bulu kuduknya merinding.“Bos,” panggil Rico hati-hati.Damien tidak menoleh. Rico mendekat, menunggu respon yang tak kunjung datang. Ia pun memberanikan diri duduk di hadapan bosnya, menatapnya seakan sedang menghadapi pasien patah hati. “Tuan, maaf sebelumnya … tapi Anda ini Damien Rael, bos mafia paling ditakuti seantero Italia. Masa akhir-akhir ini galau karena ditinggal a

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 57

    Damien masih menatap Rico dengan tajam, sorot matanya menuntut jawaban lebih dari sekadar omong kosong. Nafasnya memburu, pikirannya penuh tanda tanya yang kian menyesakkan dada. "Cepat ceritakan atau kepalamu akan kupenggal?!" Glek! Susah payah Rico menelan ludah sebelum akhirnya mulai berbicara, suaranya berat dan tegang."Sebenarnya, saat tuan menyuruhku mengamankan Tiffany, aku langsung berlari ke kamarnya. Aku tahu dia masih di sana, jadi aku tidak membuang waktu. Tapi..." Rico menghentikan ucapannya sesaat, ekspresinya semakin serius. "Saat aku hampir sampai, aku melihat Jasper keluar dari kamar itu lebih dulu."Damien menyipitkan mata, dahinya mengernyit. "Jasper?"Rico mengangguk cepat. "Ya. Dia berjalan keluar dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku langsung curiga, tapi aku juga tak bisa langsung menahannya. Jadi aku mempercepat langkah, masuk ke kamar..."Napas Rico sedikit tercekat saat m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 56

    "Tapi apa? Cepat jawab! Jangan bertele-tele!" tegas Lucian marah, namun segera menurunkan nada bicara agar tak kedengaran Damien. Jasper mengangkat kepalanya, menatap Lucian dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak menemukannya, Tuan." Seketika atmosfer di halaman mansion berubah. Semua orang saling berpandangan, mencoba mencari kepastian dari wajah satu sama lain. Anak buah Lucian mulai gelisah, beberapa menggenggam senjata lebih erat, sementara anak buah Damien tetap dalam posisi siaga, meski kebingungan mulai merayap di benak mereka.Damien menajamkan pandangannya, napasnya tertahan di tenggorokan karena pembicaraan Bloodstone tidak terdengar. Matanya beralih ke arah Rico, berharap mendapatkan jawaban dari tangan kanannya itu. Namun, Rico hanya menggeleng perlahan, ekspresinya tetap tegas tanpa keraguan."Lelucon macam apa ini?" Lucian akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berbahaya, seperti bara api yang siap membakar habis apa pun di ha

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 55

    Angin segar berembus dingin, tetapi terasa menyesakkan, bercampur dengan hawa kematian yang menggantung di udara. Damien berdiri tegak di depan mansionnya, berhadapan langsung dengan Lucian Amato yang kini menatapnya dengan mata berkilat penuh kebencian. Di sampingnya, ada Jasper yang berdiri sambil menyeringai licik menunggu perintah.Belum sempat mereka buka suara, tiba-tiba Dor!Suara tembakan pertama meledak, memecah kesunyian.Peluru menembus udara, nyaris menghantam kaki Damien. Refleksnya bekerja cepat. Dengan gerakan sigap, ia melompat mundur dan berlindung di balik salah satu pilar besar di depan mansionnya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena amarahnya yang mulai mendidih."Manusia gila!" umpat Damien..Melalui celah perlindungan, Damien melirik sekilas ke arah lawannya. Alih-alih mundur atau gentar dengan ancamannya tadi, Lucian justru berdiri gagah, seolah mengejeknya. Lalu, denga

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 54

    Angin pagi berembus kencang saat Damien melangkah keluar dari mansion. Begitu pintu besar terbuka, pemandangan di depannya segera memenuhi pandangan, halaman luasnya kini dipenuhi oleh ratusan orang bersenjata, berdiri tegap dalam formasi yang mengancam.Di garis depan, berdiri dua sosok yang tak asing.Lucian Amato, pria bertubuh tegap dengan mata gelap yang kini menyala oleh amarah. Di sampingnya, Jasper, tangan kanannya yang setia, memegang pistol dengan santai, namun ancaman jelas terasa di udara.Damien tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak di depan pintu mansionnya, mengenakan setelan hitamnya yang sempurna, tangan dimasukkan ke dalam saku jas seolah ini bukan apa-apa.Lucian mengangkat sebuah dokumen yang diremas di tangan. Kertas itu kusut, menunjukkan betapa marahnya ia sebelum datang ke sini.“Dokumen ini, kau pikir aku tidak akan tahu kalau ini palsu?”ucap Lucian dengan lantang dan penuh amarah. B

