Share

Bab 68 Bukan Dirinya

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-04-24 15:28:18

Sementara mereka berpelukan dalam diam, suara langkah kaki mendekat. Seorang perawat keluar dari ruang ICU, membawa berkas di tangannya.

“Dokter masih memeriksa kondisi ayah Anda,” kata perawat itu dengan suara lembut pada Belle. “Mungkin butuh beberapa menit lagi sebelum Anda bisa masuk,”

Belle mengangguk, mencoba melepaskan diri dari Dante. Tetapi pria itu masih enggan melepaskan tangannya. Bahkan ketika Belle akhirnya mundur, Dante tetap menggenggam jemarinya erat. Seolah takut Belle akan runtuh jika dia lepaskan.

“Dan … “ gumam Belle. Memberi isyarat pada Dante kalau dia baik-baik saja.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Dan seorang dokter keluar dengan ekspresi serius. Belle langsung menghampiri, begitu juga dengan Dante yan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 69 Mendapatkan Semuanya

    Keesokan paginya, dokter keluar dari ruang ICU dengan ekspresi lebih tenang. Belle yang semalaman tidak tidur langsung berdiri. Matanya penuh harap dan ketakutan."Dokter, bagaimana kondisi ayah saya?" tanya Belle, tak sabar.Dokter itu mengangguk kecil. "Syukurlah, beliau berhasil melewati 24 jam krusial. Meski masih harus dalam pengawasan ketat, kondisinya mulai stabil,"Belle langsung menutup mulut dengan tangan, air matanya jatuh begitu saja. Beban yang semalam menyesakkan dada perlahan terasa lebih ringan.Dante yang berdiri di samping Belle langsung meraih bahunya. Menahan agar tetap tegak. "Kau dengar itu? Ayahmu akan baik-baik saja," katanya lembut.Emily langsung memeluk Belle, ikut merasa lega karena Patrick berhasi

    Last Updated : 2025-04-24
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 70 Tidak Punya Pilihan

    Kondisi Patrick mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Setelah melewati masa kritis, dokter akhirnya memberi kabar baik kepada keluarga Belle bahwa operasi berjalan sukses dan tidak ada komplikasi serius. Meskipun masih harus menjalani perawatan intensif, Patrick sudah mulai sadar dan bisa merespons dengan baik.Di kamar rumah sakit, Belle duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menggenggam tangan Patrick dengan erat. Emily berdiri di sisi lain tempat tidur, matanya masih sembab karena kurang tidur. Liam berdiri tak jauh dari mereka, berusaha terlihat kuat meskipun jelas-jelas dia juga sangat cemas.“Dad,” suara Belle lirih. Matanya berkaca-kaca saat Patrick akhirnya membuka mata dengan lemah.Patrick tersenyum samar. "Kalian semua… ada di sini…" Suaranya masih serak, tetapi itu sudah cukup untuk membuat Belle merasa lega.Emily menutup mulut, berusaha menahan tangis bahagia.Belle mengusap air matanya. "Dad istirahat saja dulu, jangan khawatirkan yang lain. Yang penting sekarang Dad

    Last Updated : 2025-04-25
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 71 Begitu Liar

    Setelah keluarganya resmi pindah ke desa dengan pengawalan ketat dari orang-orang Dante, Belle akhirnya membawa barang-barangnya ke penthouse pria itu.Hari itu langit senja membiaskan warna jingga keemasan saat Belle berdiri di depan pintu penthouse Dante dengan koper di tangannya. Pintu terbuka sebelum dia sempat mengetuk. Dante sudah berdiri di sana, mengenakan kemeja hitam dengan lengan tergulung.“Akhirnya kau datang,” katanya, menarik koper dari tangan Belle dan mendorongnya masuk.Belle menghela napas, berusaha menenangkan debaran di dadanya. “Aku tidak punya pilihan lain, kan?” gumamnya.Dante menutup pintu di belakang mereka, lalu berbalik menghadap Belle. “Bukan tidak punya pilihan. Kau hanya akhirnya menerima kenyataan,” tim

