Beranda / CEO / Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella) / Bab 167. Kau Mengajakku Berlibur?

Share

Bab 167. Kau Mengajakku Berlibur?

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-11 00:12:01

“Alika, mobilmu lama sekali berada di bengkel. Kau ini menyusahkanku saja harus mengantarmu ke rumahmu. Aku sedang buru-buru hari ini. Aku harus menjemput sepupuku yang baru pulang dari Singapore.” Chery menggerutu kala memasuki komplek perumahaan Alika. Ya, sudah tiga hari ini Alika tidak membawa mobil. Jika tidak sedang terburu-buru Chery akan seperti biasa mengantar Alika. Namun, dirinya memiliki janji menjemput sepupunya yang baru saja datang dari Singapore. Jika meninggalkan Alika tentu saja dia tidak tega. Tadi pun kebetulan mencari taksi online sangat lama datangnya.

“Berisik sekali kau, Chery. Apa kau tidak ingat saat mobilmu masuk bengkel siapa yang mengantarmu ke rumah? Jangan lupakan kebaikanku,” jawab Alika tak mau kalah. Well, kalau Chery mengungkit kebaikannya maka Alika pun akan mengungkit. Karena selama ini Alika juga pernah mengantarkan Chery pulang ke rumah ketika mobil temannya itu masuk ke dalam bengkel.

Chery mendengkus tak suka. “Kau itu menyebalkan sekali, Alik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 168. Back to Campus

    Sinar matahari pagi menyinari bumi. Cahaya matahari menembus sela-sela gorden kamar. Stella yang sudah bangun sejak tadi. Dia tersenyum ketika melihat pagi yang cerah. Ya, hari ini adalah hari yang Stella telah nantikan. Dia akan kembali berkuliah. Setelah berhari-hari istirahat di rumah, akhirnya Stella bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.Kini Stella tengah berias. Memoles wajahnya dengan make up tipis. Di pagi yang cerah ini Stella memilih menggunakan dress berwarna merah jambu polos lengan pendek dipadukan dengan flat shoes. Terlihat sederhana. Namun tetap tampak cantik dan anggun.Suara ketukan pintu, membuat Stella langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk.“Selamat pagi, Nyonya.” Seorang pelayan membawakan nampan yang berisikan sarapan. Lalu sang pelayan menghidangkannya ke atas meja.“Pagi, apa suamiku yang memintamu membawakan sarapan?” tanya Stella seraya menatap sang pelayan.“Iya, Nyonya. Tuan yang meminta saya untuk membawakan sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 169. Mata-Mata Baru

    Stella melangkah keluar kelar. Sesaat dia memijat tengkuk lehernya lelah. Ya, sudah lama Stella tidak masuk kuliah tentu saja banyak mata kuliah yang tertinggal. Beruntung Alika dan Chery membantu menyalin catatan penting untuknya. Tidak hanya itu, materi kuliah yang tertinggal pun di kirim email oleh Alika dan Chery. Sungguh, jika tidak dibantu oleh Alika dan Chery sudah pasti Stella jauh lebih kelelahan. Namun, ada yang menjadi point plus bagi Stella yaitu jurusan yang dirinya ambil adalah impiannya. Segala sesuatu yang dikerjakan sesuatu dengan isi hati akan berjalan dengan jauh lebih mudah dan tidak akan menjadi beban.Suara dering ponsel terdengar, membuat Stella mengambil ponselnya dari dalam tas dan melihat ke layar. Seketika Stella menepuk keningnya kala melihat nomor Diandra muncul di layar ponselnya. Astaga, Stella lupa kalau hari ini dia memiliki janji dengan Diandra. Terlalu banyak mengejar mata kuliah yang tertinggal membuat Stella lupa. Tak menunggu lama, Stella langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 170. Kejutan Kecil dari Sean  

    “Sean, boleh aku meminta sesuatu?” tanya Stella pelan seraya melangkah menghampiri Sean yang tengah berkutat pada iPad di tangannya.Sean meletakan iPad yang ada di tangannya ke atas meja. Lalu dia menarik tangan Stella, mendudukannya di pangkuannya. “Apa yang kau inginkan, sayang?” tanyanya sambil membelai pipi Stella.“Hm, hari ini aku kuliah siang. Jadi sebelum berangkat kuliah aku ingin menyiapkan beberapa bahan yang akan aku butuhkan untuk menjahit gaun yang dipesan oleh Diandra. Tapi aku, kan tidak memiliki ruang kerja. Apa boleh aku memakai satu ruangan di rumahmu untuk aku jadikan ruang kerja?” Stella berujar sambil menatap Sean.Sean tersenyum samar mendengar apa yang diucapkan oleh Stella. “Ikut aku,” jawabnya singkat sambil membantu Stella bangkit berdiri.“Ikut ke mana, Sean?” Kening Stella berkerut, menatap bingung Sean.“Nanti kau akan tahu.” Sean merengkuh bahu Stella, membawa sang istri meninggalkan kamar. Tampak Stella bingung menatap Sean yang meninggalkan kamar. Sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 171. Sean yang Begitu Peduli

