Home / CEO / Dalam Pelukan Sang CEO / 192. Pillow Talk

Share

192. Pillow Talk

Author: ISMI
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

***

Ketika membuka mata, Sarah mencium wangi parfum mahal seseorang yang sangat dikenalnya. Ia melihat ke samping dan mendapati wajah suaminya yang sedang tertidur pulas. Ia tersenyum, wajah suaminya itu sangat menggemaskan. Kemudian, ia mengecup pelan bibir suaminya dan kedua mata lelaki itu terbuka. Kevin menahan tengkuk Sarah dan kali ini ia yang membalas ciuman dari istrinya. Kamar itu hening, hanya ada kecupan mesra dan pagutan dalam di antara mereka. Kecupan demi kecupan terus berlanjut hingga membuat Sarah kehabisan napas. Ia melepaskan diri karena merasa pengap.

"Sayang, kamu belum ahli. Nanti aku ajarin secara perlahan," ucap Kevin sambil memandang wajah istrinya yang menggemaskan itu.

"Haruskah yang begini juga ahli?" tanya Sarah dengan polos.

"Biar kita makin panas," bisik pria itu.

Entah kenapa Sarah merasa malu, ia langsung membalikkan tubuhnya, memunggungi suaminya itu. Ia tidak mau ketahuan sedang menahan rasa malu karena ucapan Kevin barusan.

Kevin tersenyum, ia tahu b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dalam Pelukan Sang CEO   193. Kecupan Tak Terduga

    ***Nisa membuka matanya dan terkejut saat mendapati dirinya masih berada di dalam mobil. Ia melirik ke arah Sean, yang tampak tertidur. Nisa melihat arlojinya dan kaget saat melihat jam menunjukkan setengah empat pagi. Panik, Nisa menyadari bahwa ia telah ketiduran dan membuat Sean harus menunggunya dan tertidur di dalam mobil.Nisa menggigit bibir bawahnya, bingung apakah harus membangunkan Sean atau pergi begitu saja. Saat ia sedang kalut, Sean terbangun."Sudah cukup tidurnya?" tanya Sean, membuat Nisa otomatis melihat ke arahnya."Sudah, hehehe," jawab Nisa kikuk. Lalu ia berkata, "Kenapa kamu tidak membangunkanku tadi? Padahal tidak apa-apa kalau mau bangunkan aku. Aku malah jadi merepotkanmu.""Kamu terlihat sangat lelah, dan aku tidak tega membangunkanmu," balasnya."Maaf," lirih Nisa, merasa bersalah."Tidak masalah, aku yang mau ini.""Ini sudah hampir pagi. Bagaimana kalau kamu istirahat di apartemenku saja?" Nisa menawarkan, dan detik itu pula, ia mengutuk tawarannya. Ia m

  • Dalam Pelukan Sang CEO   194. Malam Pertama

    ***Kevin tersenyum saat membaca pesan dari Richard. Sarah yang melihat suaminya tersenyum sambil melihat ponselnya langsung menghampiri lelaki itu.“Dari siapa? Kenapa senyum-senyum?” tanya Sarah dengan tatapan curiga.“Dari Richard,” jawabnya singkat.“Kalian pasti lagi ngobrolin si dada balon itu kan?” tanya Sarah dengan nada cemburu.Kevin tersenyum, lalu ia mengacak rambut istrinya lembut. “Kamu cemburu, sayang?”“Kamu itu milikku, jangan pernah senyum berlebihan pada perempuan manapun!” Sarah memperingati.“Aku tidak pernah mau tersenyum pada perempuan manapun. Aku tersenyum karena Richard mengatakan bahwa asisten kakakmu membawa baju ganti ke apartemen Nisa,” balas Kevin.Kedua mata Sarah langsung membulat dan berbinar-binar. “Benarkah? Kok bisa?” Ia sangat antusias.“Karena Sean menginap di sana.”“Wah, kenapa bisa?” tanya Sarah penasaran.“Karena aku memberitahu kakakmu bahwa Nisa kemarin malam langsung kembali ke Jakarta. Aku kira dia tidak akan peduli. Ternyata, dia datang

