***
Sarah membuka matanya perlahan, merasakan nyeri menjalar di seluruh tubuh. Kedua tangannya terikat di belakang kursi, dan kakinya juga terikat erat.
Sayup-sayup terdengar pembicaraan. Ada suara perempuan dan laki-laki. Sarah tak tahu siapa orang-orang yang tega menyekapnya.
Pintu terbuka, suara langkah sepatu kian mendekat.
"Sudah sadar ternyata," ucap Jasmine dengan tatapan mata penuh kebencian.
"Jasmine, kenapa kamu berbuat begini lagi padaku? Aku tak punya masalah denganmu," suara Sarah terdengar lemah. Ia terkejut karena wanita itu di balik penyekapannya.
"Kamu telah menghancurkan hidupku, jadi aku ingin membawamu hancur juga bersamaku," bentak Jasmine.
"Hidupmu hancur bukan karena orang lain, tapi karena ulah dirimu sendiri," balas Sarah.
Jasmine tertawa terbahak-bahak. Ucapan Sarah terdengar lucu di telinganya. Jasmine menarik dagu Sarah dengan kasar. "Kamu telah mencuri semuanya dariku! Popularitas, anakku, dan juga
***Mau langsung sarapan, sayang?" tanya Kevin saat melihat Sarah menghampirinya. Wanit itu mengangguk."Tunggu ya, sebentar lagi sarapannya siap," ucap Kevin.Lelaki itu sedang sibuk memasak untuknya, pemandangan yang sangat jarang ia lihat. Sungguh lucu melihat lelaki yang bertampang dingin itu sibuk di dapur memakai celemek. Jarang melihat seorang CEO sukses mau turun ke dapur, Sarah merasa senang dan terhibur."Sangat tampan," gumam Sarah pelan sambil tersenyum.Sarah terus saja tak bisa berhenti menatap lelaki itu yang sedang berjibaku dengan peralatan dapur. Lelaki itu saat ini sungguh membuat Sarah ingin menjerit, ingin sekali ia mengabadikannya dengan sebuah potret. Tapi apa daya, ponsel-nya ia simpan di kamar."Selesai," seru Kevin, menatap lembut ke arah Sarah dan tersenyum padanya.DEG! Senyum yang lelaki itu berikan sungguh membuat debaran di dadanya kali ini menambah kecepatannya, bagaikan ada aliran listrik di hatinya.
***"Bagaimana? Sudah kamu lakukan sesuai perintahku?" tanya Kevin pada Violet."Sudah, dan wanita itu sudah terjebak dalam perangkapnya sendiri," jawab Violet."Bagus, aku suka cara kerjamu," puji Kevin."Lalu, langkah selanjutnya, saya harus bagaimana?" tanya Violet."Sean, berikan file itu padanya!" perintah Kevin, dan Sean menyerahkannya pada Violet."Kamu kasih file itu diam-diam pada wartawan. Biar mereka yang membuka semua kebusukan Reva. Kita akan menonton pertunjukannya besok pagi," ucap Kevin puas."Baik, saya akan melakukannya dengan hati-hati," janji Violet."Sekarang kamu boleh pergi dan jangan sampai wanita tua itu curiga," Kevin mengingatkan. Violet mengangguk mengerti lalu pamit undur diri."Sean, ada kabar terbaru dari Mr. Isamu?" tanya Kevin."Mr. Isamu mengundang Anda ke Jepang, Tuan," jawab Sean."Untuk apa?" tanya Kevin."Sebentar lagi musim semi di Jepang, dan di sana ada festiv
***Reva membuka matanya dan terkejut melihat Kevin menatapnya dengan seringai."Kita bertemu lagi, Mama Reva tersayang," sapa Kevin dengan nada mengerikan."Kamu merasa bangga karena telah menyekapku di sini?" bentak Reva angkuh."Aku tak pernah mau membanggakan diri tentang semua yang berkaitan denganmu, wanita tua," balas Kevin dengan nada suara yang mengejek.Reva tertawa keras. "Berpuas dirilah kamu menertawaiku saat ini. Sebentar lagi keluargamu, bahkan wanita yang sangat kamu cintai, akan dalam bahaya. Kamu hanya tinggal menunggu kabar bahwa mereka sudah tiada," ancam Reva, Ia tertawa puas dan merasa yakin bisa menang dari pria itu."Oh, maksudmu ini?" tanya Kevin sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya.Reva terkejut, anak buahnya telah terlacak dan dilumpuhkan dengan mudah. Reva tidak menyangka kalau Kevin ternyata bergerak lebih cepat dari dirinya."Bagaimana? Kamu suka hadiah dariku?" tanya Kevin puas.Rev
***"Sayang," senyum Sarah sumringah saat Kevin muncul di depannya. Ia langsung menghampiri lelaki itu dan memeluknya erat."Kenapa ini? Apa wanitaku sedang merindukanku?" tanya Kevin dengan rona wajah bahagia."Tentu saja," jawab Sarah manja."Ehemm," Zeline datang mengganggu suasana. "Kak, beneran wanita tua itu sudah berhasil ditangkap?" tanya Zeline.Kevin mengangguk. "Seperti yang kamu dengar, Om Joni yang memimpin penangkapannya.""Om Joni siapa?" tanya Sarah."Dia Kapolres Bogor dan juga sahabat baik dari mendiang Papa kami. Nanti aku akan mengenalkanmu padanya, dia sudah kami anggap sebagai ayah," jawab Kevin."Wah, Kakak ketemu sama Om Joni?" tanya Zeline antusias."Iya, meski sudah tambah tua, dia makin gagah saja," kelakar Kevin.Zeline menatap Kevin dengan bingung dan dengan hati-hati bertanya, "Kak, gimana masalah acara lamaranku dan Kak Bastian?"Kevin berpikir sejenak sebelum menjawab. "Bulan
***Jika kamu bisa hidup tanpaku, aku penuh syukur. Tapi jika tanpamu, aku kacau balau. Mari kita bersama, saling melengkapi dan juga saling menerima. Sebab hanya aku dan kamu yang bisa membuat bahagia itu menjadi sempurna.