    Sean melonggarkan dasi yang mengikat lehernya. Memijat pelan pelipisnya. Dia menyandarkan punggungnya lelah di kursi kerjanya. Hari ini banyaknya meeting yang harus dia hadiri ditambah dengan beberapa pekerjaan yang harus dia periksa membuatnya lelah. Meski memiliki asisten; Sean terbiasa memeriksa secara teliti.Suara interkom berbunyi membuat Sean mengalihkan pandangannya pada telepon yang tak henti berdering. Sean mengumpat pelan seraya memejamkan mata singkat. Dia sudah mengatkan pada sekretarisnya unuk tidak mengganggu. Tapi tetap saja masih mengganggunya.Dengan raut wajah kesal dan penuh keterpaksaan Sean menekan tombol hijau menjawab interkom masuk. Lalu menjawab dingin, “Apa pendengaranmu itu rusak? Bukannya aku sudah mengatakan padamu jangan menggangguku? Kenapa kau masih menggangguku!”“M-Maaf, Tuan. Tapi ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada anda,” ujar Vivian dari seberang sana.Sean mengembuskan napas kasar. “Cepat katakan. Jangan berputar-putar. Aku tidak memil

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 172. Mendadak Jadi Sopir Baru

    “Sean, kenapa kau belum berangkat ke kantor? Apa hari ini kau tidak ada meeting?” Stella melangkah mendekat ke arah Sean yang tengah membaca koran. Tampak hari ini Sean begitu santai. Padahal biasanya Sean sudah disibukan dengan beberapa pekerjaan. Bahkan pagi ini Stella tidak melihat Sean yang sibuk menngangkat telepon dari Tomy. Ya, Stella sangat hafal dengan kebiasaan sang suami yang tak lepas dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sean.“Hari ini aku tidak ke kantor,” jawab Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang tengah di baca. Meski Sean tahu Stella duduk di sampngnya, tetap pria itu fokus pada apa yang tengah dia baca. Hanya sesaat Sean melirik sang istri.“Kau tidak ke kantor? Tapi siang ini aku ada kelas, Sean,” ujar Stella seraya mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya Sean biasanya tidak ke kantor jika dirinya tidak ada kuliah. Namun kenapa hari biasa seperti ini tidak berangkat ke kantor?Mendengar ucapan Stella membuat Sean langsung meletakan koran yang ada d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 173. Kita Akan Bertemu Dengan Dokter Baru

    Stella melirik arlojinya gelisah. Sudah hampir pukul lima sore tapi dosen tak kunjung menghentikan kelas. Padahal pembahasan teori begitu membosankan di telinga Stella. Ya, Stella lebih menyukai praktek langsung dari pada harus mendengarkan teori yang membosankan. Namun, dalam setiap bidang akademik tidak mungkin tidak ada teori. Tentunya itu adalah salah satu kewajiban para mahasiswa yang juga harus mampu mengerti tentang teori dalam sejarah fashion itu sendiri. Meski bosan, bukan artinya Stella tak pernah mempelajari teori. Stella tetap rajin mempelajari dengan baik pelajarannya.Tak berselang lama, sang dosen mengakhiri kelas; Stella langsung tergesa-gesa berjalan keluar dari ruang kelasnya. Ya, feeling Stella mengatakan Sean sudah menunggunya di lobby. Meski Sean tidak mengirimkan pesan padanya sudah ada di kampus tapi Stella yakin suaminya itu sudah datang. Alasan Stela begitu yakin adalah karena Sean mengatakan akan datang tepat waktu. Selama ini Sean tidak pernah mengikari janj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 174. Hasil Pemeriksaan Baru