  • Dalam Pelukan Sang CEO   195. Memulai Lembaran Baru

    ***Sarah membuka matanya, pagi ini kepalanya tertumpu di atas dada bidang suaminya. Tubuhnya terasa nyeri dan bagian intimnya sangat perih. Semalam, suaminya begitu agresif, membuatnya kewalahan untuk mengimbangi.Kepala Sarah mendongak ke atas, melihat wajah suaminya yang rupawan saat tertidur pulas. Sarah tersenyum, menyentuh pelan wajah itu dengan jemarinya yang lembut. Ia tidak ingin membangunkan suaminya. Secara perlahan, bibirnya mengecup pelan bibir lelaki itu. Detik itu pula, mata Kevin terbuka, dan ia menahan tengkuk kepala istrinya, memperdalam kecupan itu. Sarah terkejut, tidak tahu apakah kecupannya yang membangunkan suaminya atau memang suaminya itu hanya pura-pura tidur.Kevin melepaskan ciuman itu, mengelap bibir Sarah yang basah karena ciuman pagimereka. “Selamat pagi, sayang. Kamu sangat cantik pagi ini,” sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.“Kamu, pura-pura tidur?” tanya Sarah dengan tatapan menyelidik.“Aku memang tertidur, sayang. Aroma bibirmu itu yang m

  • Dalam Pelukan Sang CEO   196. Rumah Kedua

    ***Hari kedua di Kyoto, Kevin dan Sarah menghabiskan waktu di Arashiyama, tempat wisata unggulan dengan banyak objek menarik seperti pemandangan sakura dan momiji yang indah. Di sekitar Jembatan Togetsukyo, mereka mengunjungi Kuil Tenrinji dan Kuil Nonomiya yang dipercaya membawa keberkahan dalam rumah tangga. Ada juga Kuil Seiryoji, Kuil Matsuo Taisha, Kuil Horinji, dan lainnya. Di Arashiyama, mereka menikmati suasana teduh hutan bambu, meski tidak sempat menelusuri seluruhnya karena keterbatasan waktu. Sepanjang perjalanan, mereka bergandengan tangan, dengan Sarah yang penuh antusiasme dan terus memuji keindahan Arashiyama.“Sayang, kamu senang?” tanya Kevin.“Iya, aku sangat senang. Sayang, kita di sini cuma sampai besok. Lain kali, aku mau ke Jepang lagi. Aku merasa ada ikatan batin yang kuat di sini,” jawab Sarah.“Tentu, kamu bebas mau ke mana pun asal bersamaku.”“Ojisan juga memberi hadiah untuk pernikahan kita,” ucap Sarah. “Sebuah rumah yang indah di Tokyo, rumah impian yan

  • Dalam Pelukan Sang CEO   197. Saat yang Paling Menyedihkan

    ***“Kak, hari ini hari ulang tahunmu yang ke-dua puluh tujuh dan tepat tujuh tahun kepergianmu. Aku masih merasa kamu ada bersamaku, Kak. Aku selalu merindukanmu, kadang aku ingin ikut denganmu karena mereka tak peduli denganku. Saat aku membutuhkan mereka, mereka selalu egois dengan keinginan mereka tanpa memikirkan bagaimana hatiku yang benar-benar telah patah,” lirih Nisa, menatap nama yang terukir di atas nisan.“Aku kesepian tanpamu, Kak. Kamu satu-satunya keluarga yang aku punya yang masih sangat peduli padaku. Kamu memang Kakakku yang terbaik. Satu-satunya yang membuat aku bisa bertahan di dunia yang sangat penuh kepalsuan ini adalah Sarah. Dia juga Adik kesayangan Kakak,” ucapnya sambil tersenyum. “Hari ini, aku datang sendirian, maaf ya. Karena Sarah sudah menikah dan saat ini dia dan suaminya sedang berada di Tokyo. Dia sudah bertemu dengan lelaki yang bisa menjaganya dengan baik, aku sangat bahagia melihatnya bahagia. Aku lega.”Nisa terdiam sejenak, berusaha menahan air m

