***Suasana di villa milik Kevin pada Sabtu sore terasa berbeda; villa yang terletak di puncak Bogor digunakan untuk merayakan ulang tahun anaknya, Shopia. Tidak ada pesta mewah seperti tahun-tahun sebelumnya. Shopia hanya ingin merayakan hari ulang tahunnya dengan keluarga, permintaan yang sangat sederhana.Karena itu, Kevin hanya mengundang orang-orang terdekatnya. Cake ulang tahun sudah disiapkan, khususnya oleh Sarah. Perempuan itu sangat pandai dalam segala hal, dan Kevin merasa sangat beruntung."Ini sangat cantik! Apakah kamu yang membuatnya, Sarah?" tanya Zeline sambil menatap cake ulang tahun berwarna pink yang dihiasi dengan indah, sesuai dengan ukiran nama dan hiasan yang sering ia lihat di cake shop."Kenapa? Kamu tidak percaya bahwa aku yang membuatnya?" protes Sarah.Zeline tertawa, "Bukan tidak percaya, tapi aku tidak pernah membayangkan bahwa kamu bisa membuat cake seindah ini. Tingkat kesulitannya tinggi, lho.""Mudah kok jika kamu rajin dan sering berlatih," jawab Sa
***Suasana malam begitu dingin, dengan anak-anak yang telah terlelap setelah bermain sepanjang siang. Di halaman belakang, hanya orang dewasa yang masih sibuk berbincang-bincang, belum ada yang memutuskan untuk tidur.Sarah akhirnya keluar dari kamar setelah Shopia tertidur, dan berjalan menuju dapur. Saat ia melewati ruang baca, ia melihat Zeline sedang menatap sesuatu dengan tatapan dingin. Sarah berencana untuk menghampirinya, tetapi niat itu sirna saat ia melihat raut wajah sedih gadis itu. Zeline pergi dengan langkah lunglai.Sarah penasaran dengan apa yang dilihat Zeline sehingga membuatnya begitu sedih. Dengan langkah perlahan, ia mendekati ruang baca. Pintu terbuka sedikit, dan saat melihat melalui celah itu, Sarah terkejut bukan main.Ia melihat adegan yang tidak pantas: dua orang yang tengah bermesraan, menyatukan tubuh mereka dengan penuh gairah. Desahan samar terdengar di antara mereka.Sarah menghela nafas dengan keras, menggelengkan kepala, dan memutuskan untuk tidak me
***Semua orang sudah siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Kevin harus pergi ke Jepang lagi untuk urusan pekerjaannya. Dia menatap lembut dan mencium anaknya, Shopia, yang masih tertidur. Lalu, dia mencium kening Sarah."Nanti kamu diantar oleh Bastian, ya," kata Kevin.Sarah mengangguk meskipun masih merasa kesal dengan Bastian."Sayang, jangan terus marah padanya. Kemarin dia terus meracau dan frustasi, tidak mengerti mengapa kamu seperti memusuhi dia, dia walaupun begitu, dia sangat lembut dan sensitif hatinya," ujar Kevin sambil tertawa ringan."Semoga dia sadar, dia harusnya paham kenapa aku bersikap tidak ramah padanya," ucap Sarah kesal."Sayang, mereka sudah dewasa dan tahu tentang konsekuensi dari keputusan mereka, mereka juga pasti sudah tahu dampaknya," kata Kevin."Harusnya mereka tetap memegang adat ketimuran dan tidak melakukan hal-hal di luar batas," kata Sarah tegas."Kita tidak bisa mengendalikan mereka jika mereka menikmatinya," ujar Kevin."Apa kamu juga ingin
***Sarah terus merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menghadapi kekerasan Hansen yang tidak juga menyerah mendekatinya. Lelaki itu tidak bergeming meskipun Sarah sudah dengan jelas menolaknya. Sarah sudah mencoba segala cara untuk membuat Hansen sadar bahwa ia tidak bisa membalas perasaan yang sering ditunjukkan oleh Hansen.Namun, Hansen tidak pernah mundur, meskipun ia tahu bahwa hati Sarah hanya untuk Kevin. Bahkan saat ini, Hansen sering datang ke butik dan mengajaknya bertemu klien dengan dalih bahwa ia adalah atasannya saat ini.Benar, Hansen memang atasannya saat ini. Lelaki itu adalah pemegang saham terbesar dari semua bisnis milik Zeline, dengan saham empat puluh persen. Zeline memiliki saham dua puluh persen, dan sisanya dimiliki oleh beberapa orang.Sarah tidak bisa menolak perintah Hansen karena pria itu adalah atasannya saat ini. Perempuan itu harus bersikap profesional dan menyingkirkan urusan pribadinya.Namun, bagaimana dengan Hansen? Lelaki itu