    Stella menghela napas dalam kala melihat dirinya berada di pantulan cermin. Tampak raut wajahnya yang sedikit muram. Ya, hari ini Stella akan melakukan pemeriksaan kesehatannya untuk yang kesekian kalinya. Untuk kali ini Stella tidak lagi bertemu dengan dokter yang bisa menanganinya. Stella akan bertemu dengan dokter baru. Namun, dokter yang lama tetap menjadi bagian team dokter khusus yang menangani masalah kesetan Stella. Hal yang menjadi beban dalam diri Stella adalah dirinya begitu takut jika sampai mendengar hasil pemeriksaannya nanti. Stella tahu hasilnya akan tetap sama dan tidak berubah. Lagi dan lagi dokter akan mengatakan memiliki peluang untuk hamil meski itu sangat kecil. Itulah yang biasa Stella dengar. Akan tetapi meski Stella berkali-kali mendengar kata-kata itu yang keluar dari dokter; Stella tetap mengkonsumsi obat dengan rajin. Dia pun berjuang sekuat tenaga untuk sembuh. Hanya satu yang membuat Stella cepat muram yaitu ketika harus bertemu dengan dokter yang artinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 175. Bayaran yang Diminta Sean

    Hari demi hari Stella disibukan dengan membuat gaun yang dipesan oleh Diandra. Beruntung, dua penjahit yang diberikan Sean adalah penjahit yang cekatan dan pintar. Setiap kali Stella mengajarkan sesuatu maka penjahit itu sudah langsung memahaminya. Paling tidak Stella tidak perlu membutuhkan banyak energy hanya demi sebuah penjelasan tentang konsep yang dia inginkan. Jujur Stella sedikit takut dengan gaun yang dia buat ini. Dia takut jika pelanggan tidak menyukainya. Selama ini Stella berusaha keras menjahit sebaik mungkin. Dan selama proses pembuatan gaun, Alika dan Chery bukan hanya duduk diam menyaksikan Stella bekerja. Alika dan Chery pun turut belajar memasangkan berlian ke gaun yang telah Stella jahit. Tidak bisa dipungkiri, melihat berlian-belian tentu saja mata Alika dan Chery sepanjang harus selalu berdecak kagum. Bagamana tidak? Berlian yang biasanya dipakai untuk perhiasan tapi kini telah disulap menjadi hiasan pada sebuah gaun yang mewah.Ya, hari demi hari yang Stella lew

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20

Bab terbaru

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 356. Ending Scene (Tamat)

    Beberapa bulan kemudian …Venice, Italia.Stella menatap hangat Shawn, Stanley, dan Steve yang tengah bermain saling mengejar sambil memakan ice cream di tangan mereka. Ya, tentu Stella tak perlu cemas karena Sean menyiapkan enam pengasuh khusus untuk ketiga anak kembar mereka dan sepuluh pengawal yang selalu berjaga-jaga mengawasi Shawn, Stanley, dan Steve. Terutama ketika mereka berlibur seperti ini maka penjagaan Sean sangat ketat.Kini tatapan Stella mulai teralih pada Savannah yang tertidur pulas dalam pelukannya. Putri kecilnya itu sangat cantik dan menggemaskan. Tangan Savannah peris seperti gulungan roti gemuk. Pipi bulat seperti bakpau. Bayi perempuannya memang sangat cantik dan menggemaskan.“Stella, apa kau masih ingin tinggal di New York? Atau kau ingin kita segera kembali ke Jakarta?” tanya Sean sembari menatap sang istri.Stella tersenyum hangat. “Biarkan saja kita di sini dulu, Sean. Anak-anak kita memiliki banyak teman di sini. Aku tidak tega memisahkan mereka dengan t

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 355. Extra Part Sembilan

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyian ruang persalinan. Stella meneteskan air matanya kala mendengar suara tangis bayi itu. Tak hanya Stella yang menteskan air mata tapi Sean yang selalu ada di sisinya pun sampai menteskan air mata. Setelah sekian lama akhirnya mereka kembali memiliki seorang anak lagi. Berawal dari rasa putus asa Stella nyatanya memiliki akhir yang indah. Tentu semua karena Sean yang memberikan dukungan luar biasa untuk Stella.“Tuan Sean … Nyonya Stella … selamat bayi Anda perempuan.” Sang dokter berucap langsung membuat Sean dan Stella tak henti meneteskan air mata mereka. Ya, Tuhan begitu baik pada mereka. Harapan mereka memiliki anak perempuan terwujud.“Sean … anak kita perempuan,” isak Stella.“Iya … anak kita perempuan. Terima kasih, Sayang.” Sean memberikan kecupan di bibir istrinya. Derai air mata mereka tak henti berlinang.“Nyonya Stella, silahkan lakukan proses IMD.” Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Stella. Sesaat Sean menatap Stell

