***Setelah Sean mengantarkan Sarah dan Nisa ke apartemen, ia berpamitan. Awalnya, Nisa melarangnya pulang, tetapi Sean beralasan bahwa ayahnya ingin bertemu dengannya.Nisa hanya sibuk melamun dan senyum-senyum tanpa jelas, membuat Sarah heran menatap gadis itu, "Kenapa senyum terus dari tadi?" tanya Sarah."Si Tampan, dia tadi gugup bertemu denganku," jawab Nisa dengan wajah bahagia."Iya, dia gugup karena ketemu sama demit," gurau Sarah."Nyebelin! Demit cantik kayak aku, siapa sih yang bisa nolak?" Nisa menyombongkan diri."Sean kan yang nolak?" celetuk Sarah."Kamu itu sahabatku, harusnya kamu dukung aku dengan si Tampan. Kamu harus puji aku di depannya," pinta Nisa."Aku sudah melaksanakan titahmu, wahai titisan Nyai Nisa Kidul," kelakar Sarah."Lalu reaksinya bagaimana, wahai cupid cintaku?" tanya Nisa dengan sorot mata yang tak sabar."Mau jujur atau bohong?" Sarah memberi pilihan."Jujur.""
***Violet diam-diam mengendap di ruang pribadi rahasia milik Kevin di ruang kerjanya, mencari data yang diperlukan oleh Reva. Saat ia berhasil membuka brankas, lampu ruangan tiba-tiba menyala, mengejutkan Violet."Selamat malam, Dita Berliana," sapa Kevin dengan senyum seringainya.Violet langsung lemas, terkejut karena identitas aslinya diketahui oleh Kevin. Bagaimana bisa lelaki itu tahu nama aslinya, padahal nama itu sudah lima tahun dinyatakan meninggal karena kecelakaan dan ia sudah mengganti identitasnya."Pak Kevin—" suara Violet tercekat, masih terkejut."Kenapa terkejut seperti itu? Seharusnya kamu menyambut bossmu, Violet... eh, bukan, tapi Dita," ucap Kevin dengan tatapan seolah ingin memangsa.Wanita itu hanya bisa terdiam, ia sudah ketahuan. Mustahil baginya untuk kabur."Kenapa gugup, Dita? Apa yang kamu cari malam ini?" tanya Kevin dengan santainya.Violet tak bisa berkutik lagi, ia hanya tertunduk lemas.
***Wajah Sarah masih saja cemberut. Bagi Kevin, itu terlihat sangat lucu setiap kali wanita itu cemburu."Sayang, sini," kata Kevin sambil menunjuk ke arah pahanya, mengisyaratkan agar Sarah duduk di sana.Sarah tak peduli dan hanya sibuk memainkan ponsel-nya tanpa mengindahkan permintaan pria itu."Sebentar lagi aku ada rapat setelah jam makan siang," ucap Kevin."Kamu mengusirku? Aku pergi saja!" Sarah berkata dengan ketus, beranjak dari duduknya. Kevin segera menarik lengannya dan sukses membuat wanita itu duduk di kedua pahanya."Kamu sangat lucu dan menggemaskan saat cemburu," seru Kevin."Oh, kalau tidak cemburu aku tidak menggemaskan rupanya?" balas Sarah, masih mempertahankan wajahnya yang cemberut."Sayang, aku tadi hanya bicara dengan Violet untuk rapat nanti siang," Kevin mencoba memberi penjelasan."Oh, kok bisa ya dekat gitu posisinya? Pasti kamu lihat belahan di kedua balonnya itu, dan juga kalian sangat a
***Sarah menghirup udara pagi di balkon apartemennya. Sepanjang perjalanan kemarin saat pulang diantar oleh Kevin, ia hanya diam. Ada gumpalan rasa sesak di dadanya.Sarah tak mengerti, kenapa ia harus merasa sedih saat mendengar orang lain akan menikah atau berbahagia. Ia pun, seperti perempuan lainnya, ingin diikat oleh janji di hadapan Tuhan.Lelaki itu hanya mengatakan, "tunggu... tunggu... dan tunggu." Membosankan, bukan? Alasannya selalu karena mantan ibu tirinya, alasan yang sebenarnya tidak seharusnya menghalangi mereka untuk menikah.Padahal Sarah tidak menginginkan pesta yang mewah atau pernikahan yang menjadi headline news dan membuat kaum hawa iri. Ia hanya ingin menikah sah di mata hukum dan agama, disaksikan oleh orang-orang terdekatnya. Pernikahan impiannya sangat sederhana.Gadgetnya berbunyi, nama Zeline tertera di layar.Sarah: Halo, Zeline.Zeline: Lagi di mana?Sarah: Di apartemen.
