***Kevin terus memantau informasi tentang aktivitas Reva yang masih belum terendus oleh pihak berwajib. Pabrik ekstasi miliknya di Bekasi telah disulap menjadi pabrik masker kain. Wanita itu memang telah memperhitungkan segalanya dengan cerdik. Namun, Kevin tak akan membiarkan wanita tua itu lama-lama menghirup kebebasan. Ia tahu bahwa Reva mendapat dukungan kuat dari mafia besar dan kelompok Yakuza yang kuat.Tak lama kemudian, Mr. Isamu datang menghampirinya."Tuan Kevin Hadiwajaya," sapanya dengan sopan.Kevin tersenyum ramah. "Mr. Isamu, senang akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan Anda," ucap Kevin.Mr. Isamu adalah seorang penasihat terpercaya dari kelompok Yakuza Yamegochi-kai. Usianya sekitar 50-60 tahun, meskipun begitu, wajahnya masih terlihat rupawan. Kevin merasa beruntung bisa bertemu dan berbincang dengannya.Mr. Isamu menjamu Kevin dengan sangat baik. Dari obrolan dan sikap Kevin, ia terkesan dan langsung menyukainya, padahal ia tak mudah terkesan dengan sembarang
***Kevin tersenyum melihat Shopia tertidur dalam pelukan Sarah. Ia mencium kening keduanya dengan lembut. Setelah puas menatap wajah mereka, Kevin keluar dan Zeline hanya menggigit bibir bawahnya saat Kevin menatapnya dengan galak. Tatapan itu menuntut penjelasan.Mereka duduk di balkon, dan Zeline tak berani menatap kakaknya."Ada yang ingin kamu jelaskan pada Kakak?" Kevin memulai pembicaraan.Zeline memberanikan diri untuk menatap langsung. "Maaf, Kak. Aku lupa memberitahumu," jawabnya berbohong.Kevin menghela napas, tahu bahwa gadis itu berbohong. "Kakak tahu kamu berbohong! Pasti kalian bekerja sama untuk tidak memberitahuku," ketus Kevin."Bukan begitu, Kak. Kami tidak memberi tahu karena Kakak sedang berada di Singapura," Zeline membela diri."Jadi alasan kalian tidak memberi tahu hanya karena itu? Apa tidak ada alasan lain?" Suara Kevin meninggi.Zeline menggigit bibir bawahnya lagi, kali ini tak bisa mencari alasan untuk menjawab, akhirnya Zeline hanya bisa pasrah dan berka
***Sarah masih terus terdiam saat menikmati sarapannya pagi ini, sementara Kevin terus tersenyum menatap wanita itu tanpa henti. Ia masih membayangkan kejadian tadi pagi saat berada di kolam renang.Sarah tidak ingin melihat wajah Kevin, ia malu. Namun, ia juga sebal menatap Kevin yang terus menyunggingkan senyum padanya, seolah hanya dia yang merasa canggung. Pria itu benar-benar mesum, pikirnya."Papi, nanti kita main yah," pinta Shopia memecahkan keheningan."Iya, sayang. Kita tunggu bunda Sarah selesai," jawab Kevin."Kak, kita rapatnya sekitar jam sepuluh. Sekarang mau siap-siap menyiapkan bahan yang akan dipresentasikan. Aku dan Sarah pergi sama Sean. Kakak mau di sini saja atau mau ikut bersama kami?" Zeline menawarkan."Aku dan Shopia antar kalian saja," jawab Kevin."Antar saja, kan?" tanya Zeline memastikan."Iya. Kakak akan mengantar sampai depan pintu kantormu," tegas Kevin.Zeline memiliki beberapa kantor cabang di Indonesia, salah satunya di Bandung.Zeline agak khawati
***Sejak tadi Hansen melamun, konsentrasinya terpecah. Tatapan mata Sarah pada Kevin membuatnya merasa sesak. Wanita itu menatap penuh kehangatan dan cinta yang luar biasa. Hansen cemburu, ia juga ingin mendapatkan cinta wanita itu.Hatinya terasa kacau, entah bisa merasakan patah lagi atau tidak, hatinya sering dipatahkan berkali-kali oleh Sarah.Rapat sudah selesai, Sarah sudah menyelesaikan tugasnya. Terasa aneh baginya, mengapa rapat diadakan pada hari Minggu. Apa benar ini hanya akal-akalan pria itu untuk membawanya pergi? Beruntung Sarah memiliki Zeline di sisinya, wanita itu terus melindunginya dan menjaganya dengan baik."Aku mau bicara," cegah Hansen saat melihat Sarah akan keluar ruang rapat."Bicara apa?" Sarah menunjukkan rasa lelahnya."Kamu sengaja membawa dia untuk membuatku cemburu?"Sarah hanya bisa menatap Hansen dengan ekspresi datar. "Jika iya, kenapa?" tanya wanita itu menantang."Kamu sangat berhasil membuatku terbakar oleh cemburu dan amarah," balas Hansen deng
***Setelah kejadian di ruang rapat itu, Hansen tak menunjukkan batang hidungnya pada Sarah. Banyak yang mengatakan bahwa pria itu langsung pergi ke Bali karena ada urusan mendadak. Sudah hampir seminggu pria itu masih berada di sana.Sarah masih kepikiran dengan cerita singkat Bastian tentang Hansen. Lelaki itu begitu banyak menyimpan luka, tapi kenapa harus jatuh cinta padanya yang sudah menautkan hati pada pria lain?Sarah tak mau memikirkannya lagi karena akan membuatnya lemah karena perasaannya itu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam, Sarah bergegas untuk pulang dan dengan setia Sean sudah menunggunya di depan."Mau pulang ke mana, Nona?" tanya Sean."Ke apartemen saja, aku ingin sendirian dulu," jawab Sarah merasa letih.Sarah dari tadi hanya diam saja, itu membuat Sean merasa ada hal aneh. Biasanya wanita itu sangat cerewet sekali dan hal apapun diceritakannya, tapi hari ini Sarah seperti menyimpan sesuatu yang berat di pikirannya."Apa Nona Sarah sedang sakit?"