    Last Updated : 2025-04-26
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 1 Pesta Mewah

    Bab 1 Pesta MewahBelle Monaghan berdiri di sudut ruangan, mengenakan gaun hitam sederhana. Mungkin cocok dengan perannya sebagai seorang asisten eksekutif. Bukan sebagai seorang tamu yang datang menikmati kemewahan malam ini. Belle menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatasi rasa gugup. Dia tidak terbiasa berada di tengah keramaian seperti ini. Tempat orang-orang kaya dan berpengaruh saling memamerkan status mereka.Namun, sebagai asisten eksekutif Nate Whitmore—COO perusahaan tempat Belle bekerja, dia harus bertahan. Tugasnya adalah memastikan segala kebutuhan atasannya, Nate, terpenuhi sepanjang malam.Nate—pria berusia tiga puluhan dengan senyum percaya diri, berdiri beberapa meter darinya. Pria itu sedang berbincang dengan seorang investor potensial. Sesekali Nate melirik ke arah Belle, memberinya isyarat saat dia membutuhkan sesuatu.Belle melangkah mendekat dengan iPad di tangan. Dia mencatat jadwal dan rincian percakapan yang harus dia ingat untuk dilaporkan pada Nate nanti.

    Last Updated : 2025-01-20
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 2 Kalangan Bawah

    Bab 2 Kalangan Bawah“Siapa kau?” tanya pria itu dengan suara berat.Pria itu tinggi. Dengan setelan hitam yang sempurna membungkus tubuhnya. Matanya yang tajam seperti menyelidik ke dalam jiwa Belle. Aura kekuasaan dan dominasi memancar dari setiap gerakan pria itu.“Saya Isabella Monaghan. Asisten Pak Whitmore,” jawab Belle polos. Seperti anak kecil ketika berhadapan dengan pria tinggi itu. “Dan Anda siapa?”Pria itu tersenyum tipis. “Apa Nate tidak bilang padamu tentang aku?” Dia kemudian melirik Nate. “Perkenalkan, aku Dante Hudson. Sudah tahu?”Belle menelan ludah. Dia tidak tahu siapa Dante Hudson. Yang dia tahu, Dante pasti sama saja dengan Nate dan orang-orang kaya lain. “Tentu saja,” jawab Belle, tidak ingin terintimidasi. “Anda adalah orang kaya yang merasa berhak memandang rendah orang-orang seperti saya,”Dante mendekati Belle perlahan, postur tubuhnya tegap seperti seorang raja. “Keberanianmu itu menarik. Tapi jadi bodoh jika tidak digunakan pada tempatnya,” Belle menga

    Last Updated : 2025-01-21
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 3 Beban

    Belle berdiri diam sejenak. Matanya terpaku pada Vicky yang masih memasang ekspresi puas. Cairan sampanye yang dingin dan lengket mengalir di kulit Belle. Punggungnya panas. Rasanya Belle ingin meledak, menangis karena malu. Namun dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan orang-orang itu.Belle memutuskan untuk segera memutar tubuh dan berjalan cepat menuju pintu keluar. Kepalanya tertunduk, sedikit berlari agar segera bebas dari mereka.Begitu Belle keluar dari aula itu dan menemukan sudut sunyi di lorong belakang, dia berhenti. Kemarahan, penghinaan, dan rasa sakit bercampur menjadi satu dalam dadanya. Dia merasa seperti tak mampu bernapas.“Kenapa harus seperti ini?” gumamnya pelan di antara isak tangisnya.Belle baru saja melangkah pergi dari sudut lorong, mencoba menghapus sisa air mata dengan tangan. Namun, cairan lengket dari sampanye di gaunnya membuat semua menjadi tidak nyaman.“Sepertinya kau membutuhkan ini,”Sebuah suara lembut memecah keheningan. Belle menghentik

