***Pagi ini, Sarah sudah mendecak kesal. Ia menatap dirinya di depan cermin, lingkaran mata panda sukses terlukis di bawah matanya. Pelakunya adalah Kevin, lelaki yang ia tunggu hingga menjelang pagi. Pikiran Sarah sudah tidak karuan memikirkan mengapa Kevin tak juga datang menemuinya di apartemen. Kevin sudah janji akan pulang ke apartemen setelah selesai dengan urusan bisnisnya di Swiss.Namun yang membuat Sarah semakin merutuki Kevin adalah pesan barusan yang dikirimkan lelaki itu, memberitahunya bahwa dia tak jadi ke apartemen karena sangat lelah. Sarah hanya bisa mengelus dada dengan alasan konyol itu. Kevin memang menyebalkan. Dia bahkan tidak mengabarinya saat malam itu, padahal Sarah tidak bisa tidur dengan tenang."Kevin, kamu pria yang menyebalkan!" Sarah terus mendumel dalam hatinya. Ia harus tegas kali ini, ia tak mau memaafkan lelaki itu. Gara-gara Kevin, ia tak bisa tidur semalaman.Sarah berangkat lebih pagi. Ia sengaja melakukannya karena tak mau dijemput oleh Kevin.
***“Kamu!! Kenapa selalu mencuri ciuman di bibirku!” kesal Sarah.“Mau kamu apa? Mau yang lebih? Dengan senang hati aku mewujudkannya, sayang,” ucap Kevin dengan sengaja.Sarah masih kesal, ia hanya mendiamkan Kevin begitu saja.Dan kemarahan gadis itu membuat Kevin tak mengerti. Kevin terus menatap lekat gadis itu tanpa jeda, hingga akhirnya Sarah mengatakan sesuatu."Apa kamu tak peka?" tanya Sarah akhirnya."Aku bukan cenayang, sayang. Mana bisa aku menebak kenapa kamu mendiamkanku tanpa aku tahu apa salahku. Coba kamu beberkan salahku apa, nanti aku bisa memperbaikinya dan aku tak akan mengulangi lagi, aku janji!" jawab Kevin."Kamu memang enggak pernah peka!" ujar Sarah kesal. Kevin menghela napas, perempuan memang makhluk yang sangat rumit, banyak kode yang sampai sekarang para pria sulit untuk memecahkannya. Bahkan diamnya seorang perempuan bisa menghancurkan kewarasan.Kevin mengelus wajah Sarah dengan lembut, "Aku minta maaf. Kalau kamu tak bicara apa salahku, nanti ke depan
***Esok hari, Hansen akan terbang ke Inggris. Ada urusan mendadak yang harus segera ia selesaikan di sana. Ayahnya yang seorang bangsawan Inggris memaksanya datang dan mengancam jika ia tak menggubrisnya. Sebenarnya ia malas berhubungan dengan ayah kandungnya itu, ia tak mau dipusingkan dengan segala aturan dan protokol yang membelenggu kebebasannya. Hansen tak suka diatur, ia harus mengatur dirinya sendiri.Hansen memencet nomor ponsel Sarah, ia tahu gadis itu sulit untuk mengangkat telepon darinya. Pesan pun dibalas singkat olehnya.“Halo… “Deg! Suara gadis itu membuat irama jantungnya berdebar lebih cepat.“Halo, Sarah. Aku tunggu kamu di kantorku sore ini, aku akan menyerahkan dokumen yang harus kamu pelajari,” kata Hansen dengan suara tenang.“Harus saya yang datang?” tanya Sarah.“Iya, harus kamu,” balas Hansen.“Baiklah. Nanti sore saya datang.”“Oke. Aku tunggu,” ucap Hansen.Panggilan telepon pun berakhir, Hansen menghela napas. Ditapaknya langit dari jendela ruang kerjanya
***Sudah dua hari Shopia dirawat di rumah sakit swasta di Jakarta. Shopia dirawat karena mengalami kecelakaan kecil setelah ditabrak oleh pengendara motor yang ugal-ugalan. Beruntung, Shopia hanya mengalami patah tulang ringan di kakinya dan beberapa memar. Sarah terus menemani dan merawatnya dengan penuh perhatian. Dua hari ini pikirannya sangat kacau, ia terus saja menangis karena merasa kecelakaan yang dialami oleh Shopia adalah salahnya. Anak itu kecelakaan karena menunggunya yang janji akan datang menjemputnya sepulang sekolah. Sarah merasa ia bukan calon ibu yang baik untuk anak itu. Shopia sudah mulai mau makan hari ini dan tadi dokter datang untuk memeriksa Shopia pasca operasi dan mengatakan perkembangan Shopia sangat pesat.Shopia melihat Sarah yang sedang muram, lalu ia mengucapkan, "Bunda, senyum dong."Sarah tak menyangka Shopia memperhatikannya, lalu dengan senyum ia membelai rambut Shopia dengan penuh kasih sayang. "Iya, sayang. Bunda ini senyum. Kamu udah enakan?" tan
***"Sudah kamu dapatkan