***Nisa membuka matanya dan terkejut saat mendapati dirinya masih berada di dalam mobil. Ia melirik ke arah Sean, yang tampak tertidur. Nisa melihat arlojinya dan kaget saat melihat jam menunjukkan setengah empat pagi. Panik, Nisa menyadari bahwa ia telah ketiduran dan membuat Sean harus menunggunya dan tertidur di dalam mobil.Nisa menggigit bibir bawahnya, bingung apakah harus membangunkan Sean atau pergi begitu saja. Saat ia sedang kalut, Sean terbangun."Sudah cukup tidurnya?" tanya Sean, membuat Nisa otomatis melihat ke arahnya."Sudah, hehehe," jawab Nisa kikuk. Lalu ia berkata, "Kenapa kamu tidak membangunkanku tadi? Padahal tidak apa-apa kalau mau bangunkan aku. Aku malah jadi merepotkanmu.""Kamu terlihat sangat lelah, dan aku tidak tega membangunkanmu," balasnya."Maaf," lirih Nisa, merasa bersalah."Tidak masalah, aku yang mau ini.""Ini sudah hampir pagi. Bagaimana kalau kamu istirahat di apartemenku saja?" Nisa menawarkan, dan detik itu pula, ia mengutuk tawarannya. Ia m
***Kevin tersenyum saat membaca pesan dari Richard. Sarah yang melihat suaminya tersenyum sambil melihat ponselnya langsung menghampiri lelaki itu.“Dari siapa? Kenapa senyum-senyum?” tanya Sarah dengan tatapan curiga.“Dari Richard,” jawabnya singkat.“Kalian pasti lagi ngobrolin si dada balon itu kan?” tanya Sarah dengan nada cemburu.Kevin tersenyum, lalu ia mengacak rambut istrinya lembut. “Kamu cemburu, sayang?”“Kamu itu milikku, jangan pernah senyum berlebihan pada perempuan manapun!” Sarah memperingati.“Aku tidak pernah mau tersenyum pada perempuan manapun. Aku tersenyum karena Richard mengatakan bahwa asisten kakakmu membawa baju ganti ke apartemen Nisa,” balas Kevin.Kedua mata Sarah langsung membulat dan berbinar-binar. “Benarkah? Kok bisa?” Ia sangat antusias.“Karena Sean menginap di sana.”“Wah, kenapa bisa?” tanya Sarah penasaran.“Karena aku memberitahu kakakmu bahwa Nisa kemarin malam langsung kembali ke Jakarta. Aku kira dia tidak akan peduli. Ternyata, dia datang
***Sarah membuka matanya, pagi ini kepalanya tertumpu di atas dada bidang suaminya. Tubuhnya terasa nyeri dan bagian intimnya sangat perih. Semalam, suaminya begitu agresif, membuatnya kewalahan untuk mengimbangi.Kepala Sarah mendongak ke atas, melihat wajah suaminya yang rupawan saat tertidur pulas. Sarah tersenyum, menyentuh pelan wajah itu dengan jemarinya yang lembut. Ia tidak ingin membangunkan suaminya. Secara perlahan, bibirnya mengecup pelan bibir lelaki itu. Detik itu pula, mata Kevin terbuka, dan ia menahan tengkuk kepala istrinya, memperdalam kecupan itu. Sarah terkejut, tidak tahu apakah kecupannya yang membangunkan suaminya atau memang suaminya itu hanya pura-pura tidur.Kevin melepaskan ciuman itu, mengelap bibir Sarah yang basah karena ciuman pagimereka. “Selamat pagi, sayang. Kamu sangat cantik pagi ini,” sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.“Kamu, pura-pura tidur?” tanya Sarah dengan tatapan menyelidik.“Aku memang tertidur, sayang. Aroma bibirmu itu yang m
***Hari kedua di Kyoto, Kevin dan Sarah menghabiskan waktu di Arashiyama, tempat wisata unggulan dengan banyak objek menarik seperti pemandangan sakura dan momiji yang indah. Di sekitar Jembatan Togetsukyo, mereka mengunjungi Kuil Tenrinji dan Kuil Nonomiya yang dipercaya membawa keberkahan dalam rumah tangga. Ada juga Kuil Seiryoji, Kuil Matsuo Taisha, Kuil Horinji, dan lainnya. Di Arashiyama, mereka menikmati suasana teduh hutan bambu, meski tidak sempat menelusuri seluruhnya karena keterbatasan waktu. Sepanjang perjalanan, mereka bergandengan tangan, dengan Sarah yang penuh antusiasme dan terus memuji keindahan Arashiyama.“Sayang, kamu senang?” tanya Kevin.“Iya, aku sangat senang. Sayang, kita di sini cuma sampai besok. Lain kali, aku mau ke Jepang lagi. Aku merasa ada ikatan batin yang kuat di sini,” jawab Sarah.“Tentu, kamu bebas mau ke mana pun asal bersamaku.”