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 354. Extra Part Delapan

    “Nyonya, apa hari ini kita memasak menu Indonesian Food?”Suara pelayan bertanya pada Stella yang tengah sibuk di dapur. Ya, hari ini Stella akan kedatangan tamu special yaitu Jenniver—sepupunya. Jenniver tengah berlibur bersama Theo ke New York. Dan karena Jenniver akan datang, Stella mengundang Kelvin, Alika, Ken, dan Chery untuk datang. Hal itu yang membuat Stella sibuk di dapur. Stella memang memiliki chef khusus dan pelayan tetapi tetap saja dalam hal memasak, Stella tetap turun tangan sendiri. Namun kali ini porsinya berbeda. Stella tidak banyak melakukan apa pun. Dia hanya mengontrol saja. Mengingat kandungannya sudah membesar.“Masak saja, Mbak. Masak Indonesian Food juga. Jenniver dan Theo suka sekali dengan menu rawon dan ayam sayur. Tolong masak menu itu. Ah, satu lagi jangan lupa sambal goreng kentang.” Stela berujar memberi perintah pada sang pelayan dengan nada lembut.“Baik, Nyonya.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu kembali memulai memasak membantu pelayan lainn

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 353. Extra Part Tujuh

    Stella mengembuskan napas panjang kala mengingat laporan dari pengawal sang suami tentang kejadian di Central Park. Kejadian di mana Stanley membuat seorang gadis kecil menangis karena membuang permen pemberian gadis itu. Sungguh, Stella sangat sedih karena putranya bertindak demikian. Meski mertuanya sudah memberikan nasehat pada ketiga putranya tapi tetap saja Stella merasa gagal mendidik ketiga putranya.“Apa kalian hanya ingin diam saja? Tidak mau bilang apa-apa pada, Mommy?”Suara Stella menegur ketiga putranya yang tengah duduk di hadapannya itu. Ya, kini Stella berada di kamar Shawn. Kamar Shawn, Stanley, dan Steve memang terpisah. Tetapi karena Stella ingin berbicara dengan ketiga putranya maka tanley dan Steve mendatangi kamar Shawn. Tampak ketiga bocah laki-laki kembar itu menunduk. Tentu mereka tahu mereka akan mendapatkan teguran dari ibu mereka.“Mommy ini salahku. Maafkan aku, Mommy,” ucap Stanley dengan suara polosnya.Stella menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 352. Extra Part Enam

    Saat pagi menyapa Shawn, Stanley, dan Steve sudah begitu tampan dengan setelan celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo Gucci di tengah baju ketiga bocah itu. Ya, Shawn, Stanley, dan Steve tampak begitu bersemangat karena hari ini mereka akan pergi bersaam dengan kakek dan nenek mereka. Sejak tadi malam memang ketiga bocah itu sangat bersemangat.“Anak Mommy tampan sekali.” Suara Stella dengan lembut berucap sambil menatap ketiga putra kembarnya. Stella mendekat pada Shawn, Stanley, dan Steve bersama dengan Sean yang ada di sisinya.“Daddy … Mommy …” Shawn, Stanley, dan Steve menghamburkan tubuh mereka pada Sean dan Stella yang mengampiri mereka.“Kalian mirip sekali seperti Daddy,” ucap Stella sembari mengurai pelukan ketiga putranya itu. Sean yang ada di samping Stella sejak tadi melukiskan senyuman hangat pada Shawn, Stanley, dan Steve.“Tentu saja, Mommy. Nanti saat kami dewasa kami akan seperti Daddy. Kami akan hebat.” Shawn, Stanley, dan Steve berucap serempak dan penuh

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 351. Extra Part Lima

    “Mommy … akhirnya Mommy pulang. Kami merindukan, Mommy.”Stanley dan Steve menghamburkan tubuh mereka kala melihat Stella pulang bersama dengan Shawn. Sudah sejak tadi Stanley dan Steve menunggu ibu mereka pulang. Ya, Stella memang sengaja meminta Stanley dan Steve pulang lebih dulu bersama sopir kala tadi Stella harus menyelesaikan masalah Shawn yang memukul Felix. Tentu Stella tak membiarkan Stanley dan Steve menunggu di ruang guru. Pasalnya Stella tak ingin Stanley dan Steve membuat masalah. Sungguh, ketiga anak kembarnya itu sangatlah kompak. Sudah cukup masalah Shawn membuat Stella sakit kepala. Stella tidak ingin sampai Stanley dan Steve juga ikut membuat masalah.Stella membalas pelukan Stanley dan Steve sembari memberikan kecupan di puncak kepala kedua putranya itu. “Mommy juga merindukan kalian. Apa kalian sudah makan?”“Sudah, Mommy. Kami sudah makan.” Stanley dan Steve menjawab dengan kompak. Lalu mereka melihat ke atah Shawn yang sejak tadi hanya diam. “Kak, kami tadi mau