datanya?" tanya Kevin pada Sean, asisten khususnya."Sudah, Tuan. Semuanya sudah siap secara sempurna," jawabnya dengan tenang."Bagus, kita ganti rencana ke Plan B karena mereka sudah mulai bergerak cepat," perintah Kevin."Baik, Tuan. Nanti saya akan coba diskusikan lagi dengan Boss Besar. Beliau siap seratus persen mendukung Anda," ucap Sean."Kamu memang paling jago membuat siapa pun jadi berbalik mendukung kita, aku sangat bangga denganmu," puji Kevin."Sudah kewajiban saya melayani Tuan, bahkan dengan nyawa sebagai taruhannya sekalipun!" Sean mengatakan dengan tulus dan yakin."Saya tahu, kamu dan keluargamu sangat loyal kepada kami. Saya pastikan kehidupan keluarga kalian akan baik-baik saja," Kevin menjanjikan."Bulan depan saya akan pergi ke Swiss dan saya sengaja akan mengajak Violet pergi bersama, biar akting kita terlihat sempurna di mata mereka. Saya tak sabar menjatuhkan mereka sampai titik terendah!""Saya akan melakukan sesuai dengan apa yang
***"Langsung ke rumah sakit ya," ucap Sarah ramah pada Sean."Baik, Nona," jawab Sean sopan.Mobil berjalan pelan, gerimis dari siang belum berhenti membasahi kota Jakarta. Hari ini Sarah tidak pulang bersama Kevin, lelaki itu mendadak ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. Hari ini Shopia sudah pulih, dan menurut dokter, dua hari lagi Shopia bisa pulang ke rumah. Anak itu langsung sumringah ketika tahu dia akan pulang. Katanya, dia kangen tidur dengan semua boneka pandanya. Sarah tersenyum mengingat tingkah imut anak itu."Sean, kamu sudah lama bekerja dengan Kevin?" tanya Sarah memecah keheningan."Keluarga kami memang bekerja untuk keluarga Tuan Kevin," jawab Sean."Oh, turun-temurun berarti ya.""Iya, Nona," Sean berkata dengan sopan."Kamu ini kenapa harus kaku seperti bosmu, huh!" Sarah menggerutu."Maksud Nona?""Sikapmu dan gaya bicaramu sangat kaku. Aku pasti lebih muda darimu, tapi kamu bicara denganku sangat sopan dan formal," jawab Sarah menjelaskan."Karen
***Pagi ini, Sarah dijemput oleh Sean, asisten sekaligus pengawal pribadi Kevin. Sean datang sangat pagi, seperti biasa, selalu satu jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Kevin memberi tahu bahwa pagi ini dia akan rapat, sehingga tidak bisa menjemput atau menemui Shopia sebentar.Kemarin, ketika Sarah bertanya kepada Zeline tentang Sean, gadis itu tidak terlalu tahu banyak tentang Sean. Zeline hanya tahu bahwa Sean adalah pengawal yang sering dipanggil Kevin saat membutuhkan perlindungan ekstra."Apa nanti kamu juga yang akan menjemputku di butik?" tanya Sarah."Iya, Nona. Tuan Kevin malam ini akan pergi ke perjamuan yang diadakan oleh Pak Zidan," jawab Sean dengan bahasa formal.Sarah mengerti. Memang, Kevin sudah diundang langsung oleh kakeknya Olivia untuk datang. Hatinya tidak sedikit pun cemburu jika Kevin bertemu dengan cinta pertamanya itu. Baginya, masa lalu hanyalah lembaran usang yang sudah tidak bisa dibaca lagi. Begitu pula dengan dirinya, cinta pertamanya dulu telah
***Suasana di rumah Olivia cukup ramai, meski undangan yang disebar terbatas. Kakek Zidan hanya mengundang orang-orang yang menurutnya sangat dekat.Kevin melihat Bastian dan Christian sedang berbicara. Saat ia melangkahkan kakinya, ada suara berat yang memanggilnya. Ia menoleh ke arah sumber suara itu dan tersenyum bahagia saat melihatnya."Akhirnya Kakek bisa bertemu dengan orang yang super sibuk sepertimu," sapa Kakek Zidan sambil merangkul pundak Kevin."Maafkan cucumu yang nakal ini, Kek. Sungguh bukan sengaja, tapi pekerjaanku ini sangat menyita waktu," jelas Kevin."Iya, Kakek tahu perusahaanmu sedang ada proyek besar dari Swiss, kan?" tanya Kakek Zidan."Iya, Kek. Makanya aku harus mengerjakannya dengan sempurna. Aku tak ingin pekerjaanku ada noda sedikit pun," jawab Kevin."Kamu memang selalu bekerja sangat keras dan baik. Tak salah kamu jadi pebisnis top di Asia," puji Kakek Zidan bangga."Kakek terlalu memuji. Nanti hidungku bisa terbang," ujar Kevin sambil tersenyum."Ayo
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In