“Ojisan juga memberi hadiah untuk pernikahan kita,” ucap Sarah. “Sebuah rumah yang indah di Tokyo, rumah impian yan
***“Kak, hari ini hari ulang tahunmu yang ke-dua puluh tujuh dan tepat tujuh tahun kepergianmu. Aku masih merasa kamu ada bersamaku, Kak. Aku selalu merindukanmu, kadang aku ingin ikut denganmu karena mereka tak peduli denganku. Saat aku membutuhkan mereka, mereka selalu egois dengan keinginan mereka tanpa memikirkan bagaimana hatiku yang benar-benar telah patah,” lirih Nisa, menatap nama yang terukir di atas nisan.“Aku kesepian tanpamu, Kak. Kamu satu-satunya keluarga yang aku punya yang masih sangat peduli padaku. Kamu memang Kakakku yang terbaik. Satu-satunya yang membuat aku bisa bertahan di dunia yang sangat penuh kepalsuan ini adalah Sarah. Dia juga Adik kesayangan Kakak,” ucapnya sambil tersenyum. “Hari ini, aku datang sendirian, maaf ya. Karena Sarah sudah menikah dan saat ini dia dan suaminya sedang berada di Tokyo. Dia sudah bertemu dengan lelaki yang bisa menjaganya dengan baik, aku sangat bahagia melihatnya bahagia. Aku lega.”Nisa terdiam sejenak, berusaha menahan air m
***“Kamu ngajak aku ke sini, tidak takut calon suamimu tergoda padaku lagi?” tanya Nisa dengan gaya khasnya.“Kenapa aku harus takut? Aku tahu kok, bagaimana besarnya cinta Kak Bastian padaku. Buktinya sampai seusia ini, dia tetap melajang dan tak pernah berkomitmen karena dia memendam perasaan padaku,” jawab Zeline dengan percaya diri.Bastian hanya tersipu malu mendengar jawaban dari tunangannya itu.“Ekspresi wajahmu yang sok imut itu sungguh tak pantas. Jangan seperti itu lagi!” sebal Nisa yang disambut tawa meledak oleh Zeline.“Benar kata Nisa. Kakak tidak pantas bersikap imut seperti itu. Ingat umur, Kak,” ucap Zeline mendukung pernyataan Nisa.“Ada ya, mantan pacar dan calon istri akur begini,” ujar Bastian.“Ada dong,” jawab kedua perempuan itu dengan kompak.“Oh, jadi kalian setuju kalau aku memadu kalian,” Bastian antusias.“Kalau gitu, acara nikah tahun depan batal,” ancam Zeline.“Maaf ya, namanya mantan itu dibuang pada tempatnya,” seloroh Nisa.Bastian hanya mengusap w
***Tepat jam dua dini hari, mereka telah tiba di rumah. Saat ruang tamu dibuka, lampu menyala dan banyak balon serta bunga mawar merah berserakan di lantai."Selamat datang kembali, pasangan pengantin baru," Zeline menyapa mereka disambut oleh tepuk tangan yang meriah dari Bastian, Sean, dan Nisa.Sarah dan Kevin yang tak menyangka akan disambut begitu hangat merasa terharu. "Kalian kenapa menyambutku seperti ini? Ini sudah terlalu larut," ucapnya merasa tidak enak."Tidak juga, kita berempat habis makan bersama," ujar Bastian.Sarah langsung menghampiri kakaknya dan memeluknya. "Kakak, terima kasih sudah datang menyambutku. Aku tahu, pasti Kakak sedang sibuk membenahi perusahaan peninggalan ayah.""Kamu adikku, maka kamu adalah prioritas utama," seru Sean dengan tersenyum.Lalu Sarah memeluk Zeline dan terakhir ia memeluk Nisa. Ada yang berbeda dari Nisa, itu yang saat ini Sarah rasakan. Pasti ada sesuatu hal yang membuat sahabatnya itu terlihat kesepian."Besok pulang kerja bisa ant
***Ketika Sean sedang rapat, Sarah duduk di ruang kerja kakaknya itu. Ia bersandar di sofa karena sebenarnya masih merasa sangat lelah. Tak lama, pintu ruangan terbuka, dan Sean mendapati adiknya sedang tertidur. Ia tersenyum melihat wajah adiknya, bahkan saat tidur Sarah terlihat sangat cantik. Wajar saja, jika Kevin buru-buru ingin menikahinya.Sean duduk di sebelah adiknya, mengamati wajahnya yang tampak kelelahan. Tak lama, seseorang masuk ke ruangan. Ia melirik ke arah suara yang menyapanya."Yuta, Paman ingin bicara denganmu," ucap Vino. Lalu kedua matanya melihat seorang gadis yang sedang tidur di sofa. Ia tersenyum. "Apa kamu membawa pacarmu saat jam kantor?" sindirnya.Sean tertawa mengejek. "Apa Paman sampai lupa dengan wajah Ibu? Dia adalah adikku, Harumi."Kedua mata Vino langsung terbelalak. Sarah yang mendengar suara bising langsung membuka matanya dan terbangun. "Kak, aku tertidur," ucapnya dengan suara serak.Lalu ia mendapati orang lain di ruangan itu. Vino terkejut