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 350. Extra Part Empat

    “Shawn, Mommy tidak mau kau menggunakan kekerasan lagi. Tidak bagus, Nak. Kalau pun temanmu salah, kau bisa menegurnya tanpa harus memukul. Kalau kau menggunakan kekerasan sama saja kau main hakim sendiri, Shawn. Mommy tidak pernah mengajarkanmu untuk seperti itu.”Suara Stella menegur putra pertamanya itu. Nada bicaranya tegas tapi tetap lembut. Ya, Stella dan Shawn baru saja keluar dari ruang guru. Jika Stanley, dan Steve sudah lebih dulu pulang lain halnya dengan Shawn yang tadi ditahan di ruang guru. Itu kenapa Stella datang ke sekolah karena ulah putra pertamanya yang memukul teman sekolahnya. Tentu saja Shawn memukul bukan tanpa alasan. Bocah laki-laki kecil itu memukul temannya karena teman sekolahnya itu berani mencium pipi Katharina—putri bungsu Ken dan Chery. Dan hari ini Stella ke sekolah mendatangi guru tidak bersama dengan Sean. Kesibukan Sean yang membuat suaminya itu tidak bisa hadir. Pun Stella tidak memaksa untuk Sean menemaninya. Mengingat belakangan ini Sean terlalu

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 349. Extra Part Tiga

    Suara tangis bocah kecil perempuan memasuki mansion, membuat Chery yang tengah membaca laporan perkembangan butik miliknya langsung terkejut. Tampak Chery segera meletakan laporan di tangannya ke atas meja. Wanita itu terburu-buru menghampiri suara tangis itu. Tentu Chery tahu itu adalah suara tangis putri kecilnya.“Katharina … kau kenapa, Nak? Kenapa menangis, Sayang?” Chery bersimpuh di depan Katharina—putri kecilnya yang tak kunjung berhenti menangis.“Nyonya, tadi di sekolah ada sedikit masalah.” Sang pengasuh menundukan kepalanya di depan Chery. “Masalah?” Chery bangkit berdiri. Lalu dia menatap Clovis—putra sulungnya yang sejak tadi hanya diam. “Clovis, ada apa, Nak? Kenapa adikmu menangis seperti ini? Apa kau tidak menjaga adikmu? Kan Mommy sudah bilang, kau harus menjaga adikmu dengan baik.” Chery menegur putranya dengan nada yang pelan, namun tersirat sedikit marah.Clovis Kendrick Jefferson adalah anak laki-laki pertama dari Ken dan Chery. Saat ini Clovis berusia empat tah

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 348. Extra Part Dua

    PranggggSebuah guci mahal pecah begitu saja akibat tendangan seorang bocah perempuan kecil. Pecahan beling itu memenuhi lantai. Beruntung pecahan beling tak mengenai bocah perempuan cantik itu. Tidak hanya sendirian tapi bocah laki-laki yang merupakan saudara kembarnya juga ada di hadapannya. Mereka terlalu asik bermain sampai-sampai memecahkan guci di ruang keluarga. Ya, kini kedua bocah laki-laki dan perempuan itu begitu panik kala melihat guci pecah. Wajah mereka tampak ketakutan. Baru saja mereka melarikan diri dari pengasuh yang menjaga mereka. Tapi malah mereka mendapatkan masalah.“Tuan Muda … Nona Muda …” Seorang pengasuh terlihat sangat panik melihat pecahan guci itu.“Kami tidak sengaja.” Luke dan Lydia memasang wajah merengut agar tak disalahkan.“Astaagaaa Luke … Lydia … ada apa ini?” Suara Alika berseru seraya melangkah memasuki ruang keluarga. Seketika raut wajah Alika berubah melihat guci kesayangannya dengan harga fantastis itu pecah. Kini sepasang iris mata hitam Al

DMCA.com Protection Status