“Stella…”Suara Alika dan Chery memanggil Stella bersamaan kala Stella baru saja turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam lobby kampus. Ya, hampir sepuluh menit Alika dan Chery menunggu Stella di lobby kampus. Sebelumnya Alika sudah bertukar pesan pada Stella bahwa dirinya menunggu di lobby kampus bersama dengan Chery. Dan beruntung Stella datang tidak terlalu lama. Hanya menunggu sepuluh menit bukanlah hal besar. Walau tak dipungkiri, menunggu adalah hal yang tidak disukai oleh banyak orang.“Ah, kalian masih di sini. Aku pikir kalian sudah di kelas,” ujar Stella kala melihat Alika dan Chery memanggilnya.“Tidak, Stella. Kelas mulai masih satu jam lagi. Oh, ya. Tadi kau di antar Sean, ya?” tanya Alika seraya menatap Stella.Stella menganggukan kepalanya. “Iya, tadi aku diantar Sean. Sebenarnya aku tidak ingin diantar Sean. Suamiku itu sedang tidak enak badan. Tapi tetap saja dia mengatakan dia tidak apa-apa. Meski sudah meminum obat tetap saja aku mencemaskannya.”“Sean sakit ap
Suara dering ponsel terdengar, membuat Stella yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghentikan langkahnya dan menoleh pada ponsel yang tak kunjung berdering itu. Kini Stella mengambil ponselnya, lalu menatap ke layar—seketika kening Stella berkerut melihat nomor Alika muncul di layar ponselnya. Tidak biasanya Alika menghubungi sepagi ini. Stella mengembuskan napas panjang. Tanpa menunggu, dia langsung menerima panggilan itu.“Ya, Alika?” jawab Stella saat panggilan terhubung.“Stella, astaga tolong aku. Aku bingung harus seperti apa,” seru Alika dengan nada panik dari seberang line.Alis Stella bertautan mendengar apa yang diucapkan oleh Alika. “Ada apa, Alika? Apa kau mendapatkan masalah?”“Stella. Ini masalah yang sangat besar. Aku sekarang pusing, Stella. Astaga apa aku bunuh diri saja, ya?” Suara Alika terdengar dari panik dari seberang sana.“Hust! Kau itu bicara sembarangan. Ada apa sebenarnya?”“Orang tua Kelvin beserta dengan adik perempuannya sudah di Jakarta. Dan
Alika mematut cermin. Kini tubuhnnya terbalut oleh gaun berwarna merah dengan model one-shoulder. Dengan polesan make up bold membuat Alika berpenampilan sangat cantik dan sempurna. Gaun yang dipakainya ini sukses membuat lekuk tubuh Alika terlihat seksi namun tetap berkelas. Ya, jika bukan karena bantuan Stella yang memilihkannya gaun; mungkin Alika tidak tahu apa yang harus dipakainya hari ini.Alika menarik napas dalam, dan mengembuskan perlahan. Rasa gugup dan jantungnya terus berdetak kencang membuat Alika tidak nyaman. Tak dipungkiri banyak hal yang Alika pikirkan. Mulai dari kecemasan jika orang tua Kelvin tidak menyukainya. Jujur, Alika memang bahagia ketika mendengar Kelvin mengajaknya bertemu dengan keluarga dari kekasihnya itu. Akan tetapi, ketakutan pun menelusup ke dalam dirinya. Membuat Alika seolah menjadi ragu.“Alika, kau harus berpikir poisitive. Semuanya baik-baik saja.” Alika bergumam sendiri. Dia menepis semua pikiran negative yang muncul dalam benaknya.Suara ket
“Nyonya Stella.” Seorang pelayan menyapa Stella seraya melangkah mendekat pada Stella yang tengah duduk di sofa kamar. Pelayan itu membawakan nampan yang berisikan susu kacang dan sandwich tuna.Stella mengalihkan pandangannya kala ada yang memanggilnya. Dia mengulas senyumannya pada pelayan yang kini ada di hadapannya. “Suamiku yang memintamu membawakan sarapan untukku ke kamar?” tanyanya pelan dan lembut.Sang pelayan itu menganggukan kepalanya. Lalu dia menghidangkan sarapan yang dia bawa ke atas meja sambil menjawab, “Benar, Nyonya. Tuan yang meminta saya mengatarkan sarapan untuk anda.”Stella mendesah pelan. Ya, padahal Stella berencana untuk makan di ruang makan. Tapi karena Sean tadi tengah menerima telepon, itu kenapa Stella memilih menunggu suaminya. Namun, ternyata suaminya itu sudah hampir satu jam masih belum juga kembali.“Apa Sean masih menelepon?” tanya Stella sambil menatap pelayan itu.“Masih, Nyonya. Tadi Tuan Sean saya lihat masih menelepon,” jawab sang pelayan.St
Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menelusuri malam di Jakarta. Meski langit gelap tapi bintang beraburan di langit dan bulan yang sebagai pelengkap keindahan langit malam. Ya, hari ini Sean sedikit pulang terlambat karena ada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Dan beruntung, saat Sean tadi menghubungi Stella akan pulang terlambat; istrinya itu mengerti dan tidak marah. Karena memang biasanya, Stella sering merengek kala dirinya harus pulang di malam hari.Tak berselang lama, mobil yang dilajukan Sean mulai memasuki gerbang rumahnya. Tampak para penjaga langsung membungkukan kepala kala mobil Sean memasuki halaman parkir rumah. Kini Sean turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah.“Selamat malam, Tuan.” Sang pelayan menundukan kepalanya menyapa Sean dengan sopan dan hormat.Sean mengangguk singkat membalas sapaan pelayan itu. “Di mana istriku? Apa dia sudah tidur?” tanyanya.“Belum, Tuan. Tadi baru saja saya mengantarkan tiramisu cake untuk Nyonya Stella. Saat
“Alika, apa kau yakin Kelvin akan menjemputmu? Ini sudah jam tiga sore tapi kau masih belum juga dijemput. Stella saja sudah dijemput oleh sopirnya. Kau malah sampai sekarang masih belum juga dijemput. Kenapa Kelvin hobby sekali datang menjemputmu terlambat? Apa dia itu tidak memiliki jam?” seru Chery mengomel di area lobby kampus.Ya, sudah hampir tiga puluh menit Chery menemai Alika di lobby kampus. Sore ini Kelvin akan menjemput Alika, namun kenyataannya hingga detik ini Kelvin masih belum juga muncul. Padahal sudah sejak tadi Stella dijemput oleh sopir. Well, sopir pribadi Stella jauh lebih tepat waktu dari pada Kelvin.“Kelvin tadi bilang sedang dijalan. Kau tahu, kan, Jakarta itu macet. Jadi sabar saja,” jawab Alika yang berusaha berpikir positive. “Sekarang lebih baik kau pulang, tidak perlu menungguku. Biar aku saja yang menunggu Kelvin di sini. Lagi pula aku yakin Kelvin sebentar lagi akan datang,” lanjutnya lagi.Chery mengembuskan napas kasar. “Kau benar aku tinggal sendiri
Kabar kehamilan Stella yang tengah mengandung tiga bayi kembar sudah terendus oleh media. Ditambah dengan berita pertunangan Kelvin dan Alika berhasil membuat Stella dan Alika menjadi para incaran media. Setiap harinya para wartawan selalu datang ke Rafles Design Institute, membuat Stella dan Alika kini dalam penjagaan yang ketat. Baik Sean dan Kelvin, tidak bisa melepaskan Stella maupun Alika seperti biasanya. Ya, terutama Sean begitu menjaga ketat Stella. Kehamilan Stella kini memasuki minggu ke dua belas. Perut Stella sudah semakin besar. Sudah tak terhitung berapa pengawal yang menjaga Stella, semua Sean lakukan demi para wartawan tidak mewawancari istrinya. Dan hal yang membuat wartawan semakin mengincar Stella karena berita kehamilan Stella berdekatan dengan berita pertunangan Kelvin dan Alika. Ditambah Alika adalah teman dekat Stella, itu yang membuat para wartawan ingin sekali mewawancari Stella.Pertunangan Kelvin dan Alika hanya menghitung hari. Segala persiapan pertunangan
Stella menatap kebaya hasil rancangannya. Senyuman di bibirnya terukir melihat hasil rancangan kebaya miliknya tampak indah. Warna perpaduan hijau dan emas membuat kebaya itu terlihat sangat mewah dan berkelas. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari di mana pertunangan Kelvin dan Alika. Seluruh keluarga Geovan dan keluarga besar Alika memakai rancangan kebaya Stella. Untuk para pria, Stella mendesign jas formal berwarna hitam. Ya, Alika memang meminta khusus batuan Stella untuk merancangkan kebaya untuknya dan keluarga besarnya. Tentu saja Stella menyambut itu dengan bahagia. Pertama kali dalam hidup, Stella merancangkan kebaya untuk keluarga besar sang suami serta keluarga besar temannya sendiri. Tak ketinggalan, Stella juga merancangkan kebaya untuk Chery. Karena bagaimana pun, Chery sudah dianggap seperti keluarga sendiri bagi Stella dan Alika.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Stella mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk.“Selamat pagi,