    Last Updated : 2025-01-21
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 4 Peringatan Kecil

    Bab 4 Peringatan KecilDante duduk di kursi besar di ujung ruangan, memandang gelas kristalnya dengan tatapan menggelap. Di dalam pikirannya, perkataan Belle terus terulang. Seperti gema yang tak mau hilang.“Itu lebih dari cukup dibandingkan Anda yang memiliki kekayaan … tapi saya yakin … itu bukan hasil kerja keras Anda sendiri,”Kata-kata itu membakar ego Dante. Wanita itu, seorang rendahan, berani menghinanya. Di depan teman-temannya. Dalam mimpi terburuk Dante sekalipun, itu semua tidak pernah terbayangkan.Lex yang sedang berbincang dengan Nate dan Jamie, melirik ke arah Dante. Dia menyadari perubahan hati pria itu.“Apa kau ingin membunuh seseorang, Dan?” tegur Lex sambil menepuk bahu Dante.Dante mendongak, menatap Lex dengan mata yang penuh amarah. “Wanita itu harus diberi pelajaran. Siapa dia hingga berani menamparku seperti itu?”Vicky yang duduk di dekat mereka mendengus, menuangkan anggur ke gelasnya. “Dia memang tidak bisa dibiarkan,” sahutnya.James Calloway—Jamie yang

    Last Updated : 2025-01-21
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 5 Hujan Pertama

    Dante menegakkan tubuhnya, melipat tangan di dada. “Kenapa sekarang kau diam? Mana keberanianmu?” tantangnya. “Bukankah, orang-orang sepertimu harus mempunyai prinsip?”Belle tidak bergerak. Dia mengepalkan tangan erat, mencoba menahan amarahnya sendiri. Bukan berarti dia tidak berani melawan Dante, namun posisinya kini tidak bagus. Karyawan lain memasang telinga begitu tajam, menguping pembicaraan Dante dan Belle.“Kalau Anda datang ke sini untuk mengancam saya, maaf, saya sedang sibuk,” ucap Belle pelan. Mendongak untuk menatap langsung ke mata Dante. “Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,”Dante tertawa kecil, nadanya penuh ejekan. “Sibuk? Dengan pekerjaan kecilmu ini?” oloknya. Dia bahkan melempar catatan di meja Belle. “Kau harus tahu satu hal, Monaghan. Aku bisa menendangmu sekarang juga dari perusahaan,”Belle mengangkat dagunya pelan. Jika bukan karena dia menghargai karyawan lain, Belle pasti sudah melawan. “Silahkan, Pak Hudson,” gumamnya pelan. Cukup untuk didengar

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 71 Begitu Liar

    Setelah keluarganya resmi pindah ke desa dengan pengawalan ketat dari orang-orang Dante, Belle akhirnya membawa barang-barangnya ke penthouse pria itu.Hari itu langit senja membiaskan warna jingga keemasan saat Belle berdiri di depan pintu penthouse Dante dengan koper di tangannya. Pintu terbuka sebelum dia sempat mengetuk. Dante sudah berdiri di sana, mengenakan kemeja hitam dengan lengan tergulung.“Akhirnya kau datang,” katanya, menarik koper dari tangan Belle dan mendorongnya masuk.Belle menghela napas, berusaha menenangkan debaran di dadanya. “Aku tidak punya pilihan lain, kan?” gumamnya.Dante menutup pintu di belakang mereka, lalu berbalik menghadap Belle. “Bukan tidak punya pilihan. Kau hanya akhirnya menerima kenyataan,” tim