***Sarah membuka matanya perlahan, merasakan nyeri menjalar di seluruh tubuh. Kedua tangannya terikat di belakang kursi, dan kakinya juga terikat erat.Sayup-sayup terdengar pembicaraan. Ada suara perempuan dan laki-laki. Sarah tak tahu siapa orang-orang yang tega menyekapnya.Pintu terbuka, suara langkah sepatu kian mendekat."Sudah sadar ternyata," ucap Jasmine dengan tatapan mata penuh kebencian."Jasmine, kenapa kamu berbuat begini lagi padaku? Aku tak punya masalah denganmu," suara Sarah terdengar lemah. Ia terkejut karena wanita itu di balik penyekapannya."Kamu telah menghancurkan hidupku, jadi aku ingin membawamu hancur juga bersamaku," bentak Jasmine."Hidupmu hancur bukan karena orang lain, tapi karena ulah dirimu sendiri," balas Sarah.Jasmine tertawa terbahak-bahak. Ucapan Sarah terdengar lucu di telinganya. Jasmine menarik dagu Sarah dengan kasar. "Kamu telah mencuri semuanya dariku! Popularitas, anakku, dan juga
***Mau langsung sarapan, sayang?" tanya Kevin saat melihat Sarah menghampirinya. Wanit itu mengangguk."Tunggu ya, sebentar lagi sarapannya siap," ucap Kevin.Lelaki itu sedang sibuk memasak untuknya, pemandangan yang sangat jarang ia lihat. Sungguh lucu melihat lelaki yang bertampang dingin itu sibuk di dapur memakai celemek. Jarang melihat seorang CEO sukses mau turun ke dapur, Sarah merasa senang dan terhibur."Sangat tampan," gumam Sarah pelan sambil tersenyum.Sarah terus saja tak bisa berhenti menatap lelaki itu yang sedang berjibaku dengan peralatan dapur. Lelaki itu saat ini sungguh membuat Sarah ingin menjerit, ingin sekali ia mengabadikannya dengan sebuah potret. Tapi apa daya, ponsel-nya ia simpan di kamar."Selesai," seru Kevin, menatap lembut ke arah Sarah dan tersenyum padanya.DEG! Senyum yang lelaki itu berikan sungguh membuat debaran di dadanya kali ini menambah kecepatannya, bagaikan ada aliran listrik di hatinya.
***"Bagaimana? Sudah kamu lakukan sesuai perintahku?" tanya Kevin pada Violet."Sudah, dan wanita itu sudah terjebak dalam perangkapnya sendiri," jawab Violet."Bagus, aku suka cara kerjamu," puji Kevin."Lalu, langkah selanjutnya, saya harus bagaimana?" tanya Violet."Sean, berikan file itu padanya!" perintah Kevin, dan Sean menyerahkannya pada Violet."Kamu kasih file itu diam-diam pada wartawan. Biar mereka yang membuka semua kebusukan Reva. Kita akan menonton pertunjukannya besok pagi," ucap Kevin puas."Baik, saya akan melakukannya dengan hati-hati," janji Violet."Sekarang kamu boleh pergi dan jangan sampai wanita tua itu curiga," Kevin mengingatkan. Violet mengangguk mengerti lalu pamit undur diri."Sean, ada kabar terbaru dari Mr. Isamu?" tanya Kevin."Mr. Isamu mengundang Anda ke Jepang, Tuan," jawab Sean."Untuk apa?" tanya Kevin."Sebentar lagi musim semi di Jepang, dan di sana ada festiv
***Reva membuka matanya dan terkejut melihat Kevin menatapnya dengan seringai."Kita bertemu lagi, Mama Reva tersayang," sapa Kevin dengan nada mengerikan."Kamu merasa bangga karena telah menyekapku di sini?" bentak Reva angkuh."Aku tak pernah mau membanggakan diri tentang semua yang berkaitan denganmu, wanita tua," balas Kevin dengan nada suara yang mengejek.Reva tertawa keras. "Berpuas dirilah kamu menertawaiku saat ini. Sebentar lagi keluargamu, bahkan wanita yang sangat kamu cintai, akan dalam bahaya. Kamu hanya tinggal menunggu kabar bahwa mereka sudah tiada," ancam Reva, Ia tertawa puas dan merasa yakin bisa menang dari pria itu."Oh, maksudmu ini?" tanya Kevin sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya.Reva terkejut, anak buahnya telah terlacak dan dilumpuhkan dengan mudah. Reva tidak menyangka kalau Kevin ternyata bergerak lebih cepat dari dirinya."Bagaimana? Kamu suka hadiah dariku?" tanya Kevin puas.Rev