***Reva geram saat ini. Mafia yang mendukungnya, Devil Cry, telah melepaskan tanggung jawab mereka. Semua karena dukungan mafia besar di belakang Kevin yang membuat mereka enggan mengambil risiko.Reva tidak ingin semua ini berakhir begitu saja. Ia telah lama menanti kehancuran Kevin dan sabar menunggu agar semua harta kekayaan suaminya jatuh ke tangannya.Masalah baru muncul. Pabrik ekstasinya terpaksa berhenti total karena sudah dicurigai oleh aparat kepolisian. Belum lagi ada surat kaleng yang mengancamnya karena beberapa bisnis kotornya akan terkuak ke publik.Di mata publik, Reva adalah sosialita dan pengusaha wanita sukses yang mendirikan badan amal sendiri. Padahal semua itu hanya untuk menutupi kejahatannya saja. Reva memang pandai bersandiwara."Sial! Anak itu ternyata mendapatkan dukungan besar sampai Devil Cry pun tidak mau ambil risiko!" geram Reva. Ia marah luar biasa.Asistennya datang menghampiri dengan napas terengah-engah. "Nyonya, gawat.""Gawat kenapa?" tanya Reva
***"Kalau ada yang tanya saya, bilang saya belum datang, ya," pinta Sarah kepada karyawan di butik."Baik, Bu," jawab karyawan serempak.Sarah bergegas masuk ke ruangannya, tak sabar melihat wajah Kevin meski hanya dari layar ponsel. Setidaknya itu bisa mengobati rasa rindunya.Tak lama ia duduk, panggilan video dari Kevin masuk.“Halo, Sayang.” Sarah tersenyum menatap wajah pria itu di layar ponselnya.“Sayangku. Sudah makan siang?” tanya Kevin tersenyum melihat wajah ceria Sarah.“Sudah, tapi aku pulang duluan tadi biar bisa bicara sama kamu,” balas Sarah.“Kenapa enggak di sana saja diangkat? Kan hanya ada Sean. Aku tak masalah ada dia,” kata Kevin.“Enggak ah, ada Nisa juga. Lagian, nanti dia cemburu kamu hubungi aku. Nanti dia makin gencar mendekati Sean karena melihat kita romantis begini,” balas Sarah tertawa ringan,Tawa Sarah terdengar merdu di telinga Kevin. “Masih lama kita ketemu, sayang. Di sini aku kesepian,” ucapnya.“Masih ada dua hari lagi kan? Pasti enggak akan tera
***Sean melihat wajah Sarah yang tertekan. Ini pertama kalinya wanita itu muncul ke publik setelah identitasnya sebagai kekasih Kevin terbongkar. Mungkin wanita lain akan merasa senang menjadi sorotan, tapi Sarah justru sebaliknya. Dia merasa risih dan tak nyaman."Mau pergi ke suatu tempat?" tawar Sean.Sarah melirik ke arah Sean, ia tak menyangka pria dingin yang seperti robot itu memulai pembicaraan. "Tempat apa?" tanya wanita itu."Nanti, Nona akan tahu," jawab Sean singkat.Sarah hanya menurut, memang ia butuh ketenangan agar perasaannya kembali membaik dan ia merasa bosan sendirian di apartemen.Sean mengajak Sarah ke suatu tempat, di sudut kota Jakarta yang sibuk ternyata ada tempat yang tenang. Sebuah kedai kopi bernuansa garden. Mata Sarah langsung membulat sempurna saat melihat kedai kopi ini, ia tak menyangka masih ada tempat seperti ini di Jakarta.Kedai kopi ini memiliki ornamen berwarna hijau dan tambahan tanaman yang m
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In