***Setelah pesta yang diadakan oleh dua kelompok Yakuza selesai di Tokyo, Jepang, Mr. Isamu melepas penatnya di mansion-nya. Akhir-akhir ini, ia merasa lelah karena sering bepergian ke luar negeri. Tak lama berselang, asistennya mengetuk pintu kamar dan menghampirinya."Ada berita apa?" tanya Isamu."Sean mengabari bahwa bulan depan, Tuan Kevin akan datang ke Tokyo," jawabnya."Untuk rencana apa dia datang ke Tokyo?" Mr. Isamu sangat penasaran."Menurut Sean, adiknya akan bertunangan dan juga Tuan Kevin datang ke Tokyo sekaligus untuk memenuhi undangan Anda.""Kekasihnya juga ikut?""Tentu saja akan ikut. Alasan paling kuat Tuan Kevin datang ke Jepang karena dia akan menikahi kekasihnya di sini."Isamu menatap asistennya itu tanpa berkedip. Ia tak menyangka akan m
***Hansen datang ke butik karena sangat merindukan Sarah. Ancaman yang dikatakan Sean saat itu tak lagi digubris olehnya. Saat ini ia ingin melihat Sarah. Hansen membawa sebuket bunga Gardenia untuk Sarah. Ketika ia membuka pintu ruang kerja wanita itu, senyumnya yang tadi terus mengembang sirna seketika saat yang ia lihat bukanlah wanita yang ia harapkan.“Kamu siapa?” tanya Hansen dengan tatapan tak suka.“Saya Indah, Pak. Manajer baru di sini,” ucapnya ramah.Kening Hansen mengerut. Ia masih belum paham. Apakah Zeline menambah pegawai baru di butiknya? Batin Hansen terus bertanya-tanya.“Mana Sarah?” tanyanya dengan nada ketus.“Oh, Bu Sarah sudah resign, Pak,” jawab Indah pelan.“Apa?!” pekik Hansen, menatap marah ke arah manajer baru itu. “Siapa yang mengizinkannya keluar dari sini?” tanyanya dengan tatapan menakutkan.Manajer baru yang menggantikan Sarah sungguh takut luar biasa dengan kemarahan Hansen. Ia tak menyangka bahwa lelaki yang sering wara-wiri di majalah bisnis maupu
***"Apa?" pekik Nisa terkejut dengan kedua bola mata yang membulat."Biasa aja, teriakanmu itu membuat orang melirik ke arah kita," Sarah berdecak kesal."Aku kaget, kenapa harus di Jepang? Kamu mau ngadain pesta juga di sana? Wow, menikah dengan pebisnis seperti Kevin memang sangat menakjubkan," kagum Nisa."Di sana enggak ada pesta, cuma akad saja.""Masa cuma akad aja sampai semingguan di sana?" tanya Nisa penasaran."Kan di sana bukan hanya acara akad nikahku saja. Zeline dan Bastian mau mengadakan pesta pertunangan, dan Shopia juga sekalian berlibur," tutur Sarah.Raut wajah Nisa yang antusias berubah menjadi datar. Sarah langsung melirik ke arah Nisa, merasa bersalah karena menyebut nama Bastian di depannya. "Tapi jika memang kamu ada keperluan lain, aku tak masalah kamu tak datang juga. Beneran!" Sarah mencoba meyakinkan."Aku akan datang dan aku harus menjadi orang pertama yang melihat senyum bahagiamu setelah akad terucap," balas Nisa sambil tersenyum tulus."Tapi--""Tapi a
Sang waktu seolah memanggil, mengabsen luka dan memaksa untuk mengingatnya. Kenangan pun ikut tertawa, seolah meremehkan kesedihan yang menjadi mimpi buruk bagiku. Aku ingin melepas jerat itu yang selalu hadir saat aku memejam mata, aku ingin menghapusnya agar tidurku tak lagi bernyanyikan air mata.”***"Di sini sangat sepi, apa kehidupan manusia sebenarnya memang seperti ini?" gumam Sarah sambil menatap langit malam. Ia terbangun, mimpi buruk lagi. Mimpi yang sejak di panti asuhan sering ia alami itu kini kembali hadir, dengan rasa sesak luar biasa di hatinya dan kesedihan yang tak ia pahami asalnya.Sarah tak bisa menebak apa isi mimpinya, hanya ada suara teriakan, tangisan, dan ledakan. Selain itu, ia tak mengingat apa-apa. Sarah membencinya, ia tak mau mengingat mimpi itu."Apakah itu hanya bunga tidur dan sekedar mimpi? Kenapa mimpi itu kembali lagi dan kenapa harus sama persis dengan mimpiku yang dulu? Apakah aku melupakan sesuatu di ingatanku?” lirihnya.Semakin ia memaksa unt