  • Dalam Pelukan Sang CEO   198. Aku Hanya Wanita Murahan

    ***“Kamu ngajak aku ke sini, tidak takut calon suamimu tergoda padaku lagi?” tanya Nisa dengan gaya khasnya.“Kenapa aku harus takut? Aku tahu kok, bagaimana besarnya cinta Kak Bastian padaku. Buktinya sampai seusia ini, dia tetap melajang dan tak pernah berkomitmen karena dia memendam perasaan padaku,” jawab Zeline dengan percaya diri.Bastian hanya tersipu malu mendengar jawaban dari tunangannya itu.“Ekspresi wajahmu yang sok imut itu sungguh tak pantas. Jangan seperti itu lagi!” sebal Nisa yang disambut tawa meledak oleh Zeline.“Benar kata Nisa. Kakak tidak pantas bersikap imut seperti itu. Ingat umur, Kak,” ucap Zeline mendukung pernyataan Nisa.“Ada ya, mantan pacar dan calon istri akur begini,” ujar Bastian.“Ada dong,” jawab kedua perempuan itu dengan kompak.“Oh, jadi kalian setuju kalau aku memadu kalian,” Bastian antusias.“Kalau gitu, acara nikah tahun depan batal,” ancam Zeline.“Maaf ya, namanya mantan itu dibuang pada tempatnya,” seloroh Nisa.Bastian hanya mengusap w

  • Dalam Pelukan Sang CEO   199. Our Universe

    ***Tepat jam dua dini hari, mereka telah tiba di rumah. Saat ruang tamu dibuka, lampu menyala dan banyak balon serta bunga mawar merah berserakan di lantai."Selamat datang kembali, pasangan pengantin baru," Zeline menyapa mereka disambut oleh tepuk tangan yang meriah dari Bastian, Sean, dan Nisa.Sarah dan Kevin yang tak menyangka akan disambut begitu hangat merasa terharu. "Kalian kenapa menyambutku seperti ini? Ini sudah terlalu larut," ucapnya merasa tidak enak."Tidak juga, kita berempat habis makan bersama," ujar Bastian.Sarah langsung menghampiri kakaknya dan memeluknya. "Kakak, terima kasih sudah datang menyambutku. Aku tahu, pasti Kakak sedang sibuk membenahi perusahaan peninggalan ayah.""Kamu adikku, maka kamu adalah prioritas utama," seru Sean dengan tersenyum.Lalu Sarah memeluk Zeline dan terakhir ia memeluk Nisa. Ada yang berbeda dari Nisa, itu yang saat ini Sarah rasakan. Pasti ada sesuatu hal yang membuat sahabatnya itu terlihat kesepian."Besok pulang kerja bisa ant

  • Dalam Pelukan Sang CEO   200. Sebuah Janji

    ***Ketika Sean sedang rapat, Sarah duduk di ruang kerja kakaknya itu. Ia bersandar di sofa karena sebenarnya masih merasa sangat lelah. Tak lama, pintu ruangan terbuka, dan Sean mendapati adiknya sedang tertidur. Ia tersenyum melihat wajah adiknya, bahkan saat tidur Sarah terlihat sangat cantik. Wajar saja, jika Kevin buru-buru ingin menikahinya.Sean duduk di sebelah adiknya, mengamati wajahnya yang tampak kelelahan. Tak lama, seseorang masuk ke ruangan. Ia melirik ke arah suara yang menyapanya."Yuta, Paman ingin bicara denganmu," ucap Vino. Lalu kedua matanya melihat seorang gadis yang sedang tidur di sofa. Ia tersenyum. "Apa kamu membawa pacarmu saat jam kantor?" sindirnya.Sean tertawa mengejek. "Apa Paman sampai lupa dengan wajah Ibu? Dia adalah adikku, Harumi."Kedua mata Vino langsung terbelalak. Sarah yang mendengar suara bising langsung membuka matanya dan terbangun. "Kak, aku tertidur," ucapnya dengan suara serak.Lalu ia mendapati orang lain di ruangan itu. Vino terkejut

Latest chapter

  • Dalam Pelukan Sang CEO   245. Kaulah Semestaku (TAMAT)

    ***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena

  • Dalam Pelukan Sang CEO   244. Menunggu Kehadiranmu di Dunia

    ***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu

  • Dalam Pelukan Sang CEO   243.Kebahagiaan yang Baru

    ***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai

  • Dalam Pelukan Sang CEO   242. Melepaskanmu

    ***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo

  • Dalam Pelukan Sang CEO   241. Lupakan Dia agar Kamu Bahagia

    ***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar

  • Dalam Pelukan Sang CEO   240. Bahagia Kembali Terbit

    ***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da

  • Dalam Pelukan Sang CEO   239. Pembuktian Cinta

    ***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah

  • Dalam Pelukan Sang CEO   238. Berkat yang Tuhan Kirim

    ***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean

  • Dalam Pelukan Sang CEO   237. Kau adalah Takdirku

    ***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In

DMCA.com Protection Status