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 53

    Pagi itu langit tampak kelabu, seolah ikut merasakan kelelahan yang masih menggelayuti tubuh Tiffany. Sinar matahari yang menembus jendela hanya redup, tak mampu sepenuhnya mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamarnya.Tiffany duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, selimut tebal membungkus tubuhnya yang masih terasa menggigil. Kepalanya sedikit berat, tenggorokannya kering, dan kulitnya terasa lebih panas dari biasanya. Demam. Dia benar-benar jatuh sakit.Dia menghela napas pelan, menatap ke luar jendela dengan tatapan penuh kekecewaan. Seharusnya hari ini dia sudah bersiap untuk mendaki, mencari ayahnya, memastikan kebenaran kata-kata Damien. Tapi sekarang, tubuhnya sendiri malah mengkhianatinya.Suara langkah kaki di luar pintu membuyarkan lamunannya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Damien dengan setelan yang lebih santai dari biasanya. Tak ada jas mahal atau sepatu kulit berkilau. Hanya kaus hitam po

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 52

    Damien menatap Tiffany dalam-dalam, matanya menggelap, bukan karena marah, tetapi karena dilema yang kini menguasai pikirannya. "Aku tidak bisa menghubunginya," katanya dengan suara dalam, nyaris berbisik.Tiffany menegang. “Apa maksud Tuan?"Di antara cahaya bulan yang menyelinap masuk ke dalam goa, ekspresi Damien tampak lebih dingin dari biasanya.“Di puncak sana, tidak ada sinyal. Satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengannya adalah dengan mendaki sendiri ke tempat itu. Dan itu bukan perjalanan yang mudah, Tiffany.”Tiffany merasakan dadanya semakin sesak. Harapannya yang tadi melonjak, kini seakan dihantam keras ke tanah. “Berapa lama?” tanyanya, suaranya gemetar.“Butuh waktu setidaknya tiga hari untuk mencapai puncak,” kata Damien, ekspresinya tetap tenang, seolah sedang menjelaskan sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat.“Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang.”Damien menatapnya, lalu menggeleng pelan. “Tidak m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 51

    Tiffany tersentak, napasnya tercekat di tenggorokan merasakan sensasi dingin menjalari tulang punggung saat menyadari keberadaan seseorang di belakangnya. Perlahan, dengan jantung berdegup kencang, dia berbalik dan detik itu nyaris terjungkal. "T-Tuan...?" suaranya bergetar, entah karena keterkejutan atau karena ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Damien kali ini. Namun sebelum satu kata pun bisa terucap dari bibir lelaki itu, tiba-tiba—DUARR!Dentuman keras menggema, menggetarkan tanah di bawah kaki mereka. Seolah bumi baru saja menggelegak dalam amarahnya. Tiffany menjerit tertahan, tapi sebelum tubuhnya bisa bereaksi lebih jauh, sepasang lengan kokoh sudah menariknya dalam dekapan erat.Damien memeluknya, melindunginya seakan dia adalah satu-satunya hal yang tidak boleh hancur di dunia ini. "Diam. Jangan bergerak," bisiknya tepat di telinganya, suaranya serak namun tegas.Tiffany merasakan bagaimana dada bidang lelaki it

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 50

    Setelah Damien berangkat dalam perjalanan bisnisnya, mansion terasa begitu sepi. Tiffany menatap ke luar jendela, memperhatikan hujan gerimis yang membasahi halaman luas. Perasaan gelisah merayapi dadanya, seakan ada sesuatu yang belum selesai.Damien telah berjanji akan membawanya bertemu sang ayah suatu saat nanti, tetapi kapan? Berapa lama lagi ia harus menunggu?Dorongan kuat untuk mencari tahu muncul begitu saja. Tangannya refleks meraih ponsel dari atas meja, jemarinya gemetar saat membuka aplikasi Google Maps. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai mengetik:Gunung Evermore.Detik berikutnya, layar ponselnya menampilkan peta digital dengan jalur berliku yang membawa matanya ke satu titik terpencil di puncak gunung. Wilayah itu hampir tidak memiliki akses jalan yang layak. Hanya ada garis-garis tipis yang menandakan jalur pendakian terjal, ditutupi hutan lebat dan kabut tebal yang nyaris tidak bisa ditembus.Tiffany menggigit bibi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status