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 70 Tidak Punya Pilihan

    Kondisi Patrick mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Setelah melewati masa kritis, dokter akhirnya memberi kabar baik kepada keluarga Belle bahwa operasi berjalan sukses dan tidak ada komplikasi serius. Meskipun masih harus menjalani perawatan intensif, Patrick sudah mulai sadar dan bisa merespons dengan baik.Di kamar rumah sakit, Belle duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menggenggam tangan Patrick dengan erat. Emily berdiri di sisi lain tempat tidur, matanya masih sembab karena kurang tidur. Liam berdiri tak jauh dari mereka, berusaha terlihat kuat meskipun jelas-jelas dia juga sangat cemas.“Dad,” suara Belle lirih. Matanya berkaca-kaca saat Patrick akhirnya membuka mata dengan lemah.Patrick tersenyum samar. "Kalian semua… ada di sini…" Suaranya masih serak, tetapi itu sudah cukup untuk membuat Belle merasa lega.Emily menutup mulut, berusaha menahan tangis bahagia.Belle mengusap air matanya. "Dad istirahat saja dulu, jangan khawatirkan yang lain. Yang penting sekarang Dad

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 69 Mendapatkan Semuanya

    Keesokan paginya, dokter keluar dari ruang ICU dengan ekspresi lebih tenang. Belle yang semalaman tidak tidur langsung berdiri. Matanya penuh harap dan ketakutan."Dokter, bagaimana kondisi ayah saya?" tanya Belle, tak sabar.Dokter itu mengangguk kecil. "Syukurlah, beliau berhasil melewati 24 jam krusial. Meski masih harus dalam pengawasan ketat, kondisinya mulai stabil,"Belle langsung menutup mulut dengan tangan, air matanya jatuh begitu saja. Beban yang semalam menyesakkan dada perlahan terasa lebih ringan.Dante yang berdiri di samping Belle langsung meraih bahunya. Menahan agar tetap tegak. "Kau dengar itu? Ayahmu akan baik-baik saja," katanya lembut.Emily langsung memeluk Belle, ikut merasa lega karena Patrick berhasi

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 68 Bukan Dirinya

    Sementara mereka berpelukan dalam diam, suara langkah kaki mendekat. Seorang perawat keluar dari ruang ICU, membawa berkas di tangannya.“Dokter masih memeriksa kondisi ayah Anda,” kata perawat itu dengan suara lembut pada Belle. “Mungkin butuh beberapa menit lagi sebelum Anda bisa masuk,”Belle mengangguk, mencoba melepaskan diri dari Dante. Tetapi pria itu masih enggan melepaskan tangannya. Bahkan ketika Belle akhirnya mundur, Dante tetap menggenggam jemarinya erat. Seolah takut Belle akan runtuh jika dia lepaskan.“Dan … “ gumam Belle. Memberi isyarat pada Dante kalau dia baik-baik saja.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Dan seorang dokter keluar dengan ekspresi serius. Belle langsung menghampiri, begitu juga dengan Dante yan

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 67 Lelah untuk Menangis

    Di sebuah ruangan eksklusif di salah satu restoran mewah, Evelyn duduk dengan anggun. Jemarinya memainkan gelas anggur merah, sementara tatapan matanya tetap tenang namun tajam. Di hadapannya, Sofia berdiri dengan ekspresi puas. Seolah baru saja menyelesaikan tugas besar yang membanggakan."Sudah selesai Nyonya," ujar Sofia pelan.Evelyn mengangkat alis sedikit, lalu meletakkan gelas anggurnya ke meja. "Kau berhasil?" tanyanya dengan nada santai.Sofia mengangguk kecil. "Tentu saja. Patrick sudah tertembak. Saat ini dia terkapar di rumah sakit, berjuang antara hidup dan mati,"Evelyn menghela napas ringan. "Bagus," katanya pelan. "Isabella akan semakin terpuruk. Dan Dante…" Dia tersenyum tipis, "akan semakin sibuk mengurusnya,"