tidak memanfaat
***Kevin memandangi layar ponsel miliknya dengan campuran rasa cemburu dan amarah saat melihat kedekatan antara Hansen dan Sarah. Lelaki itu tampak sangat berusaha untuk mendekati Sarah, terutama ketika Sarah sibuk dengan perjalanan bisnisnya. Kevin memandang foto-foto yang dikirimkan kepadanya dengan perasaan sesal di dadanya. Dia menyesal telah memenuhi permintaan Sarah untuk berhenti menjadi asistennya, karena sekarang gadis itu tidak lagi mudah dijangkau baginya. Apalagi Hansen dengan begitu mudahnya mendekati wanitanya, calon istrinya.Jika saja Sarah masih menjadi asistennya, mungkin saat ini mereka sedang menikmati suasana romantis di Tokyo. Kevin menyadari bahwa ia harus bertindak cepat untuk menghentikan upaya Hansen. Lelaki itu tampaknya serius dengan perasaannya pada Sarah. Ia tidak mau menyesal dan melepaskan sesuatu yang sudah menjadi miliknya.Kevin tidak ingin membiarkan Sarah terus terlibat dengan Hansen. Dia merasa Hansen memanfaatkan kepemilikan sahamnya di perusaha
***Sarah sedang merapikan meja kerjanya, bersiap untuk pulang lebih awal karena ingin istirahat setelah seharian mengikuti Hansen. Kadang-kadang dia heran mengapa harus mengikuti Hansen untuk bertemu klien, padahal dia bukan manajer pemasaran di perusahaan Zeline. Sarah merasa seolah Hansen mengikatnya, dan dia hanya bisa berdoa agar lelaki baik itu segera menemukan pasangan yang tepat.Setelah berpamitan pada para karyawan, Sarah bergegas keluar karena taksi online yang ia pesan sudah menunggu. Saat naik ke taksi, dia melihat Hansen menuju butik. Sarah merasa lega karena dia sudah keluar dan tak perlu memberi alasan untuk menolak Hansen.“Terima kasih, Tuhan,” gumam Sarah bersyukur.***Sarah melepaskan penatnya dengan merebahkan tubuhnya di kasur. Tiba-tiba, Kevin terlintas dalam pikirannya, dan dia sangat merindukan lelaki itu. Beberapa detik kemudian, layar gadgednya berbunyi dan nama Kevin terpampang di sana.Sarah tersenyum bahagia, rindunya sedikit terobati."Sayang," sapanya
***Sarah terdiam, menatap rangkaian bunga Gardenia yang tiba-tiba dikirimkan padanya. Ia tak tahu siapa pengirimnya. Lalu, dia mengambil gadgetnya dan menelepon seseorang."Ada apa, sayang?" tanya Kevin di ujung telepon. Pria itu terkejut karena Sarah menghubunginya."Terima kasih atas bunga Gardenia yang kamu kirimkan pagi ini, aku sangat menyukainya," ucap Sarah sambil menatap mesra bunga di tangannya, sesekali mencium wanginya."Bunga? Siapa pengirimnya?" tanya Kevin penasaran."Lho, bukankah bunga ini dikirim dari kamu?" Sarah bertanya agak panik."Aku tidak mengirimkan bunga apapun. Apakah itu salah kirim?" Kevin mulai was-was."Namanya tertulis untukku, dan pengirimnya menyatakan rasa kagum padaku. Apakah itu kamu? Pasti ini kamu, kn?" Sarah bertanya lagi untuk memastikan.Tak ada jawaban dari Kevin, lalu Sarah berkata, "Tunggu sebentar, aku akan datang ke sana." Kevin menutup teleponnya tanpa berkata apa-apa.Sekali lagi, Kevin mengakhiri obrolan tanpa pamit di ujung telepon.
***Sarah merenung, menggumamkan pikirannya tentang kecemburuan seorang lelaki. Bagaimana rasa cemburu itu terasa lucu dan seperti tingkah laku anak kecil. Kecemburuan yang berlebihan memang berbahaya, bisa mengubah seseorang dan membuatnya bertindak di luar batas kewajaran.Sarah kadang merasa tidak bisa mempercayai betapa kecemburuan Kevin kadang-kadang membuatnya sesak. Lelaki itu sangat posesif, bahkan terhadap angin yang berhembus pun Kevin bisa merasa cemburu karena angin bebas menyentuhnya.Sangat menyebalkan, bukan?Setelah peristiwa pemberian bunga oleh Hansen, Kevin menjadi sangat protektif padanya. Dia selalu mengendalikan Sarah, melarangnya berinteraksi dengan lelaki lain, bahkan mengantar jemput Sarah setiap saat, kecuali jika Sarah sangat sibuk, maka sopirnya yang menggantikan tugas tersebut.Meski Sarah protes dan menyampaikan keberatannya, Kevin tidak menghiraukannya sama sekali.Meski Sarah merasa kesal, namun bagaimanapun juga, Kevin adalah tempat yang paling nyaman