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 66 Sudah Terbiasa

    Ketukan di pintu menggema di seluruh ruangan. Belle yang masih terbaring di ranjang dengan selimut membungkus tubuhnya langsung menegang. Sementara itu Dante hanya menghela napas malas, tampak enggan beranjak dari tempat tidur."Masuk," perintahnya santai.Pintu terbuka dan Fabian melangkah masuk dengan ekspresi datar. Membawa nampan berisi makanan. Namun, begitu matanya menangkap pemandangan di hadapannya—Dante yang duduk dengan rambut berantakan dan tubuh santai bersandar di kepala ranjang, sementara Belle tampak sibuk merapatkan selimut ke tubuhnya dengan pipi memerah, Fabian hanya menghela napas kecil."Saya membawa makanan, Tuan," ujarnya formal. "Anda harus makan sebelum keadaan semakin memburuk,""Bagus," katanya, menaruh nampan di meja kecil di samping ranj

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 65 Pengorbanan Dante

    "Kau tidak akan terlambat ke kantor?" tanya Belle, masih di bawah tubuh Dante.Dante hanya tersenyum kecil, matanya berkilat nakal. "Aku cuti hari ini," jawabnya santai.Belle mengerutkan kening. "Kenapa?"Dante mengangkat alis, lalu menunjuk wajahnya sendiri. "Menurutmu? Aku tidak bisa datang ke kantor dengan wajah seperti ini,"Belle baru sadar bahwa meski sebagian luka di wajah Dante mulai mereda, lebam di sudut bibir dan rahangnya masih terlihat jelas. Belle mengulurkan tangan untuk menyentuh luka itu. Tapi sebelum jari-jari Belle menyentuh kulitnya, Dante menangkap pergelangan tangan Belle."Aku lebih memilih menghabiskan hari ini bersamamu," katanya, lalu mengecup punggung tangan Belle dengan lembut.Lalu tanpa peringatan, Dante mendorong tubuh Belle lebih keras, membuatnya tersentak."D-Dante—""Aku masih belum puas," bisik Dante dengan suara yang rendah dan dalam, membuat kulit Belle meremang."Jangan melawan," gumam Dante di sela ciuman mereka. "Karena aku tidak akan berhenti

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 64 Untuk Diingat

    Tengah malam, Belle memutuskan untuk keluar kamar karena tidak bisa tidur. Memejamkan mata di ruangan sebesar dan semewah itu, membuat tubuh Belle mendadak tidak nyaman.Belle hendak menuju ruang tamu, dan melihat Dante masih di sana. Pria itu menyandarkan punggungnya di sofa.“Kau belum mengobati lukamu, kan?” tegur Belle, perlahan mendekat.Dante membuka mata perlahan, menatap Belle yang berdiri di depannya dengan botol antiseptik di tangan. Dante mengangkat satu alis, tapi tidak berkata apa-apa saat Belle duduk di sampingnya.“Jangan bergerak,” perintah Belle, menuangkan sedikit antiseptik ke kapas sebelum menyentuh luka di pelipis Dante.Pria itu tidak bereaksi saat Belle membersihkan goresan di wa

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 63 Menyentuhmu

    Suara sirene polisi terdengar di kejauhan, semakin mendekat. Beberapa mobil polisi berhenti di depan gudang, dan sekelompok petugas bersenjata turun dengan sigap."Letakkan tangan di atas kepala! Jangan bergerak!" perintah salah satu petugas dengan tegas.Fabian segera maju, menunjukkan dokumen yang membuktikan bahwa mereka adalah korban dalam situasi ini. Sementara itu, paramedis yang ikut datang bersama polisi langsung menghampiri Dante dan Belle."Tuan Hudson, Anda terluka cukup parah. Anda harus segera diperiksa," kata salah satu paramedis, bersiap membantu Dante berdiri.Namun, Dante menepis tangan mereka. "Aku baik-baik saja," katanya dingin.Saat polisi akhirnya berhasil menemukan dan memborgol Nate, pria itu bukannya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status